[18] Sastra

665 189 27
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。











Third POV

Hening menyelimuti malam yang dingin pada hari ini.

Mereka kembali menghadap ke arah meja makan usai menundukkan wajah dan berdoa di dalam hati, setelahnya hanya terdengar bunyi sendok beserta garpu yang saling beradu pertanda makan malam ini sudah di mulai.

Pada malam hari ini, keluarga Lee itu mengadakan acara makan malam di luar, di sebuah restoran yang cukup mewah di masanya.

Entah mengapa, pada malam hari ini juga (y/n) tampak enggan membuka suara, padahal biasanya gadis itu cerewet sekali saat berkumpul di ruang makan yang mampu membuat semua anggota keluarganya merasakan keheranan dari gadis yang telah memasuki usia 18 tahun itu.

"(y/n)?" panggil Donghae, sang ayah— dan juga kakek (y/n) di kehidupan normalnya itu tampaknya telah selesai dengan hidangannya pada malam hari ini.

Pria paruh baya itu memperhatikan sang anak gadis yang tampak tak bersemangat dengan makanannya.

"Iya pa?" gadis itu melihat ke arah ayahnya sekilas, lalu kembali mengaduk sisa makanan yang tak dapat termakan olehnya lagi.

"Kamu kenapa nak? Kayaknya lesu banget?" tanya sang ayah yang khawatir.

(y/n) masih saja bergeming, antara ragu dan takut. Membuat beberapa pasang mata turut memperhatikannya dalam diam.

"Ngomong sama papa nak kalau kamu ada masalah." ucap sang ayah dengan menyatukan jari-jari di kedua tangannya, tampak penasaran dengan alasan murungnya sang gadis hari ini.

Setelah semua selesai dengan makanannya, barulah anak kelima keluarga Lee menimpali ucapan sang ayah.

"Kalau ada yang mau kamu omongin, kamu bisa omongin sekarang, (y/n)." Jaemin, lelaki itu berucap sambil membersihkan sudut bibirnya dengan tisu.

"Biasanya juga paling rame." timpal Chenle.

Gadis itu mengakui, memang pasti dia yang paling sering bersuara saat di ruang makan. Bukannya tidak ada yang banyak omongnya seperti dia—Haechan contohnya— tetapi mereka semua memang memiliki kebiasaan untuk tidak berbicara selagi makan.

Kecuali (y/n), anak gadis keluarga Lee lah yang tidak pernah dimarahi oleh sang kepala keluarga. Maklum, anak gadis satu-satunya.

Jeno yang melihat diamnya (y/n), tampak mencolek lengan sang saudara, "Tuh, kenapa tuh si (y/n) tanyain." Haechan yang diberitahu hanya dapat memperhatikan gerak-gerik sang gadis.


Sebetulnya ingin bertanya, tapi ia tau betul kalau (y/n) masih dalam mode tidak ingin diganggu.

Namun jauh di dalam hatinya, lelaki itu sangat ingin membuat (y/n) dapat mengeluarkan semua unek-uneknya dan mampu membuat gadis itu mengembalikan keceriaannya.


『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Where stories live. Discover now