Part 34

639 73 11
                                    

Happy reading 😊

Setelah mengantar Akira ke kamar, Marvin kembali ke tempat sebelumnya, ia lantas bertanya pada salah seorang pekerja yang sedang membersihkan ruang tamu, mengenai keberadaan si kepala pelayan yakni Ivan.

Setelah mengetahuinya, Marvin langsung bergegas pergi untuk mengatasi rasa penasaran tentang apa yang terjadi pada istrinya saat penyusup berhasil tertangkap.

Dengan gerakan pelan Marvin mengetuk pintu ruangan di depannya yang tidak lain adalah ruang kerja Theo. Begitu masuk, Marvin langsung mendapatkan perhatian dari 3 orang yang berada disana.

"Sepertinya sedang ada perbincangan serius." Marvin menatap satu persatu orang di dalam ruangan itu.

Di dalam ruang kerja Theo ada Ivan, Marc, juga si pemilik ruangan.

"Mansion ini baru saja kemasukan penyusup, tentu saja harus dibahas dengan serius," ucap Marc, sepupu Marvin.

Marvin mendudukkan tubuhnya di sofa single. "Jadi, sudah sampai mana pembahasannya?" Tatapan Marvin terarah pada Theo yang berdiri memunggungi mereka, sambil menatap keluar jendela.

"Kemungkinan di mansion ini ada pengkhianat, Tuan," Ivan menjawab pertanyaan Marvin.

Marvin memegang dagunya. "Dilihat dari mereka yang begitu mudah masuk kemari, itu bisa saja benar."

"Lalu dalangnya?" Tanya Marvin. "Apa lagi-lagi Igor?"

"Ya. Dilihat dari otak ketiga penyusup itu yang sama tumpulnya dengan pria itu, sepertinya memang dia yang lagi-lagi mengganggu kita," ucap Theo dengan tenang.

Marc tak bisa menahan tawanya saat mendengar pamannya yang begitu berterus terang. "Pfttt! Otak tumpul." Marc membekap mulutnya.

"Tentu saja tumpul. Orang bodoh mana yang menyusup di siang benderang begini?" Theo membalikan bandannya dan langsung menatap Marc.

"Apa tidak ada kemungkinan yang ketiga penyusup itu lakukan hanya untuk mengalihkan perhatian?" Tanya Marvin.

Walaupun Marvin tidak memungkiri bahwa dalang kejadian ini memang orang yang bodoh, tapi tetap mereka tak bisa menganggap remeh hal itu, bisa saja kemampuan berfikirnya meningkat dan mampu membuat mereka lengah.

Marc terkekeh pelan. "Tidak-tidak, dia tidak memiliki rencana lain. Yang kalian lihat hari ini adalah rencananya yang dibuat dengan kemampuan otaknya. Tidak ada rencana lain yang tersembunyi dalam kejadian hari ini."

Mendengar ucapan Marc, ketiga orang disana seketika mengarahkan pandangannya pada pria itu.

Marc seketika merapatkan mulutnya saat menyadari dirinya menjadi pusat perhatian.

"Bagaimana bisa kau seyakin itu?" Tanya Marvin dengan ekspresi curiga.

Marc berdehem pelan, ia mencoba mengontrol ekspresi wajahnya. "Seperti yang kita ketahui, Igor itu akalnya pendek. Mudah sekali membaca pikiran orang seperti dia."

Marvin mendengus. "Sependek-pendeknya akal Igor bukan berarti kita bisa menebak isi pikiran orang itu. Kecuali kau memang memiliki kemampuan membaca pikiran atau...," Marvin menjeda ucapanya, "kau memiliki komunikasi yang lancar dengannya."

Setelah mendengarnya, untuk sebentar Marc menampakkan ekspresi serius, sebelum akhirnya tawanya pecah. "Ahaha... Oh ya ampun. Sepupu ku ini ternyata mencurigaiku sebagai pengkhianat," ucap Marc di sela-sela tawanya.

Marc mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa lepas, ia menghentikan tawanya lalu tersenyum miring yang ditunjukkan pada Marvin. "Jangan-jangan pengkhianat itu kau, Marvin."

Weird GirlWhere stories live. Discover now