17. Saksi Bisu Kehidupan

359 80 6
                                    

Matahari perlahan turun dari singgasananya di ufuk barat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari perlahan turun dari singgasananya di ufuk barat. Langit berwarna jingga, mendominasi sekitar. Warnanya sangat cantik, membuat siapa saja yang melihatnya terbuai dalam keindahan tersebut.

Azura menatap langit itu dengan kagum. Sesekali mulutnya terbuka dan mengatakan bahwa langit sore ini sangat cantik.

Perjalanan kali ini sangat istimewa. Lagi dan lagi, memori indah ini terjadi saat Azura bersama dengan Yuan.

Di sebelahnya Yuan hanya memperhatikan. Bukan memperhatikan langit jingga yang membuat Azura terperangah, melainkan ia menatap objek di sebelahnya tanpa berkedip.

Kedua tangan Yuan dimasukkan ke dalam saku celana. Ia menikmati momen di saat Azura bahagia saat ini. Jika Azura bahagia, maka ia akan jauh bahagia.

Langkah kaki mereka lebih kecil dibandingkan sebelumnya dengan tujuan agar situasi menyenangkan ini tidak berlangsung dengan cepat.

Hilir mudik kendaraan mobil dan motor melintas di jalan raya. Kecepatan kendaraan tersebut, ditambah dengan semilir angin sore, membuat rambut Azura yang dibiarkan tergerai, bergerak.

"Aku baru pertama kali liat langit sore secantik ini," ucap Azura yang kembali terperangah. Lama kelamaan ia nyaman dengan sebutan 'aku-kamu' yang ia gunakan di dalam percakapannya bersama dengan Yuan.

"Iya, cantik," sahut Yuan dengan mata yang tidak bisa beralih dari Azura.

"Langitnya di sana, bukan di sini." Azura menunjuk langit, lantas menunjuk dirinya sendiri dengan wajah yang tampak polos.

"Kamu jauh lebih cantik." Yuan berbicara dengan sungguh-sungguh. Retina matanya memperlihatkan jelas refleksi wajah Azura yang tiba-tiba saja bersemu merah.

"Serem," cicit Azura. Sungguh, Yuan bukan seperti dirinya. Tatapan laki-laki itu saat ini sangat memabukkan, membuat siapa saja yang melihatnya mampu terhipnotis.

"Emang beneran cantik kok," sahut Yuan. Matanya menoleh ke arah lain karena Azura membalas tatapannya. Yuan tidak bisa jika harus bertukar pandang dalam jangka waktu yang lama dengan gadis itu. Bisa-bisa jantungnya merosot hingga ke mata kaki.

"Gimana sama tugas-tugas kamu?" tanya Yuan yang dalam jeda waktu satu menit mampu menemukan topik pembahasan.

"Jauh lebih baik. Senin nanti ada ulangan, wish me luck, ya?"

Yuan mengangguk. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Azura. "You've worked hard, proud of you, Mentari."

"Thanks to you. You thaught the many things for me. I'm glad to know you, Purnama." Azura tersenyum lebar. Ia menggapai tangan Yuan yang masih berada di puncak kepalanya.

Azura menggenggam erat tangan Yuan yang jauh lebih besar darinya. "Hangat," ucapnya setengah berbisik.

Yuan membalas genggaman itu, jauh lebih erat dibandingkan milik Azura. Sebuah senyum tipis yang mampu memporak-porandakan senyum Azura, Yuan layangkan untuk gadis yang berada di genggamannya.

Titik Sendu || YOSHI✔Where stories live. Discover now