[ 17 ] Halcyon • Tujuh belas

937 123 109
                                    

| Brothership " Familyship " Friendship|

YANG JUNGWON ENHYPEN

•••

warn :  a little bit of murdering , minor character death, harsh words, cursing

•••

“Oke, kayanya nggak ada waktu buat sekedar ngomong 'halo' ...?” Ia menepuk keningnya saat sadar sudah bertingkah bodoh.

Kepalanya menoleh kebelakang hingga wajahnya tak lagi terlihat dikamera.

“Bentar,” lalu kamera tersebut bergoyang dan bergesekan dengan baju. Tak lama suara pemuda itu tergantikan oleh dobrakan pintu seperti ada seseorang yang memaksa ingin masuk.

Ah sial, ucapan gue terlalu cepet dikabulin,ucapnya lirih. Dia── yang dikenal bernama Rendi, terlihat panik namun masih berusaha bersikap tenang.

Rendi menaruh kembali kameranya lalu mendudukkan dirinya dikursi. Dia binggung harus melakukan apa agar bisa melarikan diri dari ruangan itu. Tangannya mengacak rambutnya hingga berantakan, lalu memijit pangkal hidung serta gigi yang bergelatuk.

Ia membuang nafas keras dan sekilas terlihat senyum getir seperti merasa pasrah pada keadaan ataupun hal yang akan menimpanya sebentar lagi. Akhirnya Rendi mengangguk mencoba meyakinkan dirinya, dia menatap kamera.

Sebelum membuka mulut, Rendi menyempatkan untuk tersenyum. Mungkin untuk terakhir kalinya.

Arvel... gue kangen Mama.”

“Gue harap setelah ini bisa ketemu Mama, kalau gue mati.”

“Kayanya ini kesempatan terakhir buat gue ngomong gini, gue sayang lo Vel. Lo Adek gue satu-satunya. Makasih udah ngehibur gue dengan tingkah lo, makasih karena sering bikin gue kesel,” Rendi terkekeh mengingat semua kenangan bersama Juan. Selama ini Rendi tak pernah menunjukkan secara terang-terangan rasa sayangnya pada Juan, seperti Rendi memiliki cara sendiri untuk menyalurkan bentuk 'rasa sayangnya'.

“Vel, yang makan basreng lo itu gue. Tolong dimaafin ya biar dosa gue berkurang.”

“Apa lagi ya...” untuk beberapa saat Rendi hanya terdiam, namun suara pukulan kapak pada pintu membuat Rendi tersentak lalu dia berdiri dengan terburu-buru. Reflek tubuhnya bergetar karena ketakutan.

Tangan Rendi menyambar kamera berusaha mengucapkan kalimat terakhirnya meski berulang kali lidahnya terpeleset. Bola mata yang biasanya bersinar bak bertabur bintang bergerak kesegala arah karena tidak bisa fokus.

Dengan susah payah Rendi menenangkan detak jantungnya meski itu tidak berhasil, bahkan disaat dia mencoba membayangkan meja penuh makanan lezat. Jakunnya bergerak naik turun menandakan Rendi menelan ludah berulang kali.

Tanpa sengaja kamera Rendi merekam pintu yang sudah berlubang lalu ada tangan yang menjulur hendak meraih gagang pintu.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Where stories live. Discover now