Disappointed

870 144 25
                                    

Jreng .... jreeeng ..... aku up lagi wkwk.

silahkan dibaca ....

.
.
.
.
.
.
.

Terlihat beberapa orang yang berlarian memasuki rumah sakit dengan begitu tergesa-gesa. Mereka baru saja mendapatkan kabar kalau putra kesayangannya terlibat kecelakaan. Bukan hanya orang tua Krist saja yang hadir, namun ada juga papanya Singto yang hadir karena mendapat kabar ketika tanpa sengaja dia menelfon Krist.

Mereka menunggu di depan ruang operasi karena tak diperbolehkan masuk, sebab Krist yang masih mendapat perawatan di dalam. Sebenarnya bukan hanya orang tua Krist saja yang dihubungi pihak rumah sakit, namun Singto yang merupakan pasangan dari Krist juga dihubungi. Sayangnya, nomornya tidak aktif. Untuk itulah pihak rumah sakit menelfon nomor lain.

Dokter keluar dan mereka semua langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan putra mereka.

“Bagaimana keadaan putra saya, Dok?” tanya Nan yang sangat khawatir, bahkan dari tadi dia sudah menangis karena takut terjadi apa-apa dengan putra bungsunya itu.

Dokter tersebut menghela nafas dengan raut wajah yang sulit diartikan, itu membuat mereka semakin penasaran separah apa kondisi Krist sekarang ini.

“Ada dua kabar yang harus saya sampaikan pada kalian, ingin kabar buruknya dulu atau kabar baiknya?” tanya dokter tersebut.

Mereka saling berpandangan satu sama lain, mencerna apa yang dikatakan oleh dokter dihadapan mereka ini. Bimbang ingin pilih yang mana dulu, hingga pada akhirnya Jack buka suara. “Kabar buruknya apa, Dok?” setelah mempertimbangkan segala hal. Mereka memilih itu terlebih dahulu karena setidaknya setelah mendengar kabar buruk. Mereka dapat mendengar kabar baiknya yang dapat sedikit mengobati kabar buruk yang mereka dengar.

“Putra Anda mengalami patah tulang, akibat benturan yang terjadi saat kecelakaan yang mengenai kakinya terlebih dahulu. Kami telah melakukan screening kesehatan, pemeriksaan fisik diarea yang cidera kemudian juga proses laboratorium melalui rotgen dan CT scan. Dan hasilnya menunjukkan kerusakan pada tulangnya. Dan tadi kami sudah melakukan tindakan operasi darurat karena memang kerusakannya cukup parah. Dan untuk sekarang pasien mengalami kelumpuhan sementara, karena bisa saja sembuh jika melakukan fisioterapi rutin.”

Mereka tercengang mendengar penuturan dokter tentang kondisi terkini tentang Krist. Nan tidak menyangka putranya sangat malang karena tertimpa musibah seperti ini. Jack membawa istrinya ke dalam pelukannya untuk menenangkannya. Dia juga shock mendengar kabar itu.

“Lalu dalam jangka berapa lama menantu saya bisa sembuh, Dok?” tanya Boonrod.

“Sebernarnya kesembuhan pasien dalam menjalani terapi berbeda-beda, tergantung dari pasiennya yang bersungguh-sungguh dan mengatur segala gizinya atau tidak. Jika pasien bertekad kuat dan selalu berpikir positif maka bisa saja sembuh dalam kurun waktu yang singkat kurang dari satu tahun.”

“Lalu apa kabar baiknya, Dok?” tanya Jack.

“Kabar baiknya janin yang ada di dalam kandungannya selamat, namun kondisinya sangat lemah karena kemungkinan besar tidak tercukupi gizinya. Namun, ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah mukjizat karena bisa selamat dalam sebuah kecelakaan.”

Mereka semua terdiam dan semakin shock lagi. Karena jujur mereka sama sekali tidak tahu kalau Krist sedang mengandung. Kini mereka bisa sedikit bahagia karena cucu yang mereka tunggu-tunggu bisa selamat dalam kecelakaan. Betapa kuatnya janin itu dan ingin hadir ke dunia karena bisa melewati fase besar seperti ini.

“Pho kita punya cucu lagi,” ucap Nan dengan derai air mata yang tadi awalnya sedih kini menjadi bahagia karena tidak pernah menyangka akan hal ini.

“Iya, semoga Krist cepat sembuh ya.” Jack bersyukur pada tuhan karena setidaknya Tuhan menyelamatkan putra dan calon cucunya.

“Astaga, aku bakal punya cucu.” Boonrod begitu senang mendengar kabar ini. Setelah sekian lama berharap akan kehadiran bayi dalam keluarga besar Ruangroj, akhirnya sebentar lagi akan terwujud juga.

“Iya, Boon. Oh iya, Singto di mana kok disini. Apa dia belum tahu Krist mengalami kecelakaan ya?” tanya Jack yang baru sadar kalau menantunya itu tidak ada disini sekarang.

“Oh iya, sebentar aku hubungi.” Boonrod segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi putra kurang ajarnya itu. Pasangannya sedang mengalami musibah, malah dia nggak ada disini. Sebenarnya dalam benak Boonrod juga khawatir kalau dalam rumah tangga putranya belum ada cinta di dalamnya. Makanya Singto tidak disini saat Krist mempertaruhkan nyawanya di meja operasi. Tapi, semoga itu pemikiran Boonrod saja.

“Nomornya tidak aktif, aku akan menanyakan ke sekretarisnya dulu,” ucap Boonrod pada besannya dan langsung pergi dari sana. Sedangkan Jack dan Nan juga pergi untuk mengurusi administrasi agar putranya bisa mendapatkan kamar terbaik dan paling nyaman di rumah sakit ini.

“Halo, Fah. Saya mau tanya, apa Singto ada di kantor sekarang?” tanya Boonrod sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 sore yang mana harusnya Singto sudah selesai satu jam yang lalu jika tidak sedang lembur.

“Halo Tuan Boonrod, maaf sekali tapi Tuan Singto sudah pergi dari kantor dari sebelum siang dan tidak kembali ke kantor lagi ke kantor.” Fah berterus terang karena memang seperti itu adanya, atasannya juga tidak bilang akan ke mana. Hanya langsung pergi begitu saja dari ruang meeting.

“Oh begitu, terima kasih buat infonya.”

“Sama-sama, Tuan.”

Boonrod memutuskan sambungan diantara mereka. Dia bingung sebenarnya Singto di mana, sudah keluar dari siang tapi masa iya tidak mengetahui kalau pasangannya terlibat kecelakaan. Dia mencoba kembali menghubungi nomor anaknya, sayangnya masih sama seperti tadi. Nomornya tidak aktif karena operator berbicara di luar jangkauan.

***

Disisi lain Singto sedari siang setelah mengirim pesan pada Krist sampai sekarang dia masih berada di sungai Chao Phraya karena tadi dia tertidur akibat terlalu lelah menangis melampiaskan segala emosinya. Dan betapa terkejutnya ketika melihat keluar sudah tidak ada cahaya lagi, suasana sekitar sudah gelap dan hanya diterangi beberapa lampu temaram.

Ketika melihat jam diponselnya ternyata sudah jam 9 malam. Singto langsung menghidupkan mobilnya dan pergi dari sana, pikirannya sekarang benar-benar kalut dan masih tidak menyangka kalau Krist selingkuh di belakangnya.

Apalagi tadi dia mendengar dan melihat sendiri apa yang dilakukan Krist dan Plustor di apartemennya. Mengingat itu Singto mencengkram stir mobilnya dengan begitu erat, serta pandangannya yang begitu tajam.

“Ahhkkkkk, kenapa kau seperti ini Krist!” teriak Singto frustasi sambil memukul stirnya. Tanpa sadar air matanya kembali menetes.

“Apa tak ada sedikit rasa dihatimu untukku, Krist,” lirih Singto yang merasa frustasi memikirkan semua hal yang menimpanya. Dia kira setelah Krist menerima mencoba menjalani rumah tangga ini dengannya, mereka akan bahagia. Nyatanya siapa yang bisa menyangka malah seperti ini.

Dia merasa dicurangi sekarang oleh Krist. Singto sudah memberikan seluruh hatinya pada pasangannya itu, dan menerima pernikahan mereka. Tapi, apa yang dia dapat? Justru Krist mempermainkan ini semua. Singto tidak masalah Krist menghabiskan uangnya, tapi dia tidak bisa mentoleransi sebuah penghianatan. Seketika terfikir dalam benaknya, pantas saja Krist selalu menolaknya karena ada Plustor. Sungguh hatinya merasa sangat sakit membayangkan Krist dan Plustor. Rasanya dia ingin membunuh Plustor detik itu juga. Sayangnya tadi ada keamanan yang memisahkan mereka.  Andaikan tadi tak ada yang melerai, mungkin Plustor sudah habis ditangannya.

Sayangnya Singto terlalu terfokus pada dirinya sendiri yang sedang salah faham dengan pasangannya, tanpa tahu akibat pesan yang dikirimkan oleh Singto mengakibatkan Krist kini terbaring di rumah sakit.

.
.
.

Dah lama nih keknya aku nggak up hehe. Lanjut nggak nih?

See you next chapter.

Connection Of Love Where stories live. Discover now