Chapter 9

44 10 0
                                    

🎵 Arsy Widianto ft Brisia Jodie - Sejauh Dua Benua

***

"Iya sayang, bye". Mallika menutup sambungan video call nya, ia kembali merapihkan kemeja putih yang ia pakai saat ini. Mallika dan Monica sudah menjadi mahasiswa univesitas ternama di Jakarta, hari ini Jakarta diguyur hujan ringan. Cocok untuk menemani insan yang sedang merindu seperti Mallika, Mallika juga merapihkan celana kain yang ia pakai. Ia mengambil kunci mobil, lalu keluar dari rumahnya.

Dikampus, Mallika baru saja turun dari mobil yang terparkir tak jauh dari kelasnya. Entah mood Mallika hari ini sedang baik, ia sedikit berdandan hanya untuk kuliah. Biasanya Mallika hanya memakai bedak dan lipstik, hari ini ia sepertinya memakai semua make up yang ada di meja riasnya. Tidak tampak menor, justru Mallika pintar memadukan warna-warna make up jadi dia tidak khawatir. Ia berjalan sambil memasang headset bluethooth di telinga, sepanjang jalan semua mata melihat Mallika.
"Hari ini mereka kenapa?" batin Mallika dalam hati, ia tidak peduli hanya melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
"Woey, bestie" teriak Monica, Mallika mencari asal muasal suara tersebut. Ternyata dari Monica.
"Hai bestie, udah lama?" mereka bertemu di lorong kampus.
"Enggak, gue tadi liat elu. Eh, elu nya nyelonong aja"
"Hehe, sorry"
"Eh, bentar". Monica melihat Mallika dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Loe dandan hari ini?"
"Iya Momon, gatau tapi lagi pengen aja pake make up. Sayang kalo dibiarin"
"Pantes, dari tadi cowo-cowo pada ngeliatin bestie gue"
"Gue gak peduli, hati gue sudah terpaut pada satu orang"
"Haduh! Gue pusing denger lo ngebucin. Udah yuk ke kelas"
Untung saja, saat mereka masuk belum ada dosen. Hanya beberapa mahasiswa yang sudah datang.
"Eh, gue dilamar kak Basant" bisik Monica.
"Wuih! Gercep juga kakak gue, kapan dilamarnya?"
"Dua hari yang lalu hehe"
"Oh gitu, ngapain lu kek takut gitu?"
"Soalnya, gue lupa bilang ke elu"
"Yaelah mak Momon, tenang aja kali kek sama siapa aja". Tiba-tiba, hp dalam genggaman Mallika bergetar. Ia melihat siapa yang menelfonnya.
"Bentar yak, gue keluar dulu". Mallika segera menerima telefon tersebut.

"Hallo, ngapain?"
"..."
"Iya iya sayang, aku baru aja berangkat"
"..."
Mallika terkekeh.
"Berangkat sendiri babe, mana mungkin aku berangkat sama cowo. Tapi mungkin juga sih, tadi di kampus cowo-cowo pada ngeliatin aku tauukk"
"..."
"Aduh! Ampun! Tapi serius kok, aku berangkat sendiri"
"..."
"Iya iya, kamu juga yang serius kuliahnya. Aku masuk kelas dulu ya, bye". Mallika kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran.

~~~

Malang tampak hujan rintik pagi ini, Sumedh berlari menuju kelasnya.
"Huft, untung gak telat" Sumedh membuka pintu kelas, ia segera disambut kawan-kawannya.
"Hei brooo, tumben lu agak telat?" tanya Siddhart.
"Iya, gue tadi kesiangan"
"Kesiangan atau bucin?" tanya Kartikey, membuat semua kawan-kawan Sumedh tertawa
"Ssstt, diem lu kacang rebus" sekelas tertawa mendengar lawakan Sumedh.
"Gue aneh, di kelas ini kenapa pada receh yak" timpal Sumedh, ia duduk disebelah Kartikey.
"Ya, gara-gara ada elu" ujar Kartikey, Sumedh menjambak rambut Ikey yang sudah tertata rapi bak oppa korea.
"Sakit woey!" pekik Kartikey, ia segera membenarkan rambutnya.
"Makanya diem". Beberapa menit kemudian, Dosen sudah datang. Mahasiswa yang tadinya duduk tidak beraturan, mereka membenarkan tempat duduk mereka.
"Haduh, kelas ini rame banget" keluh Bu Indah, salah satu dosen mereka sambil mengeluarkan laptop dari tas nya.
"Maaf bu, tapi saya gak tahan ada tukang bucin disini" ujar Ikey sembari melirik Sumedh.
"Kartikey, kalo kamu jomblo segera cari cewek ya. Biar gak berisik" timpal Bu Indah, disambut dengan tawa anak-anak satu kelas.
"Dikira nyari cewe gampang kali yak" lirih Kartikey.
"Gimana mau dapet, orang mulut lemes begitu" lirih Sumedh.
Satu pukulan mendarat di lengan Sumedh.
"Sstt, dieem! Lo mau belajar gak? Pulang sono kalo jail mulu" ketus Sumedh dengan pandangan tajamnya.
Kartikey yang tadinya ingin beradu omongan, ia seketika diam ketika melihat Sumedh dengan tatapan tajam.

~~~

**Flashback**

"Mari akhiri hubungan kita". Mallika tak sanggup lagi membendung air matanya, tatapannya lurus kedepan.
"Duduk dulu, seenggaknya dengarkan aku dulu". Mallika kembali duduk, ia menyeruput matcha latte. Kemudian ia memberikan perhatian penuh terhadap Sumedh yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan Shomya" jelas Sumedh, walaupun begitu tidak membuat senyum Mallika merekah.
"Aku sudah bilang kepada Ayahku, bahwa aku dan kamu berpacaran. Ayahku marah besar tadi, lalu ia berkata aku harus memutuskan hubungan denganmu. Ia begitu ngotot bahwa aku harus menikah dengan Shomya, lalu aku membeberkan kejadian dimana Shomya berselingkuh. Bahkan, aku masih menyimpan buktinya"
Sumedh berhenti sejenak, ia melihat Mallika dengan tatapan sendu.
"Tentu aku ingin memperjuangkan dirimu, kamu pikir aku akan melupakanmu dan pergi bersama Shomya yang jelas-jelas sudah menyakitiku? Kamu pikir, aku masih mencintainya? Jelas tidak, aku sudah menemukan rumahku". Ujar Sumedh menggenggam tangan kanan Mallika.

"Tapi, aku tidak akan kuliah di Jakarta"
"Kenapa?" tanya Mallika.
"Aku butuh suasana baru, dan aku juga sudah memimpikan kuliah diluar Jakarta sejak sebelum lulus"
"Kamu mau kuliah di Australia, kan?"
"Nggak, aku capek disana. Zona waktu beda, jadi kalo aku telefon kamu. Takutnya kamu udah tidur" Mallika memukul tangan Sumedh dan terkekeh.
"Jangan gombal terus"
"Dih, orang gombalnya cuma sama kamu"
"Terus, kamu mau kuliah dimana?"
"Malang".

***

Sumedh baru saja sampai di kamar kosnya, ia meregangkan otot-otot yang pegal karena terlalu lama duduk dikelas.
"Hoam! Gue masih bocah, tapi kok udah kayak remaja jompo yak" gumam Sumedh sambil memijat punggungnya yang pegal.


Dingdiringdong.. Dingdiringdong..

Sumedh berdecak kesal saat hp nya berbunyi sangat keras, ia bangun dari kasurnya lalu mengambil hp yang berada di ransel.
Tanpa melihat nama siapa yang menelfon, Sumedh segera menjawab dengan nada kesal.
"Halo!"
Seseorang diseberang sana seketika menjauhkan hp dari telinganya, karena nada bicara Sumedh lumayan kencang.
"Yaampun, untung gue sayang sama loe. Kalo nggak, gue sekarang pergi ke Malang terus bikin daging cincang" ujar Mallika, ya yang menelfon Sumedh ternyata kekasihnya. Mallika, Sumedh dengan terkejut melihat ID yang terpampang nyata dilayar hp.
"Huft! Maaf, tadi aku capek banget"
"Emang kamu habis ngapain? Nguras laut?"
"Kegiatan mahasiswa, capek babe. Sorry ya, tadi gak sempet baca nama yang telfon. Ternyata kamu"
"Ya gapapa kaliii, untuk teriaknya ke aku. Aku bisa maklumi bahwa kamu sedang lelah"
"Ah, bisa aja ratu semut"
"Ih, dasar raja ulet"
"Hiii! Emang pernah liat raja ulet?"
"Enggaak, gak mau liat. Jijay"
"Kamu lagi ngapain disana?" tanya Sumedh sambil duduk diambang kasur, ia sambil meluruskan kaki.
"Abis bersih-bersih rumah, abis ini masak babe"
"Wah! Calon istri idaman nih, udah bisa masak apa?"
"Rahasia, ntar kalo libur pulang ke Jakarta. Biar aku masakin"
"Wkwk, baru aja liburan kemaren pulang. Ada yang kangen nih" ejek Sumedh.
"Huuu! Dasar raja uleett nyebelin"
Mallika sudah tidak mendengar suara dari Sumedh.
"Sumi? Hallo? Kamu masih disana? Oh, ketiduran kah?". Sumedh tertidur dikasurnya, memang hari ini hari yang lelah untuk Sumedh.
"Yah, yaudah babe maaf ya aku ganggu. Met bobo". Mallika langsung menutup sambungan telefonnya.

~~~

Mallika memakan sandiwch buatannya dimeja belajar, matanya terus melihat kearah laptop.
"Yah! Deadline jam 12 malem. Masih banyak lagi yang belom dikerjain, semangat Mallika! Loe gak boleh nyerah" ujar Mallika menyemangati dirinya sendiri, dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan jam 9 malam. Mallika harus ngebut. Jari-jari Mallika aktif mengetik di keyboard laptop, Mallika sama sekali tidak ingin diganggu saat ini. Konsentrasinya sudah 100%. Ditemani dengan sandwich dan susu coklat hangat, Mallika tampak sangat teliti mengerjakan tugas kuliahnya.

Tuing!

Suara notif sedikit membuat Mallika terganggu, dan mengalihkan perhatiannya.
"Hedeh! Sapa lagi nih ganggu" Mallika melihat dari siapa notif itu berasal, ternyata wassap.

Sumi ❤️
"Hy cantik"
"Abang telfon ya? Gabut nih"

"Sumi, maaf ya Miku lagi garap tugas"
"Gabisa nemenin Sumi, besok ya"

"Yah, yaudah deh lanjut Miku!"
"Semangat!"

Mallika tersenyum simpul melihat balasan dari Sumedh, ia menghembuskan nafas lalu kembali mengerjakan tugas.

Friend Become Love (Sumellika fiction Indonesian) (SLOW UPDATE) (END)Where stories live. Discover now