chapter 8

1.6K 215 51
                                    

Saat pagi menjelang, Gusion mendapati kasur di sebelahnya kosong. Ia buru-buru bangun dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ternyata Claude ada di balkon kamarnya. Tengah bersandar pada pagar.

"Claude," panggil si pemilik kamar.

Claude menolehkan kepalanya ke belakang. Lucu sekali melihat Claude dengan gel penurun panas yang tertempel di dahinya dan beberapa helai rambut yang acak-acakan.

"Pagi, Gusion." Sapanya dengan senyum.

Gusion masih memerhatikan Claude sampai ia sadar akan satu hal. Cepat-cepat ditariknya Claude dan menutup pintu balkon.

"Bodoh! Kau sedang sakit. Di luar dingin dan bersalju. Claude bodoh." Gusion baru bangun tapi sudah emosi.

Claude hanya membalas dengan cengengesannya. Ia lupa kalau Gusion agak bawel padanya.

Sekarang Claude duduk di tepi kasur dan Gusion disebelahnya sembari memeluk boneka badtz-maru. Claude baru sadar, padahal Gusion dulu bilang tidak suka boneka. Tapi apa? Malah dipeluk-peluknya boneka itu.

"Ngomong-ngomong kenapa semalam kau bisa berada disana?" Gusion memulai introgasinya.

"Aku sedang mencari pekerjaan tambahan." Claude menjawab tanpa melihat ke arah Gusion. Pandangannya ke depan.

"Memangnya pekerjaanmu sekarang ini gajinya tidak cukup?" Sebenarnya Gusion tidak tahu pekerjaan Claude apa. Tapi karena dirasa tidak perlu tahu, ia langsung tanya gajinya saja.

"Kurang. Fanny menawari pekerjaan di sebuah rental pacar sebenarnya. Tapi masih aku pertimbangkan."

Alis Gusion berkedut mendengar perkataan Claude barusan. "Rental pacar? Maksudnya kau menjadi pacar sewaan? Kau akan melakukan hal romantis dengan pelangganmu?"

"Hm, begitulah." Claude balas santai, tapi sepertinya Gusion tidak bisa tenang.

"Itu pekerjaan tidak baik. Wajahmu kurang tampan. Pasti yang order sedikit," Gusion berdalih, sebenarnya ia tidak mau Claude harus menjadi pacar sewaan begitu.

"Benarkah? Padahal Fanny bilang aku tampan. Saat SMP juga banyak yang menyukaiku." Claude tempelkan tangannya di dagu. Seolah mengingat masa-masa SMP nya.

"Iya. wajahmu itu seperti wajah seorang pencuri."

"Kalau begitu, coba tebak apa saja yang pernah kucuri." jawab Claude dengan seringai andalannya.

"Hatiku." Gusion berucap sedatar mungkin. Ia segera bangun dari kasur dan pergi ke arah pintu. Tidak ingin lawan bicaranya melihat wajahnya yang sedikit memerah dengan ucapan sendiri.

"Heee... kau pandai menggombal ya sekarang." Claude agak kaget dengan jawaban Gusion. Biasanya anak itu tsundere. Atau paling tidak pipinya akan ditampar oleh bungsu Paxley itu.

"Tentu. Ada seseorang yang mengajariku." Gusion menarik kenop pintu. Dan saat dibuka ada seekor anjing berjenis pomeranian dengan bulu putih halus.

"Yang mengajarimu pasti orang tampan." Claude mencoba menggoda Gusion, tapi pandangannya tetap kearah langit-langit kamar.

"Cloud, apa kau lapar?"

"Tidak juga."

"Mau makan?"

"Aku tidak lapar, Gusion."

"Kalau disuapi mau?"

"Kalau ditawari begitu, aku tidak akan menolak."

Gusion yang tengah berjongkok di depan pintu sembari mengelus-ngelus anjing kecil itu menengok ke arah sumber suara yang daritadi menjawabnya.

Efemeral (Claude x Gusion)Where stories live. Discover now