FL 12

902 61 0
                                    

~Forbidden Love~

|Warning 21++

Andai waktu bisa diputar kembali, Jina ingin ke masa dimana ia akan membatalkan keputusan nya pada malam itu.

Jina duduk sendiri di kursi putih yang sudah berkarat. Menatap danau hijau penuh lumut itu dengan kosong. Pikiran nya menerawang jauh kedepan. Ia sendiri masih bergelut dengan pikiran nya yang akan mengambil sebuah keputusan. Jina tidak boleh terlihat lemah di depan Park Jimin dan bukan berarti pula ia tidak menganggap ancaman Jimin adalah main-main. Karena ia tau, Jimin bukanlah pria yang hanya akan mengancam saja.

Namun, ia akan tetap merahasiakan keadaan nya sampai kapan pun. Tidak boleh sampai Jimin mengetahui nya. Karena itu malah membuat pria Park itu semakin tidak bisa lepas darinya. Ia harus membuat Jimin membenci.

Perlahan tangan nya ter ulur untuk mengusap perut ratanya. Merasakan kesedihan juga kemalangan hidup yang sekarang ini malah tambah membuat Jina terjatuh.

Kini dia hanya sendiri. Tidak ada sahabat yang menemaninya seperti hari biasa karena Younbi masih menikmati liburan. Bahkan Younbi juga tidak tau permasalahan ini, Jina tidak ingin liburan sahabatnya itu terganggu.

Sweet Daddy
"Daddy sudah di depan."

Ingin rasanya Jina membuang ponsel pintar itu ke danau bahkan kalau bisa, dirinya juga sekalian. Agar orang tidak bisa menemukan dirinya lagi.

Sweet Daddy
"Daddy tau kelas mu sudah berakhir. Temui Daddy sekarang, atau Daddy masuk ke kampusmu dan orang akan tau, kalau kita memiliki hubungan bahkan Daddy berharap, Jeon tau."

Digenggam nya dengan kuat ponsel itu. Jina benar-benar muak harus begini terus bahkan Jimin sudah berani mengancam nya membuat Jina tidak berdaya.

Dengan langkah terpaksa, Jina berjalan menuju tempat dimana Jimin menunggunya. Terlihat, dari jauh sedan mewah itu. Sedangkan di dalam sedan, Jimin menyeringai menatap gadis cantik pujaan hatinya yang kini berjalan ke arah sedan nya. Wajah cantik nya begitu Jimin sukai, apalagi tubuh nya yang indah. Jimin kecanduan akan itu.

Pintu sedan sudah Jimin bukakan lebih dulu dari dalam. dengan segera pula Jina masuk lalu menutup pintu itu sampai berdebum lembut. Si pria mendekat, hampir saja bibir mereka bersentuhan namun terburu Jina menjauhkan wajahnya dan memalingkan. Tidak mau menatap wajah pria itu yang mana akan membuat Jina tambah sakit.

Tidak ada yang dibicarakan selama perjalanan. Mereka telah sampai di apartemen. dengan langkah cepat Jina keluar meninggalkan Jimin jauh lebih dulu yang kini berada di belakang nya. Sampai Jina tidak sengaja menabrak salah seorang pria yang mana membuat orang itu marah. Padahal, yang terjatuh adalah Jina bahkan gadis itu sudah meminta maaf.

"Makanya, jalan itu pakai mata," bentaknya membuat Jina merasa sangat bersalah.

Jimin yang melihat itu langsung saja membantu gadisnya berdiri lalu menatap tajam pria yang sudah berani membentak Jina.

"Dia tidak sengaja. Jadi jangan berlebihan," tegas Jimin dengan tatapan tajam nya.

"Dia yang salah. Dia menabrak ku."

Jimin ingin menyahut namun Jina terburu menghalangi."Sudahlah," seru Jina kepada Jimin lalu menatap pria yang di tabraknya tadi sedikit membungkuk,"sekali lagi, maafkan aku yang tidak sengaja." Dengan sigap Jimin merangkul bahu gadisnya kemudian berlalu masuk kedalam lift.

Jina melepas rangkulan pada bahunya. Namun Jimin kembali merangkul pinggul ramping Jina yang mana kini ia eratkan agar kian mendekat. Sesampainya di apartemen, Jina masuk kamar dan menaruh kembali buku penting nya. Belum beberapa menit, perutnya sudah mulai bereaksi dan mual. Terburu Jina berlari menuju wastafel tidak lupa untuk menutup pintu karena takut Jimin tau.

Forbidden Love (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang