03 | His House

238 38 31
                                    

(Name) POV's

"Kalau mau coba masak, coba yang sederhana dulu aja"

Sekarang kami berada di rumah sho, --uhuk-- setelah mabar ( makan bareng ) bakso di warung teteh tadi.

Amu bilang dia ingin belajar memasak, jadi ia meminta Toro untuk mengajarinya di rumah sho.

Kenapa di rumah sho?

Entahlah, Amu bilang jaga-jaga agar rumahnya tidak terbakar. Jika sekiranya hal itu terjadi, bisa-bisa 7 hari 7 malam ibunya akan bernyanyi padanya dan akhirnya ia akan mengungsi di tempatku atau rumah Upi.

"Kalo bakso gimana?"

"Bakso? Yang kaya punya teteh? Bakso lumayan mudah dibuat sih, yaudah coba aja"

Lantas keduanya ( Amu dan Toro ) beranjak ke dapur bersama. Guna mengantisipasi jika hal-hal buruk terjadi, mereka menyiapkan tabung pemadam kebakaran di samping mereka.

Tapi sepertinya Kiki tidak terima jika Amu berduaan dengan Toro, jadi dia menyusul ke dapur juga. Biar Amu engga oleng, katanya.

Sedangkan aku? Aku duduk di ruang tamu bersama Upi. Bermain permainan video yang terdapat dalam kotak penyimpanan sho.

Ah, sepertinya penyakit keselek-ku sudah mereda.

"(Name)"

"Ish! Dari tadi ngegacha ampas mulu elah, masa dapet bintang 3 doang sih"

"Oi (Name)"

"Pi, kalo mau dapet yang itu coba nyamar jadi anaknya dulu"

"(Namee)"

"Anaknya? Xiao?"

Tuk tuk

Merasa ada yang menyentuh lenganku, aku menoleh kearah kiri, dimana terlihat seorang laki-laki dengan helaian rambut legam itu sedang memegang sebuah penggaris 30cm untuk memanggilku. Aku sedikit mendongak keatas, mengingat jika aku sedang duduk, jadi otomatis dia terlihat lebih tinggi dariku.

Jika aku berdiri, dia yang mendongak kok.

"Kamu mau makan apa?" Tanyanya, sambil menaruh penggaris tadi di meja samping sofa.

"Apa aja boleh, yang penting jangan batu atau kayu"

"Mie ayam?"

"Ga deh, kemaren udah ngabisin mie ayam 3 mangkok"

"Nasgor? Naspad?"

"Ga nafsu makan nasi"

"Ayam goyeng?"

"Lainnya"

Lelaki itu menaruh tangannya di dagu, berpose seperti sedang berpikir.

"Ah! Atau kau mau makaroni keju?"

"...ayam goreng aja deh"

"Tumben, padahal dulu kamu sampai merengek kalo aku ga sediain mac n cheese di kulkasku saat kamu bermain kesini"

"Gapapa si, cuma agak mual aja" gumamku, tetapi kurasa samar-samar ia masih bisa mendengarnya.

"..mual?"

"Engga, lupain"

"WEE!! DAPET BENERAN DONG! WIHHH ZHONGLI WELCOME HOMEE"

Aku tersentak, segera menoleh kearah Upi. Ternyata di layar televisi terpampang hasil gacha dari jeruk tersebut.

"Biasanya lu teriak-teriak kalo sama oppa lu doang"

"Gapapa, sekali-sekali nyobain haluin gepengan kaya elu. Hiii seneng bangett gue akhirnya dapet bintang limaa"

"Gue aja dapet yang langka b aja"

"Lu mah hoki mulu anjir, pake jampe-jampe ya?"

"Fitnah lebih kejam dari bang haji, bangsert"

"Ki, cobain rasanya" Amu kini sudah hampir tahapan terakhir memasak, dan menyuruh Kiki untuk mencoba hasil masakannya.

"Anything for you, Amu~"

Slurpp~

"Ohok-- hmm, baksonya kayanya belum mateng deh. Soalnya masih rada keras, juga kuahnya sedikit terlalu pedes, (ekhem), tapi gapapa, bumbu cintanya masih kerasa~"

Bletak!

"Minum dulu" Toro menyodorkan segelas air putih pada Kiki yang masih keselek dari tadi, ditambah kepalanya terkena tumbukan cinta oleh Amu.

Tapi kata Kiki soal Amu, "kalo buat Amu, di slepet sampai ditabrak truk juga gas aja~"

Bucinan abadi.

"Haaa, kayanya api kompornya digedein lagi ya"

Cesss

"Eh? Kok ada bunyi ces ces?"

"(Name), ini ayam goyengnya--"

DUAR!

Cobaan apa lagi ini.

· ∞ ·

Chapter 4: First love & Our past

Halo! Hara disini, maaf jika chapter kali ini kurang memuaskan, karena Hara menulis disela-sela belajar untuk PTS mingdep.

Kalian juga ujian, kan? Belajar sana, baru kita halu lagi bareng-bareng.

Oke, have a nice day and stay halu!

Hara.

fall high ; shoWhere stories live. Discover now