3. DDJ- Awal

4.5K 352 59
                                    

Dibaca ya narasinya, jangan cuma dialog nya saja bestie.

Tandain klp

Muach🔨

🍊🍊

Merajuk. Itulah yang sedang dilakukan Lina saat ini. Dia tidak sadar akan umurnya yang sudah 22 tahun itu. Lina marah pada papanya karena terus memaksa dirinya untuk menerima perjodohan ini. Jika kalian ada di posisi Lina, kalian akan bagaimana?

"Ck! Papa mah nggak asik. Dikiranya nikah karena perjodohan itu enak kali, ya?" gerutunya.

Netranya melirik jam dinding. Sudah jam 4 sore. Dan malam nanti dia dipaksa untuk bertemu dengan keluarga Pak Handi. Sebenarnya Lina tidak mau. Tapi, Dimas terus memaksanya. Bahkan sempat berakting sakit tadi yang membuat Lina tak tega dan berakhir menyetujuinya. Tapi, tetap saja. Dia masih merajuk.

"Oh, iya tugas gue! Bodoamat, lah. Bilang aja kemarin gue sakit."

Gadis itu melenggang pergi untuk mandi karena tubuhnya berkeringat meskipun sejak tadi AC menyala. Di dalam bathup yang dipenuhi busa, Lina termenung. Teringat akan surat peninggalan kakeknya. "Apa gue harus terima ini dengan lapang dada, ya, supaya kakek seneng? Kan selama ini gue jadi beban buat beliau,"

"Tapi yang namanya dijodohin itu nggak enak! Apa lagi sama orang yang sama sekali nggak dikenal. Ish, kenapa, sih, harus kaya gini, ah!" Lina mengoceh tanpa henti. Dia benar-benar ingin menolak keras perjodohan menjengkelkan ini.

Tak terasa hari semakin petang. Dan Sekarang sudah pukul tujuh malam yang artinya Lina harus bersiap-siap untuk pertemuannya dengan keluarga Pak Handi. Setelah menggunakan pakaian yang pantas dan make up tipis, Lina keluar dari kamar.
Di sana, Dimas sudah menunggu dengan pakaian rapinya.

"Gitu, dong. Jangan ngambek terus," kata Dimas tersenyum senang.

"Ck! Aku ngambek juga gara-gara papa."

Dimas hanya terkekeh. Meskipun umur Lina sudah besar, dia akan selalu menganggap anak tunggalnya itu bayi. Kelakuan Lina yang terkadang masih kekanak-kanakan, selalu membuat Dimas tersenyum dan jadi mengingat mendiang istrinya. Sifat mereka sama.

"Ya udah, ayo berangkat! Om Handi udah otw."

Kaget, syok, tak percaya. Itulah yang sedang terjadi pada diri Lina saat ini. Begitu sampai, dia terkejut melihat dosennya duduk di meja yang sama dengan orang yang akan mereka temui. Dan saat itu juga Lina menyimpulkan mungkin dialah yang akan menjadi calon suaminya. Dimas dan Handi pun mengatakan itu. Dan jelas saja Lina melengos tak percaya.

"Gapapa, seiring berjalannya waktu, kalian akan saling mencintai dalam waktu dekat," ucap Helena, istri  Handi.

"Tapi, Ma. Dia ini anak murid Arsen, loh." bantah Arsen tak terima.

Ya, orang yang akan dijodohkan dengan Lina adalah Pak Arsen. Dosen sekaligus Rivalnya Lina.

"Ya, kenapa memang?" tanya Helena tak mengerti.

"Ck, nggak mau lah. Tugas kuliah aja dia nggak kerjain, apa lagi tugas sebagai seorang istri?"

"Heh! Enak aja Bapak kalo ngomong! Walaupun saya pemalas tapi Saya nggak sepemalas itu kalau udah punya suami!" bantah Lina mendelik tak terima. Tidak peduli jika yang sedang diajak bicara ini adalah dosennya.

"Kalau gitu, mana tugas yang seharusnya sore ini kamu berikan kepada saya?!"

Damn!

Lina terdiam saat itu juga. Kapan pun dan di mana pun Arsen sepertinya memang mempunyai dendam pribadi padanya. Handi, Helena dan Dimas hanya menggeleng melihat tingkah mereka yang seperti anak kecil.

Dear, Dosen Julid.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora