4

99 22 9
                                    

Mark beserta kedua adiknya diundang makan malam oleh keluarga dekatnya yaitu ibu Jaebum, yang tak lain adalah adik ayah Mark. Mark tidak begitu dekat dengan keluarga Jaebum. Sejak orang tuanya bercerai, Mark sudah jarang berkomunikasi dengan bibinya tersebut.

Berbeda dengan Arin, Arin pernah beberapa kali di bawa oleh keluarga Jaebum ke Skotlandia ketika mereka masih tinggal di sana. Sama halnya dengan Mark, Eric juga tidak dekat dengan keluarga Im. Namun beberapa kali ia pernah berkomunikasi dengan Jaebum untuk menanyakan soal Universitas Edinburgh karena Jaebum lulusan Universitas tersebut.

Hal menarik lainnya adalah keluarga ayah Mark berasal dari Skotlandia. Namun Mark beserta adiknya lahir di Korea dan tumbuh di Amerika. Itulah mengapa Mark beserta kedua adiknya memiliki wajah berbeda dari orang Korea biasanya. Sedangkan Jaebum lebih mirip dengan ayahnya yang berasal dari Jeju.

"Bagaimana keadaan ibumu?" Ny. Im membuka pembicaraan agar ketiga keponakannya tidak merasa canggung.

"Ibu..."

"Apa pedulimu?" Eric langsung memotong ucapan Mark. Anak itu sama sekali tidak menyentuh steak di piringnya. Yang ia lakukan hanya menusuknya dengan garpu.

Arin menendang kaki Eric di balik meja dan Eric tidak membalasnya.

"Ibu masih dirawat. Belum ada perubahan selama beberapa bulan ini." Arin menjelaskan dengan suara lembut khasnya.

Benar, ibu Mark sedang dirawat di salah satu rumah sakit besar di New York usai mencoba mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan mobilnya ke truk besar bermuatan penuh. Sudah setahun ibu Mark dalam keadaan kritis. Di sana ia di tangani oleh dokter kepercayaan keluarga ibunya sehingga Mark agak lega meninggalkan ibunya di sana.

Mark membawa Eric dan Arin kembali ke Korea juga demi kebaikan adiknya. Di New York adiknya selalu di bully oleh teman-temannys. Sedangkan Arin merasa tertekan hidup di sana karena tidak bisa hidup bebas karena penyakit asma yang ia idap. Terkadang Mark terbang ke New York untuk mengunjungi ibunya.

"Kau mau kemana? Kembali ke tempat dudukmu." Suara Mark terdengar dingin namun menusuk di telinga Eric. Alih-alih mendengar perintah kakaknya, Eric tetap pergi dari sana.

"Sepertinya kami harus pergi."

"Oppa..." Perkataan Arin tertelan kembali melihat Mark meletakkan garpu dan pisau steak di atas piring. Mark bangkit dari tempat duduknya dan membungkuk sopan sebelum pergi.

Arin memeluk Ny. Im sembari meminta maaf karena mereka harus pergi sekarang. Ny. Im menghela nafas. Ternyata tidak mudah memperbaiki hubungannya dengan anak-anak kakaknya. Sejak perceraian itu, ia dianggap orang asing oleh keponakannya sendiri.

Tidak lama setelah kepergian Mark, Tn. Im dan Jaebum pulang sambil berbicara mengenai klub bisbol kesukaan mereka.

"Oh? Apa kami terlambat?" Tn. Im kebingungan karena istrinya sedang membersihkan meja makan.

"Hm kalian terlambat."

Jaebum melihat daging steak yang masih utuh di piring.

"Apa mereka pergi begitu saja?" Tanyanya.

"Mereka ada keperluan mendesak. Jadi mereka..."

"Sudah berapa kali aku bilang, tidak usah mengundang mereka makan malam di sini. Mereka tidak akan pernah menghargai eomma."

"Sepupumu tidak seperti itu." Ny. Im berusaha menunjukkan sikap bahwa ia baik-baik saja. Ia tidak mau Jaebum salah paham dan bertengkar lagi dengan Mark. Ia hanya ingin anak-anaknya akur tanpa menaruh rasa dendam yang akan saling menyakiti.

"Mereka bukan anak yang patut di kasihani. Hidup mereka bahkan lebih mewah dari kita. Mereka memiliki segalanya."

Tn. Im berdehem. Ia mulai tidak suka suasana ini. Ia tidak mau ikut campur dalam masalah keluarga istrinya. Namun ia sering memberi nasihat pada Jaebum agar jangan membenci sepupunya sendiri karena suatu saat pasti mereka akan saling membutuhkan.

My Universe is YouWhere stories live. Discover now