Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 27)

63 12 0
                                    

Kangen – Ku Akan Datang 

---


"My wife is one of the hostages, Officer! I want to know how she is!" teriak Prayoga.

Namun para polisi berjaga yang menghalangi itu tidak peduli dengan teriakan Prayoga. Senjata mereka teracung dan ditodongkan ke Prayoga. Suasana gelap di bandara akibat pemadaman listrik, sontak menaikkan tensi di situ. 

"Move! Step back or we have to minimize the risk!"

Salah satu polisi itu memberi perintah sambil menodongkan senjata ke wajah Prayoga. Mendengar itu, rasa berontak karena ingin mengetahui keadaan Paramitha, luluh seketika. Rangga dan Bisma menarik tangan sang pendaki tebing untuk mundur. Tampaknya mereka berdua menyadari betapa Prayoga sangat patah semangat.


---


"Udah yuk, Bang Yoga. Udah, kita mundur aja," bisik Rangga.

"Please, Officers. I just wanna know how my wife is. She is one of the hostages there!" 

Melihat Prayoga yang masih berusaha meminta pengertian polisi-polisi yang menjaga itu, Rangga menepuk-nepuk punggung sang pendaki untuk menenangkan. Para polisi yang menghalangi masih terus mengarahkan senjata api mereka kepada Prayoga dengan wajah marah. 

Prayoga meremas rambut dengan rasa putus asa. Sejenak ia menoleh ke belakang, memandang ke arah teman-temannya. Carrier bag yang mereka masih bawa, memang cukup merepotkan. Bisma memanggul sendiri dengan kesusahan. Sementara Rangga juga memanggul tas berisi peralatan dan perlengkapan mereka semua. Suasana bandara yang gelap akibat pemadaman aliran listrik, membuat pikiran yang kacau mulai melemahkan Prayoga.

Tidak ada pilihan lain, Prayoga yang melihat itu akhirnya memilih mundur. Ia berbalik dan berjalan menjauh. Diturutinya saran dari Rangga. Mereka kemudian berjalan ke luar bandara. Menyusuri jalanan gelap yang ramai dipenuhi masyarakat kota New York, yang ingin tahu perkembangan aksi sabotase penyanderaan di bandara internasional itu.

"Kita gak tau di mana Kak Mitha disandera, Bang. Kalo Abang masuk untuk melakukan sesuatu, tentu berisiko karena harus nyari-nyari dulu," kata Bisma. 

Beban berat karena memanggul carrier bag dan jalanan yang gelap, membuat Bisma dan Rangga harus berjalan  berhati-hati. Mereka menunduk karena tekanan barang sekaligus memerhatikan jalan. Sambil menyejajari langkah Prayoga, Bisma mencoba memberi pengertian kepadanya. Tiba-tiba, lampu penerangan jalan dan daerah sekitar bandara kembali menyala. 

Mendengar kata-kata Bisma tadi, Prayoga menolehkan kepala. Sambil berjalan, ia mengernyit memandang sebuah papan penunjuk arah yang berada di pinggir jalan depan Bisma. Prayoga seperti sedang terpikirkan sesuatu. Suasana terang membuatnya mendapat sebuah ide. 

"Kamu sepemikiran dengan aku, Bisma?"

Langkah Prayoga terhenti. Dipandangi papan penunjuk arah itu, bergantian ke arah Bisma yang masih berjalan. Merasa orang yang berjalan bersamanya tertinggal di belakang, Bisma pun mengangkat kepala dan berhenti juga. Ia menoleh ke arah Prayoga di belakang. 

Rangga yang mengikuti pembicaraan mereka, seperti kebingungan ke mana maksudnya. Ia juga mengangkat kepala, berpaling mengernyit ke arah Prayoga. Diikuti ke mana arah mata sang pendaki memandang, seketika ia tersentak.

"Eh, jangan gila ah Bang Yoga!" seru Rangga yang terkejut.

Rangga yang baru menyadari maksud pembicaraan Prayoga dan Bisma, turut berhenti berjalan. Diturunkannya tas yang dipanggul. Jalan yang ramai dipenuhi orang itu, membuat mereka bertiga harus berhenti bersama.

Kangen - Ku Akan DatangTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon