14° Deep Talk

386 54 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Rasa menyesal tiba-tiba datang, Putri marah pada Agis yang bisa-bisanya menuruti keinginannya disaat cowok itu pernah bilang tak akan lagi menyentuhnya.

Mengingat yang semalam, Putri memaki dirinya sendiri dan terlebih untuk Agis. Putri sangat membenci cowok itu, yang katanya mau tanggung jawab malah justru semakin merusak.

Cewek itu berdecak, tangannya menepis kasar tangan Agis yang akan meraih selimut yang menutupi tubuhnya. Putri benar-benar marah sekarang.

"Dih, tiba-tiba galak?" tanya Agis sambil menjauhkan diri dari Putri, padahal niatnya baik mau lebih menaikan lagi selimutnya agar bisa menutupi seluruh tubuh Putri, soalnya bahunya masih kelihatan dan Agis juga merasa masih sangat bersalah jika melihat banyak tanda di sana yang dibuatnya.

Niatnya mau bolos saja, Putri juga mengiyakan sarannya semalam.

Oh iya, ini sudah jam 3 subuh dan keduanya baru akan tertidur.

Tiba-tiba isak tangis Putri terdengar, Agis reflek kembali mendekat dengan rasa terkejutnya. Panik lah cowok itu ketika melihat Putri yang benar-benar menangis, Agis lalu mengubah posisinya menjadi duduk sehingga kini selimutnya turun sampai sebatas perutnya.

"Kenapa? Kok tiba-tiba nangis?" tanya Agis sambil mengusap air mata Putri, ingin sekali Putri menepisnya lagi namun ia bimbang.

"Serba salaaahh!!" rengek Putri lalu pecah tangisnya, Agis mendekat kembali merebahkan dirinya namun menyamping menghadap Putri. Satu tangannya dibuat untuk mengusap air mata Putri dan satu tangan lainnya mengusap rambut Putri.

"Serba salah gimana?" tanya Agis lagi.

"Gue marah, Ragista! Lo merusak gue disaat lo janji nggak bakalan nyentuh gue lagi!!" murka Putri di sela tangisnya, mendengar itu Agis berdecak.

"Kan bukan gua yang pengen, elo yang maksa." ucap Agis membuat tangis Putri semakin pecah, "Aduh, jangan nangis, gua bingung." katanya masih dengan perasaan paniknya.

"Justru itu! Gue malu! Gue tau gue yang maksain, tapi sekarang gue marah!!"

Agis menghela nafasnya kasar, ia bingung harus berbuat apa jika sudah seperti ini. Dari awal firasatnya buruk ketika paham maksud keinginan Putri sebelum cowok itu menjemputnya, tapi disisi lain Agis juga merasa senang karena ia sama tersiksanya sejak pulang dari rumah Putri sebelumnya.

"Dari awal juga gua udah bilang, jangan, Putri. Sekarang udah kayak gini gua harus apa?" kata Agis setengah frustasi.

"Nggak tauuuu," rengek Putri masih menangis.

Kemudian Agis bangun lagi dari posisinya, cowok itu bangkit dari ranjang lalu memungut pakaian bawahnya untuk dipakai tanpa atasan. Agis jalan keluar kamarnya menuju ruang tengah, segala yang berantakan di sana ia bereskan termasuk barang-barang Putri untuk di pindahkan ke kamarnya.

Fight For ItWhere stories live. Discover now