BAB 6: Si Wajah Kanebo

42 7 0
                                    

Pagi hari sebelum pergi ke sekolah, Aarline tampak sedang berlatih artikulasi dalam mengucapkan kata-kata. Dia ingin kepala sekolah paham maksud perkataannya, sehingga tidak perlu lagi diterjemahkan oleh Raline. Gadis itu mengulang lagi ujaran kata per kata yang akan diucapkan ketika berkenalan nanti.

Raline hanya mengamati usaha yang dilakukan putrinya sejak tiga puluh menit yang lalu. Terasa suatu kebanggaan dalam diri wanita paruh baya itu melihat kegigihan Aarline. Sifat pantang menyerang ini diturunkan dari dirinya sendiri.

"Bagaimana?" tanya Raline setelah gadis itu selesai.

Aku sedikit gugup, jawab Aarline sambil menggoyangkan kedua tangan dengan raut wajah menunjukkan cemas.

"It's okay, Darling. Aku bersamamu selama di ruangan nanti."

Raline memeluk putrinya erat. Setelah pelukan melonggar, netra cokelatnya memandang lekat paras Aarline.

"Bagaimana pendapatmu tentang Cleve? Kalian berdua harus mulai akrab dari sekarang, karena dia yang akan menemanimu sehari-hari nanti."

Paras Aarline terlihat sedikit tidak senang. Kepala terkulai lesu membayangkan betapa membosankan hari-hari yang akan dilewati bersama dengan Cleve nanti.

Kenapa Cleve jarang tersenyum sekarang, Mommy? gumam Aarline sambil menggambarkan senyum dengan kedua jari telunjuk di sudut bibir.

Raline menggelengkan kepala. "Nggak juga. Kemarin Cleve beberapa kali tersenyum sama Mommy."

Tapi dia jarang tersenyum padaku, protes Aarline dengan wajah mengerucut.

Wajahnya begitu kaku seperti—

"Maksudmu seperti Kanebo kering?" sela Raline ketika melihat putrinya berpikir keras mencari analogi yang tepat untuk mewakilkan wajah kaku Cleve.

Kening Aarline berkerut dalam, karena baru sekarang mendengar kata tersebut.

"Kanebo, Sayang. K-A-N-E-B-O. Kain yang terbuat dari bahan PVA dan Microfiber biasa digunakan untuk mengelap mobil atau peralatan rumah tangga," jelas Raline dengan memberitahu ejaan pada kata Kanebo.

"Kalau kering jadi kaku banget," sambungnya kemudian.

Aarline mengangguk paham dengan bibir membulat.

"Ka ... e .. bo," ujarnya pelan sambil tersenyum usil.

Cleve si Wajah Kanebo, batin Aarline tertawa girang.

"Eh, tapi kamu jangan panggil Cleve begitu ya. Nanti tersinggung, bisa nggak mau lagi main sama kamu nanti," nasihat Raline sambil berbicara menggunakan bahasa Isyarat.

Senyum usil masih tergambar di paras cantik Aarline ketika mengangguk.

"Mandi dulu sana. Setelah itu dandan yang cantik, agar bisa kasih kesan positif di sekolah nanti," suruh Raline.

Aarline menurut permintaan ibunya. Dia langsung mengambil handuk dan pakaian ganti sebelum beranjak ke kamar mandi.

Ketika berada di dalam kamar mandi, dia berdiri di depan kaca wastafel. Aarline menirukan wajah kaku yang kerap diperlihatkan Cleve kepadanya.

Wajah Kanebo, ledeknya dalam hati sambil cekikikan.

Rupanya gadis itu sangat senang mendapatkan kosa kata baru. Apalagi itu bisa membuatnya tersenyum ketika jengkel melihat wajah Cleve yang nyaris tanpa ekspresi.

***

Aarline tampak begitu cantik menggunakan gaun tanpa lengan berwarna pastel dengan panjang selutut. Sebuah cardigan warna senada membungkus di bagian luar, sehingga menutupi lengan hingga siku. Rambut pirang ikal nan tebal miliknya diikat sebagian ke belakang, sementara sebagian lainnya dibiarkan tergerai. Gadis itu hanya menyapu bedak dan lipgloss berwarna pink pada bagian wajah, agar tampak lebih segar dan cerah.

ISYARAT [TAMAT]Where stories live. Discover now