21. Dua Puluh Satu

10 2 0
                                    

Bromo terlihat marah sekali dengan pikiran anaknya. Dia sekarang berhadapan dengan dua remaja yang tidak tahu lagi dengan jalan pikiran mereka.

"Apakah ini karena kamu, anak saya tidak mau ikut ke Amerika?" Bromo yang langsung sat-set-sat-set.

Satu sama sekali tak gentar meskipun dihadapkan dengan calon mertuanya yang sama sekali tak ramah.

"Yah, bukan salah dia. Ini kemauan Ratu."

"Oke, kalo emang kemauan kamu. Bagaimana kamu yakin dia akan menjaga dan mengawasi kamu, hah?!"

"Maaf, om sebelumnya. Saya janji kalo saya akan menjaga Ratu dengan sebaik mungkin dan gak akan terjadi hal apapun yang tidak diinginkan."

Bromo tertawa keras. "Kamu pikir saya akan percaya dengan perkataan anak muda sekarang?" Lalu beralih menatap Ratu. "Ratu ... kamu yakin dengan dia? Bagaimana nanti kalo ayah tinggal kamu sendiri disini dan terjadi hal yang tidak diinginkan?"

"Jika om yang takutkan itu. Saya siap untuk menikahi anak om."

"Menikah? Kamu punya apa untuk menikahi anak saya? Anak baru umur kemarin berbicara soal nikah?" katanya semakin emosi ketika mendengar ingin menikahi putrinya. "Ratu, kamu ingin menikah dengan dia?"

Ratu mengangguk yakin meskipun dia sedikit ragu dengan pilihannya dan rasa takut dengan ayahnya.

Salah kasih pertanyaan. Batin Bromo dalam hati.

Tidak bisa berlama-lama berdebat karena kondisi Galang. Mau tidak mau Bromo harus mempercayakan putrinya pada Satu dengan menikahkannya.

"Kalo kamu memang mau menikahi putri saya, jangan apa-apakan dia sebelum dia benar-benar lulus." Bromo dengan keterpaksaan dari pada dia tidak menikahkan anaknya yang ada semakin maksiat mereka nanti.

"Saya percaya kamu karena kamu anak dari dokter Zela. Dia ibu yang baik jadi saya harap kamu juga baik seperti ibumu."

Mata Ratu berlinang. Dia tidak percaya dengan ucapan Bromo. Apa benar Bromo merestui pernikahannya, pikir Ratu akan sangat sulit. Mengingat seperti apa sifat Bromo yang begitu keras kepala apalagi menyangkut anak-anaknya.

"Ayah yakin?"

"Ayah tidak yakin, tapi siapa lagi yang akan menjaga kamu nanti."

"Terimakasih, sudah mempercayakan saya untuk menjaga putri om. Saya janji akan menjaganya dengan baik."

Bromo mengangguk sebagai jawaban.
Matanya mengikuti laki-laki itu keluar dan kembali menatap putrinya. "Ratu, kamu yakin? Gak mau ikut ayah saja?"

Dengan raut wajahnya yang masih pucat, dia mengangguk. "Iya, yah. Ratu tahu pernikahan hal yang sakral  dan Ratu bakal ngejaga pernikahan ini sampai maut memisahkan."

Bromo lalu memeluk putrinya. "Kalo kamu seperti itu, ayah tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ayah harap kamu bisa bahagia."

.....

Kini dua keluarga pengantin baik dari pihak Satu dan Ratu berada di kediaman Ratu Lalunna. Do'a ijab kabulpun terucap oleh bibir Satu dengan benar dan penuh yakin. Semua tersenyum bahagia begitu suara sah menggema.

Ratu mencium telapak tangan Satu dan Satupun mencium dahi Ratu didepan semuanya. Kini pasangan kedua remaja itu telah sah menjadi sepasang suami istri menurut agama dan negara.

Acara berlangsung dengan cepat karena memang hanya akad nikah saja. Setelah semuanya selesaipun, mereka semua menuju rumah sakit untuk segera mengantar Galang dan Bromo ke Amerika.

Dalam hati Ratu sangat sedih melihat kepergian mereka setelah hari bahagianya ini. Tapi, semua itu demi kesembuhan sang kakak.

"Saya titipkan anak saya ke kamu. Jaga dia dengan baik, rawat dia penuh kasih sayang dan buat dia selalu bahagia." Bromo penuh permintaan begitu mereka tiba dibandara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SATUWhere stories live. Discover now