Setibanya di apartemen, tanpa mengatakan apapun Yena langsung masuk ke dalam kamar dan menutupnya. Sedangkan Yohan yang berjalan cukup jauh di belakangnya dengan santai mengikuti Yena ke kamar. Yohan meraih gagang pintu untuk membukanya, namun ternyata pintu itu dikunci dari dalam oleh Yena.
"Hei! Kenapa dikunci? Ini juga kamarku," panggil Yohan dari luar.
"Jangan masuk! Aku sedang ganti baju!" Balas Yena dari dalam.
"Aaah, yang benar saja," keluh Yohan malas lalu berjalan menuju ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sana.
Di telinganya masih terngiang omelan dari Ayah mertua dan Kakak iparnya. Meskipun begitu dengan jawaban sembrono Yohan yang sempat membuat Yena cemas akhirnya dia berhasil membuat Yena tinggal bersamanya.
"Mereka benar-benar sangat cerewet," ucap Yohan lalu menutup matanya.
Namun beberapa detik kemudian dia teringat Yena yang menciumnya di galeri hari ini. Tanpa sadar Yohan tersenyum sendiri mengingat kejadian itu.
"Ternyata dia cukup berani juga," kata Yohan sendirian.
Di sisi lain, sebenarnya Yena tidak tengah benar-benar mengganti pakaiannya. Saat ini dia tengah meratapi perilakunya yang terlalu gegabah. Bisa-bisanya Yena mencium Yohan seperti tadi, sekarang dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menghilangkan suasana canggung di antara mereka.
"Bagus Yena, pernikahan kalian baru saja kemarin tapi kau malah membuat masalah seperti tadi," ucap Yena pada dirinya sendiri.
***
Setelah mengganti pakaiannya, Yena membuka pintu kamar itu. Dan saat mendengar suara pintu terbuka Yohan langsung bangkit lalu melompat dari sofa.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Yohan.
"Perempuan memang seperti itu, kamu harus terbiasa mulai sekarang," ucap Yena.
"Apa? Aku harus selalu seperti ini saat kau ganti? Padahal kalau mau ganti pakaian, tinggal ganti saja," kata Yohan santai lalu masuk ke dalam kamar.
Yena hanya membalasnya dengan tatapan kesal. Tapi dia tidak ingin membuatnya menjadi rumit sehingga dia memutuskan untuk mengambil barang-barangnya yang baru saja datang. Dia langsung menarik koper berwarna biru muda miliknya masuk ke kamar Yohan.
Mau tidak mau mereka harus menggunakan kamar bersama karena apartemen Yohan hanya memiliki satu kamar saja. Dilihatnya Yohan yang kembali berbaring di atas tempat tidur sambil memainkan ponselnya.
Tidak ingin mempedulikannya, Yena duduk di bawah sambil membuka kopernya. Saat Yena tengah membereskan barang-barang miliknya tiba-tiba Yohan berpindah posisi ke tepi tempat tidur untuk mendekati Yena.
"Hei, ada club yang tengah populer aku mau ke sana apa kamu mau ikut?" Tawar Yohan.
"Bisa-bisanya kamu mengajak istrimu ke tempat seperti itu?" Tanya Yena dengan kesal.
"Kalau tidak mau ya sudah," balas Yohan, "tapi kalau aku tidak pulang semalaman, kau jangan membuat keributan dengan terus menelepon atau mencariku ke mana-mana," tambah Yohan berhasil membuat gerakan Yena terhenti sesaat.
"Terserah, lagipula bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau kau tidak mau terlibat perasaan romantis denganku," balas Yena datar.
"Aaah, kau benar," Yohan mengangguk setuju.
Sudah Yena duga, jawaban Yohan akan seperti itu. Benar-benar tidak adil, Yohan menyuruh agar Yena menjaga sikap karena sekarang dia istrinya, tapi Yohan sendiri malah ingin pergi ke club. Dan Yena yakin dengan melihat perilaku Yohan selama ini, Yohan bukanlah tipe yang hanya akan minum atau semacamnya di sana. Yena yakin Yohan akan mencari perempuan lain untuk diajak tidur bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Husband || Kim Yohan
RandomChoi Yena yang selalu menjunjung tinggi etika dan selalu hidup dengan penuh sopan santun, harus menikahi Kim Yohan si pria berandalan dan bar-bar. "Bagaimana mungkin orang gila itu adalah suamiku?" Choi Yena. "Choi Yena! Di mana kau? Apa kau tidak m...