chapter 11

406 67 2
                                    

Setelah kejadian malam itu, Sharga dan Shafa menjadi semakin dekat. Namun, keduanya tidak pernah bertukar nomor. Lantas bagaimana bisa mereka semakin dekat, jika bertukar nomor saja tidak?

Tentu saja karena Sharga selalu menjemputnya untuk pergi ke sekolah bersama, dan menanyakan pukul berapa Shafa pulang.

Riki yang menyaksikan itu hanya menggeram tertahan, ia tak menyangka jika sahabatnya ini akan sebegitu bodohnya jika sudah jatuh cinta.

"Ga," Sharga menoleh pada Riki, memberikan tatapan bertanya. "Gua gak nyangka ternyata lu kalo bucin mendadak goblok kayak gini, beneran dah," ujarnya serius.

Sharga yang tak terima sontak memukul kepala Riki menggunakan buku tulis di genggamannya, "Sekate-kate aje cungur lu, ye!"

"YA ABISNYA ANYING, gini gini. Lu sama Kak Shafa tuh udah deket, lu tinggal jedor anaknya, lagian anaknya juga mau. Terus sekarang lu nungguin apaan, hah?! MANA KAGAK TUKERAN NOMOR, LU KIRA INI JAMAN KERAJAAN YANG KABAR-KABARANNYA PAKE BURUNG?!" Riki yang geram akhirnya memarahi Sharga, membuat Sharga mendengus dan kembali fokus menulis.

"Gua yang gamau, nyet. Soalnya gua belom masuk SmanSa, lu gak lupa 'kan soal ambisi gua masuk ke sana?" Sharga melihat ke arah Riki dengan tatapan seriusnya, membuat Riki mau tak mau mengangguk.

"Nah, yaudah. Gua mau masuk ke sana dulu, biar gua jagainnya gampang. Kalo pacaran sekarang, terus ada yang jahatin dia di sekolahnya, gua gabisa bantuin apa-apa apalagi sampe jagain."

Riki terdiam, ternyata temannya ini sudah sejauh itu memikirkan keadaan Shafa. Membuat dirinya tak tahan untuk nyeletuk, "Bucin anjing!"

"GAK SENENG AJE LU GUA BUCIN, KEMAREN GUA KAGAK BUCIN LU MARAH-MARAH!" Sharga yang tak terima dihujat oleh Riki sontak meradang dan membalas perkataannya tak kalah keras, dan merekapun berakhir berkelahi. Walaupun memang tidak benar-benar berkelahi, sih.

━━━━━━━━━━━━━━━

Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Keeanu, di mana ia merasa gemas karena sikap Shafa yang menurutnya bodoh tersebut.

"Apa sih, Nu? Kamu ngeliatin aku kayak mau makan orang aja," Shafa yang merasa takut ditatap seperti itu sontak menutup wajah Keeanu menggunakan buku di tangannya.

"Kamu kenapa deh? Kok gamau confess ke si Arga?" Tanyanya bingung. Shafa bukanlah orang yang diam saja ketika sudah sesuka itu, ia akan langsung mengutarakannya pada orang tersebut.

Shafa menghembuskan napasnya dengan lelah, itu adalah pertanyaan yang ke-6 dari Keeanu hari ini. "Kalo kamu nanya itu sekali lagi, aku pukul kamu pake ini," ujarnya sembari mengangkat botol minumnya.

Keeanu yang tidak takut tetap menanyakan pertanyaan yang sama, membuat Shafa kesal dan langsung mencubit pinggang temannya itu. "AW! SAKIT IH, SHA!" Keeanu menjerit, lalu tak lama membalas cubitan Shafa tak kalah keras.

"AW! IYA AMPUN, MAAF MAAF, AKU GABAKAL NYUBIT LAGI!" Shafa menahan tangan Keeanu yang akan mencubitnya lagi, membuat Keeanu mengurungkan niatnya.

"Jawab, kenapa kamu ngga confess duluan, aku belum dapet jawabannya," ujar Keeanu.

"Dia mau fokus belajar, Nu. Dia mau masuk ke sini, lagian nanti juga ketemu di sini. Dia ambis banget mau masuk ke sini terus masuk kelas bahasa, katanya biar kayak aku." Shafa yang menyerah akhirnya menjawab pertanyaan Keeanu, yang ternyata hanya dibalas anggukan.

"Kok gitu doang reaksinya?" ujar Shafa tak terima, membuat Keeanu menatapnya bingung sembari menjawab, "Ya ... emang mau gimana lagi? Lagian kamu aku tanya daritadi gaada jawab, padahal tinggal jawab gitu doang."

Shafa memandang tak percaya ke arah Keeanu, "Dahla, aku ke kantin sendiri aja."

Keeanu tertawa terbahak ketika sahabatnya itu pergi, yang tak lama ia susul dengan kekehan geli. "Gitu aja pundung, jangan pundung dong, Sha," ujar Keeanu sembari menoel lengan sahabatnya.

Keduanya mengobrol dengan asik menuju kantin, hingga ada gerombolan kakak kelas melewati keduanya. Shafa dan Keeanu masih asik, tidak menghiraukan mereka karena terlalu sibuk mengobrol.

Salah satu dari mereka berjalan menghampiri Shafa dan Keeanu, "Halo, Kashafa." Shafa yang merasa namanya dipanggil, sontak menoleh dan memandang bingung kakak kelas di hadapannya. "Iya, ada perlu apa, Kak?"

Keeanu mengernyit, ia mencium bau-bau tak beres dari wajah kakak kelas di hadapannya ini. Ia juga sedari tadi merasa diperhatikan, membuatnya merasa tak nyaman.

"Kakak mau minta nom—"

"YESSAR, BURUAN ANJING NANTI KANTINNYA PENUH!"

Belum selesai kakak kelas itu berbicara, salah satu temannya sudah memanggil agar mereka tak kehabisan tempat duduk. Membuat pemuda yang bernama Yessar itu tersenyum kecut, lalu berpamitan pada Shafa.

"Gajadi, nanti aja di kantin. Sampai ketemu nanti, Kasha. Jangan lupa makan yang banyak, ya." Ujarnya sembari berlalu.

Shafa dan Keeanu melongo, kemudian keduanya saling memandang satu sama lain. "Dia kayaknya suka sama kamu deh, Sha," kata Keeanu.

Shafa mengangguk pelan; menyetujui omongan Keeanu. "Keliatan, aneh banget soalnya kelakuan dia," timbalnya sembari berjalan.

All My Love ┊ So Junghwan, Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang