1

290 33 11
                                    

Park Jinyoung memasuki ruangan khusus untuk memberi penghormatan terakhir kepada seseorang yang selama ini sudah merawatnya. Ia berusaha menahan tangisannya melihat foto laki-laki paruh baya yang sedang tersenyum lebar.

Ia mencoba untuk tegar bak seorang anak laki-laki yang ditinggal oleh ayahnya, walau sebenarnya ia sangat sedih dan berharap ini hanya mimpi.

Ia melihat ke sekeliling dan menemukan wanita berbadan berisi yang sudah patut di panggil nenek sedang berdiri menyambut pelayat yang datang. Hanbok berwarna hitam yang ia kenakan menyadarkan Jinyoung bahwa semua ini bukanlah mimpi. Semua ini nyata, Jinyoung masih sulit menerima kenyataan pedih ini.

Ia berdiri kemudian memeluk wanita itu dengan erat. Wanita yang kerap di panggil Bibi Kim menepuk-nepuk punggung Jinyoung berusaha untuk menenangkannya.

"Kenapa dia pergi begitu cepat? Aku belum sempat membalas kebaikannya." Isak Jinyoung yang masih dalam pelukan Bibi Kim.

Pemuda lain yang berdiri di sebelah Bibi Kim ikut mengusap punggung Jinyoung. Ia adalah putra Bibi Kim yang juga dekat dengan Jinyoung. Sebagai orang terdekat Jinyoung, ia mengerti perasaan Jinyoung sekarang. Berkat Tuan-Nya, Jinyoung masih hidup hingga sekarang.

<<<

Belasan tahun yang lalu, Jinyoung di titipkan oleh orang tuanya di rumah salah satu kenalan keluarga mereka. Saat itu Jinyoung berusia sembilan tahun, yang masih polos layaknya anak-anak. Ia berfikir orang tuanya akan menjemputnya beberapa hari lagi namun mereka tak kunjung datang.

Rumah tempat Jinyoung di titipkan bukanlah rumah biasa, melainkan rumah bordil yang bertempat di sudut kota. Karena Jinyoung masih kecil, ia tinggal di kamar lantai bawah, sedangkan lantai dua dan tiga berisi orang-orang yang menjual tubuh mereka demi uang. Jinyoung masih kecil, jadi ia belum mengerti apapun. Ia hanya menurut pada Madam Choi yang melarangnya naik ke lantai atas.

Setiap hari, lewat jendela kamarnya ia melihat pria dewasa maupun wanita dewasa mendatangi tempat itu. Ia tidak mengerti kenapa mereka semua pergi ke lantai atas.

Jinyoung tetap sekolah seperti biasanya, walau ia terpaksa pindah ke sekolah yang lebih dekat. Biaya hidupnya diurus oleh Madam Choi. Hingga saat ia menginjak usia 15 tahun, barulah ia paham rumah bertingkat ini bukanlah rumah biasa, melainkan rumah pelacur.

Jinyoung sangat stress ketika mengetahui orang tuanya telah menjualnya pada Madam Choi sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di tempat ini. Hingga tibalah saat ia berusia 18 belas tahun, ia di paksa menjadi laki-laki penghibur oleh Madam Choi sebagai balasan kebaikan Madam Choi selama ini padanya.

Tidak ada yang gratis di dunia ini. Jinyoung harus membayar semua biaya yang di keluarkan Madam Choi selama mengurusnya dengan cara menjual tubuhnya. Jinyoung menolak namun pengawal Madam Choi menyeretnya ke sebuah kamar kemudian Madam Choi memberikan pakaian yang tidak pantas dan mengurungnya di dalam kamar itu.

Dua tahun berstatus laki-laki penghibur, tidak ada satupun yang menawari tubuh Jinyoung. Mereka yang kebanyakan kaum adam hanya memintanya mengulum kemaluan mereka. Setelah itu Madam Choi datang lalu meminta mereka pergi. Jinyoung hanya mendapat dua persen dari uang yang diberikan pelanggan. Jinyoung tetap menyimpannya karena jika uang itu terus di kumpulkan, ia bisa pergi dari tempat menjijikkan ini.

Hingga suatu hari seorang laki-laki yang pantas menjadi ayahnya datang menawarinya. Jinyoung yang sudah pasrah pada hidupnya membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam kamar. Jinyoung bersiap membuka seluruh pakaian -yang sebenarnya tidak pantas disebut pakaian- akan tetapi laki-laki dengan setelan formal itu menghentikannya.

Laki-laki itu menghela nafas melihat betapa malangnya nasib anak muda ini.

"Kau seharusnya tidak disini."

My Universe is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang