4.

26 2 0
                                    

"Ayo!"

Hyeok mengerutkan dahinya dengan bingung. Tak mengerti kenapa Taejin begitu bersemangat untuk memakan ramyeon padahal dirinyalah yang membeli itu. Ia lantas membebaskan tangannya dari Taejin dan bertanya, "Kenapa kau?"

Menggeleng dengan malu, Taejin menggigit sumpitnya sendiri, "Tidak. Makan dulu baru kawin."

Hyeok yang sudah mulai makan langsung tersedak mendengar Taejin mengatakan hal cabul tanpa beban. Dia segera bangun, membuka kulkas dan meminum air dari sana untuk meredakan perih di hidung akibat kuah pedas ramyeon. "Kau gila?!"

Taejin mengangguk dengan tegas. "Baru-baru ini, aku jatuh cinta padamu dan siang tadi seorang wanita mengajakku makan ramyeon. Aku tahu maksudnya. Tapi aku mengajaknya ke kedai ramyeon asli daripada hotel, dia beli satu dan aku membungkus dua ramyeon dan pulang. Kamu pasti bangga padaku, jadi maukah kamu menikah--- AW!"

Rintihan terdengar dari Taejin yang dilemppar sumpit oleh Hyeok. Pria yang pendek berkacak pinggang pada yang lebih besar, tak menunjukan simpati apapun meski ia mengaduh sambil menggosok kepalanya.

Ya Budha, berikan pencerahan kepadaku. Batin Hyeok

Hyeok menarik napas panjang, kemudian dengan tenang kembali duduk dan menghadapi ramyeonnya. Berkata kepada Taejin, "Aku ingin menegaskan ini. Dengarkan selagi makan."

"Baik, Tuan Istri!" kata Taejin sambil memberi hormat, kemudian mulai makan.

Hyeok sendiri menggeleng heran dan perlahan menikmati ramyeonnya. "Yang pertama ingin kukatakan adalah, aku harap kita tidak bersama dalam waktu lama. Kemudian, faktanya aku harus pergi sesegera mungkin, tak bisa terus bersembunyi karena keluargaku menunggu---"

"Keluarga? Oh, tolong kenalkan aku kepada ibumu. Aku ingin berterimakasih karena sudah melahirkanmu untukku." Taejin menyeringai, "Lanjutkan ceritanya."

"Bukan. Bukan orang tua. Tapi istri dan anakku." Hyeok menunggu untuk melihat reaksi Taejin. Taejin berhenti makan sebentar, melirik Hyeok dengan sedih dan kecewa. Namun kemudian tersenyum canggung, menunduk dan kembali makan dengan lambat.

"Ayolah..." Hyeok meraih tangan Taejin yang bebas. Berusaha menghiburnya. "Kamu suka aku kan? Mengetahuinya di awal akan lebih baik sebelum semakin dalam."

"Taejin, kamu muda, tampan, dan kuat. Seperti yang kamu ceritakan tadi, wanita akan mudah jatuh untukmu. Tapi aku tidak." Hyeok mengusap tangan Taejin, mencoba meraih perhatiannya meski diabaikan. "Aku sudah berlabuh pada satu orang. Dan jujur, aku tidak mengerti kenapa kamu menyukaiku. Aku pria, tapi kamu memperlakukan ku seperti wanita. Itu aneh. Aku harus kembali kepada istri dan anakku. Aku akan senang melihatmu punya istri dan---"

"Dan apa anakmu punya mata sepertimu?" tanya Taejin tiba-tiba. Ia menarik tangannya dari Hyeok, menatap pria yang ia sukai dengan kecewa. "Jika iya, aku akan menikahinya. Kembali kepada istrimu itu pilihanmu, tapi aku mencintaimu, Hyeok."

"Taejin, kamu hanya suka melakukan 'itu' denganku---"

"Hyeok!" Panggil Taejin dengan tegas. "Aku bodoh. Tapi aku tahu apa itu cinta. Jika kamu bebas untuk berlabuh pada wanita itu, maka aku juga berhak berlabuh padamu."

Taejin berdiri, melangkah melawati ramyeon dan jongkok didepan Hyeok. Tangannya meraih dagu Hyeok, dengan ibu jarinya dia menekan bibir Hyeok untuk menghapus kuah ramyeon.

"Tidak! Tidak lagi!" Bantah Hyeok yang seolah tahu kemana ini akan berlanjut. Dia memegang dada Taejin, siap mendorongnya kapanpun jika pria itu menyerangnya. "Sudah cukup aku menurunkan harga diri priaku dan istriku! Aku tidak ingin itu lagi, lebih baik ditangkap seumur hidup daripada mengkhianatinya!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The North And The South [Taejin×Suhyeok] God Of HighschoolWhere stories live. Discover now