Pasca pembicaraan terakhir mereka hari itu, Seungkwan dan Mingyu sudah tidak pernah lagi berkomunikasi, bahkan bertegur sapa. Mereka yang dulunya tiap berpapasan pasti akan saling memanggil dan melempar senyum lebar, sekarang hanya melengos begitu saja dan menghindari kontak mata. Dulu mereka sering berbagi cerita kecil lewat chat, sekarang ruang obrolan di ponsel mereka sepi tanpa ada bubble chat baru semenjak itu.
Bukan mereka sepakat untuk saling menjauh, hanya saja itu terjadi dengan sendirinya. Mungkin mereka butuh waktu untuk kembali ke keadaan sebelumnya. Namun, yang terjadi justru keduanya jadi seperti orang asing yang tak pernah saling mengenal. Semakin jauh, dan semakin sulit untuk memperbaiki semuanya lagi.
Dihimpunan pun hubungan mereka merenggang- bahkan bisa dibilang berubah drastis. Mereka yang dulunya suka saling mengecek dan beradu mulut bahkan saat rapat, kini sudah berapa kali pertemuan tak pernah bertegur sapa. Para anggota mau tak mau menyadari apa yang kurang dari beberapa pertemuan mereka, ternyata oknum-oknum yang selalu meramaikan tiba-tiba jadi pendiam dan tak saling berdekatan seperti biasa. Ketika ditanya apa mereka sedang bertengkar, keduanya sama-sama menjawab tidak. Namun jelas terlihat seperti ada dinding pembatas diantara keduanya. Apalagi Seungkwan dan Mingyu hanya berbicara satu sama lain saat diperlukan saja. Selepas itu, keduanya akan terdiam atau beralih berbicara dengan orang lain.
Anggota yang lain curiga, namun mereka juga tidak berhak untuk menggali permasalahan dua orang itu.
Selain di himpunan dan berpapasan secara tak sengaja di kampus, Seungkwan juga sering bertemu Mingyu tiap kali lelaku itu menunggui pacarnya selesai kelas. Entah apakah mereka selalu punya agenda tertentu di hari Selasa. Jeonghan mengambil kelas yang sama dengan Seungkwan-mengulang lebih tepatnya. Ia dan Jeonghan tidak terlalu dekat, namun hubungan mereka bisa dikatakan baik. Terlepas dari Seungkwan yang menyukai pacarnya Jeonghan, ia sama sekali tak membenci Jeonghan. Lelaki itu sangan baik dan ramah, juga lembut saat bertutur kata, juga terkadang tingkahnya begitu lucu dan imut. Mungkin itu sebabnya Mingyu sangat mencintainya. Seungkwan mana mungkin bisa seperti Jeonghan, haha.
Saingannya terlalu berat.
Sudah seharusnya dia mundur sejak lama tapi hatinya memang bebal. Sudah tahu tidak mungkin tergapai, masih saja terus berharap. Bahkan dengan adanya kejadian tak diinginkan malam itu, tetap tak akan bisa mengubah apapun antara dirinya dan Mingyu.
Oh, ada.
Ya, satu-satunya yang berubah hanyalah kini hubungan mereka semakin berjarak tapi Seungkwan bisa mengambil sisi positifnya. Setidaknya dengan begini ia bisa dengan mudah untuk move on. Dengan kehadiran Jaebum yang senantiasa menemani hari-harinya sekarang, Seungkwan berharap hatinya bisa bebas dari belenggu cinta tak terbalas ini dan berlabuh ke cinta yang lain-cinta yang jelas-jelas menerima dan tak menyia-nyiakannya.
"Chan, Kak Seok gue duluan ya" Seungkwan melambai ketika sebuah motor tiba didepannya. Pengemudi ojek online itu menyerahkan helm kepadanya.
"Lah Kwan, gak bareng Mingyu?" tanya Seokmin bingung.
Seungkwan mengerutkan dahi sembari memakai helmnya.
"Hah? Ngapain gue bareng kak Mingyu?"
"Lah, bukannya tiap rapat pulang sore lu selalu nebeng sama kak Mingyu?" ini Chan yang ikut bingung.
Seungkwan diam sebentar, kemudian cepat-cepet menjawab. "Gak bisa, dia mesti jemput pacarnya"
"Lah emang iya? Perasaan tuh galah bambu tadi bilangnya mau nongkrong dulu abis ini" Seokmin semakin bingung.
Chan menatap Seungkwan curiga. "Fishy. Pasti ada apa-apa nih sama kalian berdua"
"Ih, engggaaakkk!! Gak ada apa-apaa Lee Chan jelek! Udah ah gue mau pulang dulu, kasian abangnya nungguin dari tadi. Daah" Seungkwan dengan segera naik ke motor dan kendaraan roda dua itu pun melaju meninggalkan area kampus.
