Bonus Part : 1 Year Ago...

6.1K 397 8
                                    

"Jessica?"

Aku mengerjapkan mataku. Sinar matahari dari luar pintu yang dibuka sedikit menyengat mataku. Oh, ternyata ada Mama yang berdiri di depan pintu kamarku. Dia tersenyum kepadaku yang masih bangun dengan setengah nyawa.

"Hai, Ma..." jawabku setengah mengigau.

Beliau masuk perlahan ke dalam kamarku sambil membawa sesuatu di balik punggungnya. Kemudian ia duduk di pinggir kasurku dan menaruh benda itu di pangkuannya. Sebuah kado dengan bungkusan merah muda.

Mama mendekat ke arahku dan memelukku pelan. "Selamat ulang tahun, Jessica."

Aku membalas pelukannya.

Hari ini umurku genap 17 tahun.

***

"JESSICAAAAA!!!"

GEDUBRAK!

Aku limbung dan jatuh bedebam ke lapangan basket. Ketiga perempuan sinting itu mengacak-acak aku sampai rambutku tak berbentuk. Ditambah lagi tiga sahabat kami lainnya yang membuat suasana tambah gila dengan ikut-ikutan mengacau. Mario dan Daniel, mereka hanya tertawa di pinggir lapangan.

Setelah mereka puas menyiksaku, kami berlima berdiri dengan sisa-sisa tawa kami dan menepuk-nepuk rok abu-abu kami.

"Gila ya, kalian!" kataku di sela-sela tawaku.

Mereka berdua memelukku erat dan berbisik. "Happy birthday, little girl!"

Mungkin aku salah satu orang yang beruntung di dunia, karena menghabiskan ulang tahun dengan sahabat dan keluarga di ulang tahunku yang ke-17. Tak ada yang spesial yang aku siapkan bersama keluargaku. Age is just a number. Aku merencanakan pesta sesungguhnya setelah aku lulus kuliah nanti.

Setelah bel berbunyi, kami berlima pun naik ke lantai atas untuk belajar.

"Jess!" Daniel menjajari langkahku.

"Ya?"

Lelaki itu tersenyum kecil kepadaku dan menatapku. "Selamat ulang tahun, ya!" katanya.

Aku terkekeh. "Makasih, loh!"

"Hehehe."

Jujur, dalam hatiku, aku menanti sesuatu yang spesial yang dia lakukan di balik punggungnya, atau sebuah tindakan yang membuatku kaget, atau sebuah kalimat istimewa yang membuatku terperanjat dan terharu.

Daniel membuka mulutnya. "Yuk, kita harus ulangan Sejarah!" Kemudian ia berlalu meninggalkanku di bawah tangga sendirian.

Dan begitu saja, semua ambisi dan semangat ulang tahunku langsung turun ke dasar bumi kesepuluh.

***

"Jess?"

Aku masih tetap menatap kesal ke arah Daniel di ujung sana.

"Jessica?"

Ada apa sih sama lo, Dan? Apa bener-bener biasa banget ulang tahun gue buat lo?

"Jessica!"

"EH, IYA?!" Aku mengatur napasku yang berantakan.

"Jess, lo masih nyimpen soal Sosiologi yang kemarin?" tanya Fakhri.

Aku menggeleng lemah. "Gak ada, Ri. Sorry, ya. Tadi gue lagi bengong."

Fakhri mengangguk maklum dan meninggalkan aku, kembali melamun dalam pikiranku sendiri.

Kuhela napasku dalam-dalam sambil melihat ke arah Daniel yang kini sibuk bercakap-cakap dengan Mario di kursi mereka. Boy talks, mereka ramai sekali dengan tertawa dan obrolan mereka. Dan rasanya, aku semakin down karena tak ada hal spesial dari Daniel tahun ini.

Breakeven: A Sad Opening StoryWhere stories live. Discover now