options

641 74 13
                                    

"Nil, temenin gue beli buku."

Oniel berdecak kesal ketika suara itu menyambar pendengarannya. Keterkejutannya itu membuat ponselnya jatuh tepat di wajahnya. Gadis itu menyibak selimutnya dengan kasar. Ia berdiri memandang gadis yang tengah menyibukkan dirinya di meja rias.

"Mandi cepetan anjir ntar keburu siang, panas."

"Kenapa ga pergi sendiri ajesi?"

"Lah kan ada lo yang bisa nyetir, kenapa gue harus pergi sendirian coba.."

"Bangke banget alesannya." Oniel berjalan gontai ke kamar mandi. Menghabiskan puluhan menit untuk membersihkan dirinya dan bersiap pergi. Oniel menatap dirinya sekali lagi di kaca. Merapikan rambutnya lalu tersenyum bangga. "Cakep."

Keduanya berjalan beriringan masuk ke toko buku. Oniel memperhatikan satu persatu buku yang tersusun di setiap rak. Tangannya bergerak menyentuh satu buku yang menarik perhatiannya. Ia menariknya pelan, alisnya berkerut ketika membaca judulnya.

"Love, life, and Dream On." Oniel membolak-balikkan bukunya. Ia membaca singkat summary pada halaman terakhir buku tersebut. "...is a late about the magic hidden power of love and friendship, the strength of being together with your loved ones."

"Dih kesambet lo? tumben amat baca gituan." cibirannya berhasil sampai di telinga Oniel.

Oniel menoleh lalu menggeleng. "Ga sengaja nemu tadi terus kepo sama judulnya." Gadis itu baru akan memasukkan buku kembali ke tempatnya sebelum sesuatu melintas di kepalanya.

"Ci Ariel," panggilnya tanpa menoleh, ia melirik buku-buku lain di rak yang sama.

"Paan?"

"Kalo bisa milih, lo bakal pilih mimpi apa cinta?"

Ariel masih sibuk dengan buku di tangannya. Tapi ia mendengar pertanyaan Oniel, sembari berpikir gadis itu juga membaca buku di tangannya. Keduanya masih dalam posisi saling membelakangi satu sama lain.

"Cinta apa dulu nih?"

"Pasangan idup kali maksudnya." Oniel terlihat ikut berpikir. Ia membolak-balik tiap lembar kertas di buku itu. Mencoba membaca kalimat yang ia temukan pertama kali. Bibirnya terus bergerak menggumamkan bacaannya.

"Eum.." Ariel bergumam pelan, terlihat berpikir. "Gabisa milih sih."

"Dih, satu aja kira-kira. Pasti adalah yang lo utamain."

Ariel berbalik menatap gadis di hadapannya lalu menggeleng. "Ga ada. Gue butuh dua-duanya." suaranya sedikit diberi bumbu nada tinggi dan Oniel menyadari itu.

Oniel ikut berbalik menatap Ariel lalu mengangguk. Ia mendengus karena tatapan Ariel. "Yaudah biasa aja dong natepnya. Ngajak berantem banget."

Ariel menunjukkan wajah malasnya lalu mencibir. Gadis itu sengaja menyenggol bahu Oniel ketika melewatinya. "Bodo."

Keduanya kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ariel yang masih sibuk mencari buku pilihannya dan Oniel yang masih sibuk mencari kesibukan untuk membunuh waktu selagi menunggu Ariel. Hampir dua jam mereka berkeliling di dalam toko buku. Dan Ariel masih belum puas jika belum kembali ke rak yang sama selama tiga kali.

"Ci masih lama ngga sih gue bosen anjir,"

"Lo bantu cariin makanya biar cepet kelar!"

"YA LO DARI TADI GA BILANG KE GUE BUKU APAAN YANG LO CARI."

Ariel dengan santainya menendang kaki Oniel. Pelan tapi cukup mengagetkan hingga Oniel mengaduh sakit. "Berisik ego, ntar diusir kita."

"Sakit anjir!" Oniel mengusap kakinya sembari mendesis. Tatapannya menajam pada Ariel yang tengah menatapnya. "Bodo. Gue lapor aja ke satpamnya biar lo diusir beneran."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OneshotsWhere stories live. Discover now