5

55 11 0
                                    

"Chan."

"Haechan." Chenle memanggil sekali lagi namun Haechan tetap tidak berpaling.

Ingin ditampol rasanya.

"Woi Item!"

Nah, anaknya baru noleh.

"Ngomong sekali lagi gue robek mulut lo."

Chenle terbahak. "Gue manggil baek-baek lo gak respon."

"Gue lagi sibuk chat Mark, anjeng."

"Santai dong, ngegas mulu lo." Chenle memperingatkan.

"Apa?"

"Lo nganterin Erlin pulang ya waktu itu?"

"Hm." Balas Haechan dengan tangan yang sibuk mengetik sesuatu dihandphone.

"Kata lo gak mau nganterin dia."

"Ya terus kenapa?"

"Itu yang mau gue tanyain bego." Giliran Chenle yang mengeluarkan kalimat memaki.

Haechan mengedik bahu acuh. Ia menelvon seseorang sambil menatap Chenle untuk memberi isyarat kalau dirinya sedang tidak mood diajak bicara.

"Udah mulai berani gak bales chat gue?" Haechan tengah memarahi orang disebrang telvon. Entah siapa namun wajahnya tampak tak bersahabat.

"Dia nelvon siapa?" Tanya Renjun ke Chenle. Cowok itu baru menginjakkan kaki dikelas dan saat ini tengah mengesampirkan tasnya diatas meja.

"Siapa?" Renjun bertanya sekali lagi.

"Mark."

***

"Mark. Kakak kandungnya Haechan." Ucap Lami menatap foto seorang cowok dengan efek black and white dipostingan Haechan yang tertera pada layar ponsel Erlin. Ia menjauhkan badan dan fokus mencotek pr si Erlin.

Biasalah ya, Lami mau yang praktis aja.

"Kenapa kalian minta dia balik? Emang dia kemana?"

"Kecelakaan. Udah pernah dua tahun dirawat di rs."

"Serius? Kenapa?"

Gerakan pulpen Lami terhenti. Ia mendongak pada Erlin. "Gue cuma bisa kasih tau lo sebatas hubungan mereka aja. Ada hal privasi yang gak bisa gue beberin karena udah janji sama Haechan."

Erlin paham betul dengan satu sifat Lami yang seperti ini. Walau mereka sahabat dekat, jika menyangkut janji atau privasi orang lain, Lami akan tetap menjaganya. Ia tipe orang yang berpegang teguh dengan prinsip dan janjinya.

"Kalo lo mau tau, mending lo tanya orangnya langsung."

Lami melanjutkan kegiatan menconteknya. "Tapi gue saranin kalo lo gak terlalu deket sama dia, mending gak usah. Apalagi karna insiden lo berdua kemaren."

Erlin merenung.

Memangnya ada apa?

"Kecuali lo mau jadi cewek dia ya gakpapa sih."

"Nggak."

Lami tertawa akibat penolakan cepat dari Erlin.

"Haechan tuh jarang-jarang loh mau baik sama cewek. Apalagi ngefollow cewek duluan." Lami mendecih jijik.

"Dia kan sok jual mahal." Kata Lami sambil menampilkan wajah sinis.

"Emangnya lo kira dia baik sama gue?"

"Dia mau nganterin lo pulang itu udah termasuk baik."

Buku Erlin selesai disalin. Lami menggeser buku bersampul coklat tersebut ke kanan. "Ngebelanjain lo juga kan?"

INSIDEN || HAECHANKde žijí příběhy. Začni objevovat