20.

66K 3.7K 590
                                    

gapake target, nanti lama" draft-ku abis🙏😭

Bersamaan dengan Faro yang mulai ajeb-ajeb, pesanan Rayner datang. Tidak sedikit pun ia merasa kesulitan untuk membuka tutup botol wine dengan keberadaan Rain di depannya.

"Pokoknya aku mau cobain. Aku udah nurut nih yaa." Rain menolehkan sedikit kepalanya membuat pipinya bertabrakan dengan pipi Rayner.

"Iyaa, Bawel. Hadeeeeh." kata Rayner gemas. Ia menuangkan cairan berwarna kemerahan itu ke sloki dan menyerahkannya pada Rain.

Rayner pikir, Rain akan menyicipnya terlebih dahulu, nyatanya, gadis itu langsung menenggaknya seperti ia menenggak susu stroberi. Baru setelahnya ia mengecap-kecap.

"Mmm, enak, manis, angett. Mau lagi." Rain menepuk-nepuk paha Rayner yang ada di sisi pahanya. "Ngga pait tuh, ngga pait."

"Pelan-pelan minumnya kali. Ini bukan susu stroberi." kata Rayner. Ia kembali menuangkan wine ke dalam sloki lalu menenggaknya dalam sekali tegukan.

Saat Rain hendak protes, dua orang laki-laki datang menghampiri mereka. Rain kenal keduanya, mereka adalah Bobo dan Rendi, teman nongkrong Rayner saat SMA dulu.

"Widih lengket banget ni yang mau nikah." seru Bobo.

"Yo, Bob, Ren." sapa Rayner sambil mengangkat tangannya. Keduanya balas menyapa Rayner dan juga Rain.

"Ga ajeb-ajeb lo?" tanya Rendi setelah duduk di sebelah Rayner, sedangkan Bobo duduk di single sofa.

"Bawa Rain nih gue." Rayner memeluk leher Rain membuat gadis itu bersandar pada dadanya.

"Kalian awet juga ya, bertahun-tahun."

"Sempet putus kali," kata Rayner. "Ren, kalo mau ngerokok jangan di sinilah." lanjut Rayner saat melihat Rendi mengeluarkan sekotak rokok.

Diam-diam, ketika Rayner asik mengobrol, Rain menuangkan wine ke sloki tadi. Ia hendak meminumnya dengan cepat. Sayang, tiba-tiba suara Rendi terdengar bertanya padanya.

"Lo keberatan gue ngerokok, Rain?"

Mata Rain mengerjap cepat saat Rayner menggenggam tangannya yang memegang sloki lalu diarahkan ke bibir laki-laki itu. Kemudian Rayner mengecup cepat pipinya setelah menghabiskan isinya.

"Gagal." gumamnya penuh ledekan yang berhasil membuat Rain merengut kesal.

"Woi, malah pacaran." seru Bobo.

"Pokoknya kalo mau ngerokok, jauh-jauh dari Rain."

Rendi dan Bobo mengernyit. "Kayak pernah denger ya, Bob?" tanya Rendi diangguki Bobo.

Rain pun merasa deja vu. Ia pernah mendengar ucapan Rayner yang mirip seperti itu. Waktu itu, saat dimana Rain baru-baru tinggal di apartemen Rayner.

"Rayner dari dulu posesif dah. Yang sabar ya, Rain." mendengar ucapan Bobo itu membuat Rayner menyemburkan tawanya. Tidak tahu saja mereka kalau Rain lebih-lebih darinya.

Pada akhirnya, Rendi dan Bobo pergi setelah berpamitan. Mereka mencari tempat lain yang bisa dipakai untuk merokok.

"Berisik yaa, Ray. Mmm, ribut banget. Sebenernya Faro party apasiih?" tanya Rain setelah bermenit-menit hanya diam dengan Rayner yang setia memeluknya.

"Kamu kok, kayak ngelantur gitu ngomongnya?" Rayner meraih dagu Rain dan ditolehkan ke arahnya.

"Hmm? Nggaaa." jawab Rain panjang lalu tersenyum aneh.

"Kamu cuma minum satu sloki kan, Rain?"

Gadis yang kini merebahkan kepalanya di bahu Rayner itu mengangguk-angguk dengan mata setengah terpejam. "Kaann, kaann nggaa booleeeh laagii tadii. Padahaaal, akuu mauu lagii tauu."

RaynerainWhere stories live. Discover now