4

44 9 0
                                    

Jaebum melangkah menuruni tangga dengan wajah paginya yang segar. Rambut yang masih basah dengan baik memperjelas ketampanannya. Kakinya bergerak menuju arah dapur yang tidak berukuran terlalu besar. Menyeduh teh hijau di pagi hari telah menjadi kebiasaannya.

Mengambil duduk di meja bartender mininya, pemuda Im itu terlihat mengeluarkan ponsel pintarnya dan mulai menghubungi seseorang.

"Bagaimana, kau kembali mendapatkan informasinya?" Tanyanya pada pemuda di telepon.

"Tidak untuk saat ini" jawab Bam-Bam datar "sepertinya, orang itu benar-benar melindungi privasi Mark" lanjutnya.

Mendengarnya, Jaebum mengerti dengan siapa pemuda yang dimaksud, membuat perasaan tidak suka begitu saja memenuhinya.

"Hubungi aku segera saat kau mendapatkan informasinya" ucap Jaebum dan mulai menutup teleponnya.

Meneguk tehnya, pikiran Jaebum kembali mengingat pemuda yang berhasil membawanya kembali pada Negara yang sudah sangat lama tidak ingin dikunjunginya ini.

"Aku akan membawamu kembali, Mark. Kau adalah milikku" tegasnya bermonolog.

...

"Kau ingin menaikinya?" Tanya Kim Bum pada pemuda di sebelahnya.

Melihat bianglala yang sangat besar di depannya, Mark tidak segera menjawab, keraguan dan ketakutan terus menguasai diri pemuda Tuan itu sejak dirinya melangkah dari pintu apartemen.

Memahami pemuda di sebelahnya, Kim Bum terlihat membuang nafasnya dan berbicara, "Mark....." suaranya lembut "Apa kau merasa takut?" Tanyanya baik.

Meski tidak mendapatkan jawaban, ekspresi Mark dengan jelas memperlihatkan. Mengangkat tangannya, Kim Bum dengan lembut mengusap surai Mark.

"Jangan khawatir, Mark. Tidak ada yang harus ditakutkan. Aku ada bersamamu" kata pemuda Kim baik.

Lagi, perkataan baik Kim Bum seakan menjadi magnet penarik keberanian Mark. Dengan pelan, pemuda Tuan itu menganggukkan kepalanya. Melihatnya, Kim Bum tersenyum manis dan menarik lembut tangan Mark untuk menaiki bianglala raksasa itu.

Di atas, meski terlihat gugup, Mark masih menyibukkan matanya untuk melihat bangunan-banguna kecil yang berada di bawah. Tidak bisa berbohong, Mark menyukai pemandangan itu. Langit sore memperlihatkan awan biru oranye yang sangat indah.

Melihat wajah Mark, Kim Bum tersenyum. Dirinya sudah sangat lama ingin membawa Mark kembali menikmati dunia luar. Saat mendapatkan ijin dari dokter Wang, Kim Bum dengan segera melakukan salah satu keinginan terbesarnya itu.

...

Kedua pemuda memikat itu tengah menikmati makan malam mereka di salah satu restaurant Italia yang ternama. Kim Bum tahu, Mark sangat menyukai rasa makanan dari negara itu.

"Mark, aku akan ke toilet. Apa tidak masalah jika kau menunggu disini?" Tanya Kim Bum setelah menyelesaikan makannya.

Meski tidak ingin, tetapi, pemuda Tuan itu tetap menganggukkan kepalanya.

"Jangan takut, tidak akan ada yang menyakitimu disini" kata Kim Bum meyakinkan dan melangkah.

Mark meneguk minumannya. Meski perkataan Kim Bum sangat meyakinkan. Tetapi, kekhawatiran tetap memenuhi diri Mark. Dengan gerakkan hati-hati, mata Mark bergerak mengawasi sekitarnya. Mark takut seseorang bisa saja melukainya jika dirinya tidak berhati-hati.

"Tidak, aku akan kembali ke rumah setelah ini".

Deg

Suara seorang pria, seakan menghantam detak jantung Mark. Suara itu, Mark sangat familiar mendengarnya. Mengalihkan matanya, mata Mark reflek membulat saat melihat punggung seorang pemuda yang masih sangat dikenalnya.

'Jaebum', nama itu secara otomatis bermain di kepala Mark.

Grep

"Tidak.....".

Mark berlirih saat dirinya begitu saja berjongkok di bawah meja dengan menutup telinganya. Membuat dirinya berhasil menjadi pusat perhatian.

"Tidak..... tidak....." ucap Mark ketakutan dengan terus menutup erat telinganya. Sungguh, Mark sangat tidak ingin Jaebum akan melihatnya dan akan melakukan hal buruk padanya. Tidak, Mark tidak ingin mendapatkan rasa sakit yang sangat menyiksanya itu.

Kim Bum melangkah kembali menuju meja, wajahnya terlihat terkejut saat tidak melihat Mark. Tetapi, ekspresi itu segera berubah menjadi ekspresi bertanya saat matanya melihat siluet Mark yang meringkuk di bawah meja.

"Mark?" Suara Kim Bum terkejut.

"Tidak..... tidak..... aku tidak mau.....".

Mendengar perkataan dan ketakutan yang sangat jelas di wajah Mark. Kim Bum dibuat menjadi lebih bertanya dengan penuh kekhawatiran.

"Mark, ada apa? Apa yang terjadi?" Tanyanya seraya mengitari matanya melihat ke arah orang-orang yang terus memperhatikan Mark.

Membuka matanya, Mark begitu saja memeluk Kim Bum dengan kuat. "Di..... dia..... aku..... aku melihatnya" ucap Mark bergetar.

Perkataan Mark, Kim Bum reflek mengitari matanya. Tetapi, tidak ada seseorang yang dikenal atau menarik perhatiannya. Membuat Kim Bum kembali bertanya. "Kau melihat dia? Katakan siapa yang kau lihat, Mark?".

Mark menggeleng kuat. Tidak, dirinya sangat ketakutan harus menyebutkan nama itu. Tahu jika pemuda di pelukkannya tidak menjawab. Kim Bum kembali berbicara.

"Mark, dengar....." suaranya lembut "jangan takut, tidak akan ada yang berani menyakitimu disini" ucapnya baik "sekarang berdiri lah, kita akan kembali".

"Tidak" Mark menolak dengan cepat "hyung..... aku..... aku tidak ingin..... bertemu dengannya" jelasnya ketakutan.

Lagi, perkataan Mark membuat Kim Bum memperhatikan seluruh ruangan. "Tidak ada, Mark. Tidak ada orang yang kau takutkan" jelas Kim Bum baik.

Seakan tidak mengerti, Mark terus saja memeluk kuat Kim Bum. Melihatnya, Kim Bum kembali berbicara.

"Baiklah. Sekarang lihat diriku" ucap Kim Bum seraya mengarahkan wajah Mark "dengar..... aku ada disini, siapapun dia, tidak akan ada yang berani menyakitimu karena aku bersamamu" jelas pemuda Kim itu lembut "sekarang, ayo, kita akan kembali. Kau harus meminum obatmu dan beristirahat" lanjutnya dengan mengusap lembut surai Mark.

Tidak lagi menolak, Mark dengan patuh berdiri dan melangkah. Meski masih memiliki ketakutan, tetapi, dirinya percaya pada pemuda yang terus bersamanya ini.

Dan Kim Bum, sebagian pikirannya mengatakan jika pemuda Tuan itu mungkin kelelahan sehingga membuatnya memiliki imajinasi yang tidak baik. Tetapi, sebagian pikirannya yang lain juga memikirkan siapa seseorang yang dimaksud oleh Mark. Dirinya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat Mark menjadi sangat ketakutan.

...

"Jadi, Mark mengatakan dirinya melihat seseorang?" Tanya pemuda di telepon.

"Ehhhmmm. Aku tidak yakin, tetapi, reaksi Mark terlihat sangat ketakutan" jawab Kim Bum.

Helaan nafas terdengar dari pemuda di telepon. "Hyung, aku juga tidak bisa menyimpulkan. Mark masih memiliki trauma akut, dirinya juga belum bisa terlalu beradaptasi. Tetapi, faktor kelelahan juga berpengaruh" jelas Jackson.

Mendengarnya, Kim Bum berkata, "Aku mengerti" ucapnya lembut.

Jackson, "Hyung, kenapa kau tidak melihat rekaman cctv di restaurant itu? Mungkin saja, Mark benar pada perkataannya. Dirinya mungkin benar melihat seseorang yang berhubungan dengan masa lalunya".

Perkataan Jackson, Kim Bum seakan mendapatkan sebuah kunci. Benar, kenapa dirinya tidak berfikir untuk melihat rekaman camera di restaurant itu. Jika Kim Bum mengetahui seseorang yang dimaksud Mark, dirinya akan bisa untuk lebih berhati-hati. Kim Bum yakin, seseorang yang dilihat Mark pastilah seseorang yang memperlakukan Mark dengan tidak baik.

"Kau benar, aku akan melihatnya nanti" ucap Kim Bum berterimakasih.

Please, Just Love Me! ( Book 2 ) Where stories live. Discover now