11) Gathering

282 46 2
                                    

🔗 R.202 Dormitory of Academy Of Aviation, 08.30

Hari ini adalah hari pertama liburan di semester ini. Kalian akan merasa senang hingga aku mengisahkan dunia Shaka yang terasa hampir jadi neraka --bagi raganya terutama. Shaka menggeliat pelan, raganya benar-benar terasa lumpuh sebagian. Bagian leher, perut, ulu hati, dan tulang pipinya masih terasa begitu nyeri dan sulit setengah mati sekadar dirasakan.

Matanya mengerjap pelan. Di samping perutnya yang nyeri karena tendangan maut selingkuhan Willy kemarin, ia baru ingat bahwa semalam ia tidak makan sama sekali. Pencernaannya hanya kemasukan segelas minuman sereal hangat, itu pun hanya separuhnya sebab ketika Zay membantunya minum, cairan setengah halus itu selalu mendesak kembali untuk keluar dari rongga perutnya.

Benar-benar seperti di neraka, sampai akhirnya Shaka menyerah dan memaksakan dirinya untuk lelap --walau pada akhirnya gagal juga, sih, sebab setengah mati rasa sakit yang menderanya, ia tetap butuh elusan halus jemari Zay pada tulang hidung hingga keningnya untuk akhirnya dapat terlelap tenang.

Zay sudah tak presensi di sampingnya. Mungkin ia memasak, atau mandi.

Tapi buat apa mandi? Toh, mereka tidak ada kelas apa pun karena liburan semester sudah dimulai. Seperti tidak biasanya kalau Zay mandi subuh buta tanpa kejaran kelas pagi.

Wangi kaldu ayam menyeruak ke dalam indra penciuman Shaka. Ia menggeserkan tubuhnya perlahan, hanya untuk bangun dari ranjang tidur. Pergerakan minimnya rupanya disadari oleh seseorang dari bawah ranjang tingkat atas milik Zay yang ditempatinya semalam.

"Shak? Eh, bentar. Lo jangan bangun dulu, nanti jatuh!"

Itu Jeff yang kini segera naik melalui tangga horizontal ranjang. Ia menepuk paha Shaka, pelan sekali, hanya sebagai afeksi pengingat.

"Lo jangan macem-macem. Kalau butuh apa-apa bilang, jangan asal mau turun aja," sembur Jeff.

Lupakan apa yang terjadi pada Jeff semalam, hanya perlu lihat racauannya pagi ini. Jeff benar-benar penyembuh diri yang hebat.

"L-laper," cicit Shaka.

Jeff tertawa kecil. Ia tahu seharusnya ia tidak tertawa, tetapi mendengar Shaka yang mencicit kelaparan sungguh membuat kotak tertawanya tak lagi mampu menahan beban. "Yakin mau turun? Emang kuat? Lihat muka lo kayak mayat hidup, pucet banget gitu."

"Shaka nggak usah kemana-kemana! Biar gue yang suapin," teriakan Zay menggema dari arah dapur kecil kamar asrama.

"Tuh, dengerin. Lo tunggu Zay kelar masak dulu, ya. Gue makan dulu sama Hayzar di bawah," ucap Jeff sembari menepuk kecil paha samping Shaka.

Jeff kembali duduk di hadapan Hayzar yang sedang mengunyah potongan ayam. Gerakannya diikuti oleh pandangan Hayzar yang tak lekang bahkan untuk setiap detail pada tubuhnya.

"You really okay?" Hayzar memecah pembicaraan. Pasalnya, dari sebelum Jeff berinteraksi dengan Shaka tadi, ia tak mengeluarkan sepatah kata maupun distraksi yang mengarah kepada Hayzar. Hayzar pikir, Jeff masih tak mau berbicara apa pun soal semalam, hingga dilihatnya Jeff jelas kembali pada dirinya yang pertama kali Hayzar kenal, ketika ia bangkit dan melewati secuil hari dengan menertawai Shaka yang belum bisa berbuat apa-apa.

Alis Jeff bertaut seiring tatapan bingung yang ia lemparkan pada Hayzar, "Yes, I am," balasnya pelan. Ada setitik keraguan dalam kalimat barusan. Itu yang Hayzar yakini.

Jeff kembali menyuap sarapannya, seolah tak acuh untuk memikirkan atensi Hayzar terhadapnya. Tidak ada yang tahu apa tujuan utama Jeff melakukannya, termasuk Hayzar yang tak tahu, sepertinya pun tak mau tahu.

End(less) Rainbow (HeeJake)Where stories live. Discover now