3.

45 5 0
                                    

"Akkh!" Hyeok berteriak kesakitan memecah malam. Tangannya tak henti memukul pria yang lebih besar, Taejin, yang berada di atas nya sambil berusaha menangkannya,

"Shht... Shht... Tidak apa-apa. Aku tidak bergerak. Aku tidak bergerak." Kata Taejin, mengusap keringat di dahi Hyeok.

Taejin sendiri sedikit panik. Dia tahu dia besar, semua wanita juga menangis kepadanya. Tapi sepertinya melakukan itu kepada pria lebih menhakitkan. Dia menjadi tidak tega melihat Hyeok yang babak belur menjadi lebih sakit. Taejin terus mengusap keringat Hyeok yang berbaring dibawahnya, menciumnya beberapa kali dan berbisik, "Shhtt... Shhtt... Hyeok-ah, apa sangat sakit?"

"Cobalah untuk diam!" Hyeok menggertak, memukul wajah Taejin agar berhenti menciumnya.

Taejin tidak keberatan berapa kali Hyeok memukulnya. Dia sedikit lega saat Hyeok mau memejamkan mata, menggigit bibirnya sambil terus berusaha terbiasa dengan penis Taejin didalam pantatnya.

"Bagaimana?" Tanya Taejin.

"Ya..." Perlahan Hyeok membuka matanya. "Kamu boleh bergerak."

Mengangguk, Taejin memandang Hyeok sebentar seolah meminta ijin sebelum menciumnya dengan lembut. Bersamaan dengan lumatan yang datang, Taejin juga menggerakkan pinggulnya. Dia menjadi lebih hati-hati dari biasanya.

Bergeraknya penis Taejin didalam dirinya, membuat Hyeok menggerang dan mendaratkan tangannya di belakang kepala Taejin, menjambaknya kapanpun dia merasa sakit.

Taejin akan berhenti ketika Hyeok terengah-engah dan melengkungkan punggungnya. Tapi saat seperti itu, dada Hyeok akan menggosok dadanya dan memicu sesuatu pada Taejin dan dia mulai mendorong lebih cepat. 

Taejin bisa merasakan setiap denyutan lubang Hyeok dikemaluannya, membuatnya tercekat. Nafasnya terengah, seirama dengan Hyeok. "Apa kamu tahu? Lubang selalu mengerut jika bersemangat---"

Hyeok mendesis "Diamlah." setengah bangkit untuk mencium dan membungkam Taejin. Ini justru menambah keruh pikiran Taejin. Rangsangan di semua tubuhnya dan dia tidak bisa terus bermain lembut.

Tanpa henti, Taejin mendorong selangkangannya ke pantat Hyeok, menusuknya tanpa menghentikan ciuman. Ciuman Taejin turun ke leher Hyeok, menghisap dan menggigitnya untuk meninggalkan tanda. Turun lagi ke dada Hyeok, menghisap putingnya dengan keras membuat Hyeok menjambak rambutnya sama kerasnya.

"Jangan digigit! Akh! Tunggu... Sialan Jin--!" Hyeok mengerang. Membanting kepalanya ke bantal dengan frustasi saat Taejin menggigit putingnya kemudian meninggalkan banyak tanda disekitar sana.

Menyelesaikannya dengan satu jilatan terakhir, Taejin berhenti untuk memandang karyanya. Senyum cabul di bibirnya. Jarinya menelurusi tanda kemerahan yang ia buat mulai dari leher hingga kedua sisi dada Hyeok. Kemudian turun lagi hingga berhenti di penyatuan mereka. Bersiul, "Aku sedang membuat pohon sakura. Ini batangnya. Dan yang merah bunganya."

Merah merekah di wajah Hyeok karena malu. Dengan keras, dia memukul kepada Taejin dan berteriak,  "Cepat selesaikan, Cabul!"

"Baik, Istriku..." Taejin menggoda. Tangannya yang kuat membalik tubuh Hyeok sebelum kembali menusuknya dari belakang.

Jemarinya menari menari di punggung Hyeok, menggodanya hingga tubuh dibawahnya itu menggigil. Dia mencondongkan tubuhnya, meraba dada Hyeok dan mencubit putingnya. Berbisik, "Apa kamu ingin aku bergerak? Cepat atau lambat? Kenapa kamu tidak menangis? Apa aku tidak cukup untukmu?"

Hyeok menyingkirkan tangan Taejin dari dadanya sambil membenamkan wajah ke bantal. Suaranya teredam saat berkata, "Aku mohon cepat selesaikan."

Meski tak mengerti kenapa Hyeok ingin cepat mengakhiri ini, Taejin memulai rentetan serangannya. Suara benturan yang basah dibentuk dari selangkangan nya yang memukul pantat Hyeok.

The North And The South [Taejin×Suhyeok] God Of HighschoolWhere stories live. Discover now