28

854 86 3
                                    


"Tuan!... Tuan!... " Sara begitu gelisah melihat tuan Mark dan Max yg baru datang.

"Kenapa?!"

"Saya ingin memberikan nona makan malam, namun pintunya terkunci dari dalam. Sudah lima belas menit, saya mengetok pintu, tapi nona tidak menyahut!"

"Buka!!" Max mengintruksi penjaga yg datang untuk segera mendobrak pintu kamar Gulf.

Brukk!!! Suara dobrakkan pintu terbuka. Gulf tidak terlihat diatas ranjang. Max berlari kearah kamar mandi yg pintunya tertutup. Hanya terdengar suara aliran air.

Pintu tidak terkunci ketika Max masuk kedalam.

"Gulf!!" Max melihat tangan Gulf sudah terjuntai mengeluarkan darah, memenuhi bathtub kamar mandi.
Max langsung mengangkat Gulf dan membaringkannya di ranjang.

"Panggilkan dokter! Cepat!!!!" Teriakan tuan Mark menggema di seluruh ruangan. Semua penjaga langsung bergerak.

Tidak lama dokter yg mereka tunggu tiba. Memberi penanganan kepada Gulf yg terkulai lemas. Memberikan infusan agar Gulf mendapatkan pemulihan tenaga.

"Bagaimana dok?"

"beruntung luka yg ada ditangannya tidak terlalu dalam dan melukai urat nadinya, sehingga dapat ditangani dengan cepat!

"Syukurlah!" Max menggenggam erat tangan Gulf.

"Tuan Mark, bisa kita bicara?!" Dokter   Earth selalu dokter keluarga menghampiri tuan Mark.

"Ikutlah keruanganku!" Mereka berjalan beriringan kedalam ruangan kerjanya.

"Apa yg ingin kau bicarakan dokter earth?" Mata tuan Mark menelisik wajah pria tampan yg sudah menjadi dokter pribadinya menggantikan almarhum ayahnya itu.

"Tuan, sebaiknya pasien dirawat di rumah sakit saja! Saya khawatir akan ada percobaan bunuh diri untuk kedua kalinya!"

"Gulf! Namanya Gulf! Dia calon menantuku! Aku sebenarnya tidak tau apa yg ada didalam dirinya, sehingga putraku begitu ngotot ingin memilikinya. Namun satu yang pasti! Kebahagiaan putraku diatas segalanya! Lakukan yg terbaik untuk menantuku!"

"Baik tuan!" Dokter Earth pergi berlalu dari ruang kerja tuan Mark, berjalan kekamar tempat Gulf dirawat.




"Max! Aku turut prihatin, tapi ketahuilah ibu hamil sangat rentan dan sensitif!"

"Earth, aku sangat mencintai Gulf! Aku takut dia kenapa²!"

"Kau harus memberi perhatian lebih terhadapnya! Jangan sampai dia mengalami stres!"

"Aku akan menjaganya! Aku akan menikahinya! Dia dan calon anakku! Aku akan menjaga mereka!!"

Max meneteskan air mata kesedihannya, melihat kondisi Gulf yg tidak baik² saja.

"Tapi disini aku melihat Gulf berusaha menggugurkan kandungannya!, Mungkin karena tak kunjung berhasil, dia mengambil jalan untuk membunuh dirinya sendiri!"

"Apa yg kau bicarakan earth??!!"

"Max, tenanglah! Ini hasil dari tes darah yg baru keluar. Gulf meminum obat obatan keras penggugur kandungan! Aku harap kau bisa lebih menjaganya!"

Max menatap nanar wajah pucat Gulf yg tengah terlelap. Dan Tangan yg masih berselang infus.

"Aku akan menjaganya! Aku akan terus menjaganya!" Max mengeratkan tangannya menggenggam tangan Gulf.







"Phi.. Gulf mulai membuka matanya.

Max yg ikut berbaring disamping Gulf terbangun melihat Gulf yg sudah membuka mata.

"Aku akan menikahimu Gulf, aku mencintaimu dan anak kita!"

Gulf meneteskan air matanya

"Tapi ini bukan anakmu phi! Aku ingin membunuhnya.. " suara serak Gulf dengan tangisan memilukan yg ia rasakan atas penolakan ayah dari anak yg ia kandung.

"Jangan menangis... Max mengusap mata Gulf. "Aku yg akan menjadi ayahnya! Aku berjanji akan menjagamu dan anak kita! Aku akan mencintainya sama seperti aku mencintaimu.." max mencium kening Gulf.

"Terimakasih phi..." Gulf tak hentinya menangis, rasa sakit yg ia rasakan tak sebanding dengan rasa pedih yg hatinya ia rasakan. Gulf mengingat betul apa yg Mew ucapkan. Gulf membenci Mew sangat, dan berharap tidak akan pernah bertemu dengannya kelak.







7 bulan berlalu

Setelah kejadian itu, Gulf resmi menikah dengan Max. Max memperkenalkan Gulf didepan media yg meliput yg tengah hamil besar.

Gulf selalu menutup diri dari lingkungan sekitar. Gulf hanya fokus terhadap Max suaminya. Ikut pergi kekantor walau hanya duduk di kursi melihat suaminya yg sibuk bekerja. Max tentu saja bahagia dengan Gulf yg selalu fokus terhadap dirinya. Gulf bahkan mengabaikan pertemuan yg orang tua Mew khususkan untuk dirinya. Gulf tidak sekalipun menoleh kebelakang.

"Phi... Apa kau sudah selesai?" Gulf memeluk punggung Max

"Hmm... Sebentar lagi sayang... Tidurlah jika kamu lelah..nanti setelah selesai aku akan membangunkan mu!"

"Aku tidak lelah, tapi aku bosan!"

"Apa yg membuat kamu bosan?!" Max mulai meninggalkan berkas yg sedang ia kerjakan dan melihat Gulf yg tengah menpouchtkan  bibirnya.

"Phi... Aku ingin meminta hak ku!!"

Max mengerutkan kening.

Sejak pernikahannya dengan Gulf digelar, belum sekalipun max menyentuh Gulf. Max berpikir pasti akan membuat bayi yg ada di kandungan Gulf merasa kesakitan. Jadi max menahan rasa yg ada didalam dirinya untuk kenyamanan Gulf.

my womanWhere stories live. Discover now