10

977 29 5
                                    

Vote dulu, baru baca.

Suasana warung Ceu Euis sungguh sangat padat darurat pagi ini, sampai-sampai banyak anak-anak lain yang terduduk di luar hanya karena menunggu pesanan yang belum di hantar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana warung Ceu Euis sungguh sangat padat darurat pagi ini, sampai-sampai banyak anak-anak lain yang terduduk di luar hanya karena menunggu pesanan yang belum di hantar.

Mulut Edo menganga tak percaya melihat pemandangan yang mungkin tak akan lagi menjadi langka lagi di hadapannya. Puluhan bahkan ratusan cowok berseragam SMA sedang bersenda gurau di depan warung langganannya.

Cowok itu mencengkram erat tali tas punggungnya. Rasa lapar karena sedari kemarin belum makan sungguh tak tertahankan, tapi jika ia memaksa masuk ke sarang macan ia takut tak bisa lagi keluar.

Cowok berambut merah itu memutar langkah, mengurungkan niatnya untuk menyantap batagor hangat sebagai pengisi perutnya. Nyatanya, nyawa lebih berharga dari sekadar lapar saja.

Ia memesan nasi hangat dengan kuah soto di kantin sekolah, dan rasanya tak seenak buatan Ceu Euis. Alhasil, ia malah mengaduk-aduk makannya itu tanpa ada niatan untuk memakannya lagi.

"Anak-anak pada kemana sih?!" gerutunya pada diri sendiri. Leo menatap jengah sekelilingnya.

"Pemandangan yang sangat membosankan," gumamnya sambil menatap datar murid yang sedang berlalu lalang.

"Woi! Leo!!" Dean berteriak sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi di ambang pintu kantin.

Leo langsung berdiri sambil tersenyum sumringah," Buruan!!" teriaknya tak kalah kencang.

Keempat kurcaci yang baru datang itu langsung menarik kursi untuk mendudukkan diri.

"Lo udah lama dateng?" tanya Ghali.

"Baru setengah jam sih," jawab Leo.

"Gila bener! Masa basecamp kita diembat sama geng Dollphin!" decak Ghali sambil menggelengkan kepalanya.

"Tenang aja, nanti kita rebut balik," ucap Leo sesantai mungkin.

"Lo bisa emang?" Reiki Manarik satu alisnya ke atas." Bukannya pas kita omongin waktu itu juga Lo langsung ngibrit?"

"Kapan?" sanggah Edo dengan dahi mengernyit. Menurut ingatannya, ia tak pernah lari ngibrit di hadapan geng Dollphin, bahkan ia tak ingat jika pernah bertemu dengan anggota geng itu.

"Pas Minggu pertama, bego!" sungut Reiki tak sabaran.

"Waktu itu Leo bukan ngibrit karena takut, Rei. Dia kebelet boker." bela Dean apa adanya. Mungkin saat itu Reiki tak pokus pada ekspresi Leo makanya ia menyimpulkan jika Leo saat itu yang langsung berlari kencang sedang ketakutan, padahal faktanya cowok berambut merah itu sudah tak tahan ingin buang air besar.

"Makanya kalo apa-apa itu tanya dulu!" dengan geram, Leo menjitak kepala Reiki tanpa sungkan. Sehingga sang empunya meringis kesakitan.

"Kan itu perkiraan gue!" Reiki membela diri.

LEONATA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang