Chapter 14

1K 106 4
                                    

Drrrtt ddrrt

"Eumhh" Chenle merengek karena merasa terganggu oleh suar ponsel Jisung yg berada di nakas.

"Sshh" Jisung mengambil ponsel itu dan melihat notifikasi pesan dan beberapa panggilan tak terjawab pagi itu.

Jisung membuka pesan di sana dan tangan satunya ia gunakan mengelus Chenle agar tertidur kembali.

Matanya terfokus pada satu kalimat di layar, tangan itu seketika berhenti mengelus dan Jisung mencengkram kuat ponselnya.

🐬🐭🐬

Jisung meninggalkan rumah sakit, ia memakai jas hitamnya lalu mengetik sesuatu di ponselnya.

"Brengsek!"

Jisung menelepon salah satu anak buahnya.

"Siapkan alasan yg bagus sebelum aku memenggal kepala mu"

Di pintu keluar terparkir mobil hitam menunggu Jisung. Anak buahnya membukakan pintu dan melesat pergi.

Wajahnya tenang namun tatapannya sangat tajam, anak buahnya melirik dari kaca spion melihat Jisung memainkan cincin di telunjuknya, Dahinya mengeluarkan keringat dingin, tak ada hal baik setelahnya ketika Jisung melakukan itu. Ia khawatir pada nyawa temanya.

Jisung memiliki kebiasaan memainkan jari atau cincin di telunjuknya untuk menahan amarahnya, ia akan menahan sampai amarah itu di keluarkan pada waktunya. Seperti menumpuk bom sebanyak mungkin lalu di ledakan secara bersamaan mengakibatkan guncangan dahsyat.

Setengah jam kemudian mobil terparkir di mension mewah milik tuan Seo. Langkah Jisung lebar dengan tujuan pasti, pintu besar terbuka dan ia menemukan seseorang tengah berdiri dengan tegak namun tatapannya menunduk.

Buaghh

Tubuh besarnya terhuyung oleh pukulan Jisung, wajah tampannya menjadi memar dan ia tetap diam sembari kembali berdiri tegak di hadapan tuannya. Ia pantas mendapatkannya, ia telah lalai dalam tugasnya, seharusnya bukan pukulan yg ia terima tapi sebuah tembakan di kepalanya.

Jisung memakai sarung tanganya, ia menyuruh semuanya menyingkir menyisakan ia dan lelaki itu. Pukulan kedua kembali di layangkan, di sertai tendangan di perutnya.

"Apa alasanmu?"

"Tidak ada. Aku memang salah. Chanie hilang karena aku"

Mendengar ini kemarahan Jisung kembali meluap, namun itu sia-sia. Dengan kasar menghela nafas ia menenangkan dirinya.

"Sudahlah tak ada gunanya aku menghabisi mu, lakukan saja tugasmu kali ini dengan benar dan bawa pulang kakak ku"

"Baik"

Jisung berbalik melepaskan sarung tangan hitamnya "Lucas"

"Ya" pria yg sudah babak belur itu kembali berdiri tegap menatap punggung Jisung

"Aku ingin kau menyusup kesana.." Jisung melirik dari ekor matanya

"..Laporkan situasinya. Jangan bertindak tanpa perintah dariku"

"Akan ku lakukan"

Jisung langsung memasuki ruang kerja daddynya. Ia melihat Johnny tengah memainkan Desert Eagle di tanganya, ketika ia melihat Jisung tanganya berhenti dan menyimpan senjata itu di meja yg tengah ia duduki.

"Kau cukup santai untuk ukuran ayah yg sedang kehilangan anaknya" Jisung duduk di sofa hitam itu menatap daddynya.

Ada orang lain di ruangan itu, itu adalah Jungwoo, seorang programmer yg sangat handal, orang yg waktu melacak Chenle juga adalah dia. Jisung akui itu cukup membantu dirinya. Tanpanya ia akan kehilangan Chenle sekarang. Orang itu masih mengotak-atik laptopnya sudah di pastikan apa yg ia cari sekarang; kakaknya.

Dive Into You || JiChenWhere stories live. Discover now