Breakfast Without Krist

1.1K 157 17
                                    

Berbeda dengan Krist yang sulit untuk tidur. Di kamar lain ada Singto yang tertidur dengan begitu pulas, dan bangun dengan raut wajah yang sangat fresh.

Singto harus terpaksa bangun lebih awal dari biasanya karena dibangunkan oleh papanya, yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam kamarnya. Tuan Boonrod begitu bersemangat untuk acara pernikahan putra satu-satunya, dia begitu senang karena sebentar lagi akan mempunyai mantu yang begitu manis.

“Papa kayaknya seneng banget,” celetuk Singto yang melihat wajah papanya yang tersenyum setelah membangunkan dirinya.

“Iya dong, kan bentar lagi Papa bakal punya mantu yang manis, cantik, pintar dan sopan santun lagi. Bukan kayak kamu yang datar kaya pintu tol.”

Mendengar itu rasanya Singto ingin berubah pikiran dan membatalkan perjodohan ini, tapi disisi lain dalam hati kecil Singto dia senang melihat papanya tersenyum seperti sekarang. “Ck, mending kalau gitu Papa aja yang nikah deh.”

Seketika raut wajah Boonrod langsung datar dan menatap Singto dengan tajam. “Heh, Papa itu udah tua jadi nggak mungkin nikah lagi. Lagian Papa juga cintanya cuma sama Mama kamu.”

“Kalau Papa menikahi Mama yang Papa cintai sampai sekarang, lantas mengapa menyuruh Singto menikah dengan orang yang Sing nggak cintai Pa,” balas Singto

Boonrod menghela nafas mendengar perkataan putranya, dia berjalan mendekat ke ranjang dan duduk di pinggiran ranjang. Menatap Singto dengan senyuman tipisnya, “Sing, Papa hanya ingin yang terbaik buat kamu. Suatu saat nanti kamu bakal sadar, kalau yang Papa pilihin sekarang memang benar. Dan Papa juga yakin kalau cinta akan datang dengan seiring berjalannya waktu. Kalian mempunyai banyak waktu untuk saling mengasihi satu sama lain, namun buat Papa dan orang tua Krist. Kami hanya mempunyai sedikit waktu saja untuk melihat kalian membina rumah tangga. Umur kita udah tak semuda dulu, jadi kami ingin melihat kalian menikah. Kalau bukan sekarang, lantas kami harus menunggu sampai kapan?”

Pertanyaan diakhir setelah ucapan panjang lebar dari Boonrod tidak mendapatkan respon apapun dari Singto, dia hanya diam mencerna seluruh kata yang baru saja dia dengar. Akhirnya dia Mengela nafas, entah kapanpun itu dari dulu seorang anak dilahirkan memang untuk membahagiakan orang tua. Entah suka ataupun tidak, nyatanya memang seperti itu. Padahal bukankah seharusnya kita harus saling menghargai pendapat dan keinginan masing-masing, baik itu orang tua ataupun anak.

“Sing, untuk kali ini saja. Papa mohon sama kamu, turuti ya keinginan Papa,” pinta papanya dengan wajah yang memelas.

Memejamkan matanya sebentar, dan akhirnya Singto dengan berat hati menyanggupi keinginan papanya. Dirinya sangat lemah jika itu berhubungan dengan sang papa karena memang yang dia punya tinggal papanya sekarang, jadi sebisa mungkin dia akan membahagiakan papanya.

“Ya sudah, bangunlah sekarang. Papa tunggu di restoran buat kita sarapan bersama.”

“Sama keluarganya Krist, Pa?” tanya Singto dengan hati-hati.

“Iya dong.” Setelahnya Tuan Boonrod menghilang dari kamar anaknya, menyisakan Singto seorang diri.

Pemberkatan pernikahan mereka memang dilaksanakan sore hari karena sekalian biar bisa lanjut sampai malam. Entah siapa yang memilih waktu itu, Singto dan Krist hanya bisa menurut. Bahkan mereka berdua belum pernah kembali bertemu setelah makan malam dua minggu yang lalu. Kalaupun untuk fitting baju, ada orang dari butik yang datang. Jadi, mereka tak usah repot-repot untuk ke tempatnya.

Singto sudah rapi dengan hoodie hitam dan celana pendeknya, dia memasuki restoran dan menemukan papanya sedang mengobrol dengan calon mertuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singto sudah rapi dengan hoodie hitam dan celana pendeknya, dia memasuki restoran dan menemukan papanya sedang mengobrol dengan calon mertuanya. Dengan langkah kaki yang tegap, Singto melangkahkan kakinya mendekati meja mereka.

“Selamat pagi Pho, Mae,” ucap Singto menyapa orang tua Krist. Sejak saat itu memang dirinya diharuskan memanggil orang tua Krist dengan panggilan yang sama dengan Krist.

“Selamat pagi, Singto. Ayo duduk sarapan bersama,” ucap Nan dengan senyuman ramahnya pada calon menantunya yang tinggal beberapa jam lagi.

“Sing, kenalkan ini namanya Jordan suaminya Namtan dan yang ada dipangkuannya adalah Valerie anaknya dengan Namtan.”

“Halo Singto, senang bertemu denganmu.” Jordan mengulurkan tangannya yang satu dan menjabat tangan Singto.

Singto menerimanya dengan senang hati. “Halo juga Jordan, senang bertemu denganmu juga. Ngomong-ngomong dimana Namtan, kenapa kau sendiri?” tanya Singto berbasa-basi pada calon iparnya.

“Namtan jemput Krist tadi katanya Sing,” jawab Nan.

“Kenapa? Udah nggak sabar pengen ketemu Krist ya,” goda Jordan dengan menaikan alisnya.

Singto hanya tersenyum tipis menanggapi itu, mereka memulai makan tanpa menunggu Krist dan Namtan yang tak kunjung datang. Bahkan ketika mereka selesai makanpun, mereka tak terlihat batang hidungnya.

Jack yang khawatirpun menyuruh istrinya untuk menelfon salah satu dari mereka. Yang lain juga penasaran dengan mereka yang tak kunjung turun.

“Nam, kenapa nggak turun-turun sampe sekarang?” tanya Nan yang langsung to the point.

“Mae, maaf aku kelupaan. Ini aku sedang menemani Krist yang sedang diperiksa sama dokter karena tadi waktu aku menjemputnya dia nggak mau bangun dan ternyata badannya agak demam. Makanya aku langsung telefon dokter buat ke sini.”

“Astaga, lalu bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Nan panic dan membuat yang lain semakin penasaran.

Hanya kurang istirahat saja, dan sekarang sedang diinfus biar proses recovery-nya cepat juga. Tolong pesankan bubur dan suruh antar ke kamar Krist ya, Mae,” pinta Namtan.

“Iya, Mae akan pesankan sekalian untukmu juga. Sebentar lagi Mae dan Pho ke sana,”

Oke, Mae. Kalau begitu Nam tutup telefonnya dulu.”

Sambungan telefon diantara mereka terputus dan menyisakan Nan yang dituntut penjelasan karena yang lain tak mendengar apa yang dikatakan oleh Namtan tadi.

“Apa yang terjadi dengan Krist?” tanya Jack.

“Iya, dia baik-baik sajakan?” tanya Boonrod.

Sedangkan Singto hanya diam dan menanti apa yang akan dikatakan oleh mae-nya Krist. Jordan sibuk menyuapi Valerie, meskipun begitu dia juga penasaran apa yang terjadi dengan adik iparnya itu.

“Krist sedang kurang enak badan kata Namtan, namun sudah ada dokter yang memeriksanya. Dan katanya hanya kecapean saja kok,”

“Astaga, bagaimana bisa anak itu sakit dihari penting seperti ini.”

“Sudahlah, Jack. Krist masih bisa istirahat sekarang, toh acaranya juga masih nanti sore. Berdoa saja kalau nanti sore Krist sudah lebih baik daripada ini.” Boonrod juga khawatir dengan keadaan mantunya.

Singto yang mendengar Krist sakit juga khawatir, bagaimana bisa laki-laki energik itu bisa sakit. “Apa dia terlalu kepikiran dengan pernikahan ini, makanya sakit ya,” batin Singto

Singto kembali ke kamarnya sendiri. Dan yang lain menjenguk keadaan Krist, Singto tak diperbolehkan melihat Krist karena memang seperti itulah harusnya. Orang yang mau menikah, tidak boleh bertemu terlebih dahulu, paling tidak satu minggu sebelum pernikahan mereka. Singto yang dilarang juga tak ambil pusing dengan hal itu, dia memilih menuju gym di hotel tempatnya menginap daripada bingung harus ngapain.

.
.

Kasian baby kit sakit ☹

Jangan lupa buat vote dan komennya  ya,

See you next chapter.

Connection Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang