ROL | Accuse

789 113 0
                                    

Seumur-umur baru pertama kalinya Gema menunggui orang pingsan yang tidak kunjung siuman. Meski di sampingnya ada Jo dan Bik  Jum, Gema tetap terpaku--tidak tahu apa yang akan di lakukan--sambil sesekali mengecek ponselnya menunggu pesan balasan dari sang Mama.

"Mbak Gema kok mas bos nggak bangun-bangun ya?" Bik Jum yang mulai kepo berbisik. Gema menggeleng. Tatapannya beralih kepada Jo yang sibuk wara-wiri sambil menggigiti kuku nya.

"Apa sebaiknya di bawa ke klinik aja, Jo? Takutnya kepala Lingkar ada gangguan karena  kebentur tiger cage."

"Duh Mbak Ge, mas bos itu anti rumah sakit. Lha terus kalau dia siuman dan sadar dia ada di rumah sakit ya bisa pingsan lagi!" kata Jo.

Gema tidak paham dengan spesimen manusia bernama Lingkar ini, peliharaan nya aja yang harimau benggala, sama darah dan rumah sakit aja ciut. Dan jangan lupa, Gema baru sadar kalau Lingkar memiliki tato bergambar elektrokardiograf  dan sebuah jarum suntik di tangannya. Dari situlah Gema pikir Lingkar sangat menyukai dunia kesehatan. Ternyata malah phobia.

"Kalau dokternya datang kesini juga nggak mau?"

Yah, mungkin itu bisa di terima oleh Lingkar kan? Gema bertanya-tanya di hatinya. Tapi gelengan di kepala Jo membuat Gema tersenyum kecut. Dilema, itu yang di rasakan Gema. Mau di tinggal pergi takut di cap tidak bertanggungjawab di tunggui pun dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Mbak Ge, coba hidungnya di kasih minyak lagi aja. Terus dadanya di baluri juga."

Saran Bik Jum langsung Gema lakukan. Meski pada bagian balur dada dia meminta tolong kepada Jo untuk melakukannya. Hasilnya masih nihil, Lingkar masih betah menjelajahi alam bawah sadarnya.

"Apa di kasih napas buatan aja, Mbak?"

Kontan kepala Gema menoleh tajam ke arah Jo. Bukannya napas buatan alias CPR itu di tujukan untuk orang yang pingsan karena tenggelam. Kalau model nya pingsan karena kejedot sih kayaknya nggak perlu pake CPR segala.

"Permisi--loh belum sadar juga, Ge?" Hesti yang baru saja membaca pesan dari Gema langsung meluncur ke rumah tetangganya.

Gema menggeleng. Dia melirik jam di tangannya, hampir pukul setengah delapan malam yang artinya Lingkar sudah pingsan selama setengah jam.

"Ke rumah sakit aja gimana?"

"Dia anti rumah sakit." Gema berbisik membuat Hesti ber-oh kecil.

"Biar Mama coba deh."

"Ma? What are you doing? Emangnya Mama punya pengalaman--" Gema langsung menutup mulut ketika melihat Mama nya.

"Oh, suck! My thumb!" Lingkar berjengit kaget. Dia terbangun seraya memegangi jempol kakinya yang baru saja--entah di gigit, di injak atau justru di kunyah--yang jelas nyerinya terasa sampai pantat.

Ringisan nya perlahan surut ketika di depannya ada sepasang mata singa betina yang sedang  menatapnya garang.

"Dasar impostor!"Gema berseru.

Bagaimana tidak kesal saudara-saudara. Gema sendiri bahkan melewatkan waktu makan malamnya yang berharga demi menunggu Lingkar siuman dan pria dengan wajah sok tak berdosa itu malah berpura-pura pingsan.

"Mas bos keterlaluan!" Kini Bik Jum yang mengeluarkan unek-uneknya. Wajah keriputnya meringis sedih."mbak Gema sampai khawatir banget sama mas bos. Usaha sana-sini supaya mas bos siuman loh. Kok tega-teganya bohongin kita semua."

"Oh ayolah. It is joke! Why are you serious!"

"Jo, Ezzio sudah kamu beri makan sampai kenyang belum?" Gema tiba-tiba mengalihkan topik membuat orang di sekitarnya menatap kebingungan.

Roar Of LoveWhere stories live. Discover now