#LunchDate

5 0 0
                                    

Keesokan harinya pun tiba dan Arya mendapati dirinya berdiri di depan pintu kelas Vania. Kebetulan kelas Vania juga kelas satu-satunya teman Arya. Yah, lebih tepatnya 'satu-satunya orang ditoleransi Arya'. Namanya Samuel. Mereka sudah akrab sejak mereka bertemu di belakang sekolah saat bolos upacara bendera.

Seolah-olah diberi isyarat, Samuel muncul di belakang Arya. "Lu ngapain di sini, Arya?"

Arya berteriak kaget. "Eh! Sans bro! Gue doang kok," Samuel ujar. Dia mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Arya. Samuel memutar Arya sehingga Arya menghadapnya sekarang.

"Sorry, Sam. Gue kira lu setan," Arya tersenyum malu. "Ya emang gak salah sih."

"Dasar lo," Samuel bercanda memukul lengan Arya dengan ringan. "Lu ngapain di sini? Kangen ama gue ya?"

"Narsis banget lo. Eh, Sam, lu bisa tolong kasih payung ini ke Vania gak?"

"Hah? Kenapa emangnya?"

"Udah lah, gak usah tanya-tanya. Ceritanya panjang, gue males jelasin." Ceritanya sebenarnya pendek, Arya hanya terlalu malu untuk menceritakannya. Arya tahu Samuel bukan orang yang penasaran, dia hampir tidak pernah peduli tentang apa pun. Lagi pula, ini memang bukan urusan besar. Payungnya akan dikembalikan ke Vania oleh Samuel, dan Arya tidak akan perlu berbicara dengan Vania lagi.

Tetapi rencana itu langsung gagal begitu Vania mendekati mereka dari belakang. "Kalian ngapain disini?" Vania bertanya.

Arya dan Samuel memekik kaget. "Ya ampun, ada apa sih 'ama kalian, sukanya tiba-tiba muncul di belakang orang. Bilang 'halo' gitu kek, gak kenal sopan santun," Arya berkata. Samuel memberikan kembali payungnya kepada Arya, "Nih, urusan lo." Dia memasuki kelasnya, meninggalkan Arya bersama Vania. "Yaelah Sam!"

Arya menatap Vania, seringai terpampang di wajahnya. "Van, ini payung lo. Makasih udah mau pinjemin ke gue."

"Iye, sama-sama. By the way, udah jam 6.50 nih. Mending lo pergi ke kelas lo sekarang."

"Eh iya, yaudah Van, gue duluan."

Arya memperhatikan rintik hujan saat dia berjalan kembali ke kelas. Dia langsung merasa sedikit lebih dingin setelah dia berpisah dengan Vania.

________

Arya kira itu terakhir kalinya dia harus berinteraksi dengan Vania, tetapi tentu saja alam semesta memutuskan sebaliknya. Saat istirahat, Arya melihat seseorang mendekatinya. Arya pura-pura tidak memperhatikan, dia mengubur dirinya di balik bukunya. Dia benar-benar lagi tidak pengen ngobrol sekarang.

"Ngapain lu?" Sebuah suara muncul di depannya. Arya sudah tahu itu siapa.

"Van, lo gak bisa liat gue lagi baca buku?" Arya menjawabnya. Dia tidak berencana untuk menjawab lebih lanjut. Vania duduk di kursi sebelah Arya. Mereka tidak berbicara, Arya sibuk membaca bukunya dan Vania makan makanan siangnya.

"Lo ga laper?" Vania bertanya. Arya hanya menggelengkan kepalanya. "Yaudah."

Itu lah yang menjadi kebiasaan mereka untuk hari-hari kedepannya. Mereka akan duduk bersama saat waktu istirahat, ngobrol sedikit, dan untuk sisa waktunya mereka hanya akan duduk di sana dalam keheningan yang nyaman.

Hari Ini, Esok, SelamanyaМесто, где живут истории. Откройте их для себя