chapter 2

2.2K 280 73
                                    

"Aku pikir kau straight, Gusion." Claude, masih dengan seringainya.

"Huh? Apa maksudmu? Bersenggama itu menghangatkan diri. Nilai pelajaran bahasamu pasti jelek." Gusion dengan polosnya menjawab dan yakin. Karena menurut Aamon arti bersenggama memang itu.

"Kau tahu dari siapa?"

"Dari kakakku."

Mereka mengobrol sambil menyusuri pinggir danau. Gusion masih setia melihat burung-burung terbang.

kakaknya pasti seorang brocon, batin Claude.

Sampailah mereka di depan gubuk. Begitulah Gusion menganggapnya.

"Aku pulang." Claude membuka pintu.

"Dex! dex!" muncul seekor monyet dari dalam rumah itu. Gusion sontak menarik tangan Claude, menjauh dari si monyet. Memposisikan Claude di belakangnya.

"Hus! Pergi sana!" Tangan kiri Gusion digunakan untuk menggenggam tangan Claude. Sedangkan yang kanan menunjukan gestur agar  si monyet pergi.

Claude diam beberapa saat. Lalu bertatapan dengan monyet itu.

"Hahaha," Claude tertawa. Si monyet ikut tertawa. Gusion yang berada ditengah keduanya bingung. Ia tidak paham. Hingga akhirnya bungsu Paxley itu menarik sebuah kesimpulan. Matanya melotot menatap horor Claude.

"Claude, jangan-jangan kau adalah siluman monyet?" Gusion ragu menanyakan ini. Tapi ia tetap beranikan.

"Aku? Siluman monyet? Hahaha." Claude menunjuk dirinya sendiri lalu lanjut tertawa lagi.

"Aku serius! Berhenti tetawa!" kesal, daritadi si pencuri hanya tertawa. Ia makin bingung.

"Ahahaha. Oke, oke. Aku bukan siluman. Kau ini kebanyakan membaca dongeng, ya? Dan monyet itu, ia adalah temanku. Namanya Dexter. Dex, ini Gusion. Pelanggan kita." Dexter naik ke pundak Claude, memberikan tangannya hendak bersalaman dengan yang katanya 'pelanggan' mereka.

Gusion sedikit tidak percaya. Tapi dia tetap meraih tangan Dexter, mereka berjabat tangan.

...

"Ini handuk dan pakaian ganti. Kamar mandinya ada disebelah sana." Claude menyodorkan pakaian dan handuk pada Gusion sembari menunjuk ke arah kamar mandi.

"Terima kasih." Gusion langsung saja menuju kamar mandi.

Claude menunggu sambil duduk di sofa. Dexter naik ke atas meja, membawa 2 buah apel yang barusan di petik. Satu ia berikan pada si pemuda.

"eng Claude, kurasa pakaianmu agak sedikit kebesaran dan tipis untukku. Apa kau punya hoodie atau jaket yang bisa kupinjam?" Gusion keluar dari kamar mandi dengan titik-titik air yang masih meggantung pada ujung rambut dan pipinya yang sedikit memerah entah karena apa. Ia mengenakan celana jeans dan kaos putih milik Claude. Dan oh apa itu? Pundaknya sedikit terekspos.

Claude berhenti memakan apelnya. Matanya tidak berkedip barang sekali pun. Pandangannya fokus pada pemuda yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Gusion dengan balutan pakaiannya. Dengan kaos yang mengekspos sedikit pundaknya? Astaga. Claude tahu wajah Gusion memang sedikit feminim, tapi ini membuat pipinya menghangat.

Tidak mendapat respon sama sekali, Gusion memutuskan untuk mendekati Claude. Ia berdiri tepat di depan Claude duduk. Si pencuri pandangannya masih tidak teralihkan. Gusion kesal. Akhirnya, ia menekuk kedua lutut kakinya di hadapan Claude. Tangannya ia gunakan untuk menggoyangkan kedua paha si pencuri.

"Claude! Kau jangan diam terus!" Seru Gusion dengan nada sedikit tinggi.

"Ah iya apa? Kenapa?" Claude yang baru menyadari pemandangannya saat ini. Gusion yang ada diantara kedua kakinya. Tidak bisa.

Efemeral (Claude x Gusion)Where stories live. Discover now