43. Di Luar Prediksi

706 73 0
                                    

"Ntar aku usahain balik cepet deh ya. Kamu nggak apa-apa kan sendirian di unit?"

Di Sabtu pagi itu, berbeda dari biasanya. Ryan sudah rapi dan bersiap. Namun, Vanessa masih tampak nyaman dengan pakaian rumahan di badannya. Lebih dari cukup untuk menjadi tanda bahwa ada aktivitas yang berbeda yang akan dijalani mereka berdua.

Vanessa mengangguk. "Tenang aja. Aku nggak apa-apa kok," jawabnya seraya menyodorkan bekal yang sudah ia siapkan pada Ryan. "Lagian kalau kamu nggak ada, kayaknya aku bisa lebih fokus kerja. Sekalian kan aku mau mulai nyusun soal ujian akhir semester."

"Aaah," lirih Ryan seraya menyipitkan mata. Sorotnya tampak berubah. "Kamu simpen di folder apa soal ujiannya?"

"Hahahaha. Nggak boleh curang ya."

Ryan bangkit. Mengambil kotak bekalnya dan menghampiri Vanessa sejenak. Hanya untuk memeluk cewek itu dan mengecup dahinya sekilas.

"Aku pergi dulu," ujar Ryan. "Kalau ada apa-apa, sebut nama aku tiga kali."

Vanessa kembali tertawa. "Terus kamu langsung muncul gitu?"

"Ya kagaklah. Aku kan bukan Om Jin. Hahahaha."

Memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas ransel, Ryan lantas meninggalkan unit sebelum hari menunjukkan jam tujuh pagi. Waktu yang terlalu pagi mengingat itu adalah akhir pekan. Tapi, yang namanya praktikum lapangan memang selalu seperti itu. Terutama untuk mereka yang kuliah di bidang pertanian. Tak jarang sekali sepagi itu mereka sudah terjun ke lapangan.

Tiba di lapangan percobaan kampus, Ryan mendapati Abid sudah sampai di sana. Hal yang wajar mengingat temannya itu memang kos di sekitaran kampus. Justru akan menjadi satu keanehan bila dirinya yang tiba duluan.

"Ryan dan Abid, sini."

Baru beberapa menit Ryan dan Abid bertegur sapa, suara Emi memanggil keduanya. Mendorong keduanya untuk langsung beranjak. Turut bergabung bersama dengan Emi dan dua orang asisten praktikumnya, Trio dan Ardi.

Secara ringkas, Emi menjelaskan apa saja yang akan mereka lakukan pada hari itu. Yaitu sistem kerja herbisida kontak dan sistemik. Juga, pada mahasiswa praktikan, Emi pun tidak lupa mengingatkan.

"Perhatikan dengan baik pekerjaan kalian. Walau nanti kalian dibantu oleh kakak-kakak kalian, tapi kalian jangan sampai lalai," ujar Emi. "Karena kedua jenis herbisida ini memiliki sistem kerja yang jelas berbeda."

Emi membiarkan perkataannya mendapatkan balasan patuh dari setiap praktikan terlebih dahulu. Untuk kemudian barulah ia lanjut menjelaskan.

"Herbisida kontak, secara praktisnya akan langsung menyerang jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Dan lebih efektif lagi kalau bagian itu bewarna hijau. Herbisida ini menyerang ke klorofil gulma. Berbeda dengan herbisida sistemik yang kerjanya ditranslokasikan ke seluruh jaringan gulma. Maka dari itu, praktikum kali ini untuk pembuktian kita. Apakah benar herbisida kontak hanya butuh beberapa jam untuk melayukan gulma? Dan apa benar herbisida sistemik membutuhkan beberapa hari untuk bisa efektif bekerja?"

Beberapa praktikan tampak angguk-angguk kepala. Seraya mencatat setiap penjelasan yang Emi berikan.

"Karena itu, hati-hati kerjanya. Jangan sampai kalian keliru menyemprot. Jangan sampai petakan yang harusnya diberi herbisida kontak malah kalian semprot dengan hebrisida sistemik. Atau pun sebaliknya," lanjut Emi lagi. Lantas ia membawa pandangannya untuk menuju pada tiap mahasiswanya. "Paham?"

Dengan kompak mereka semua menjawab.

"Paham, Bu."

Maka selanjutnya praktikum pun dimulai. Dari asisten dosen yang memperagakan cara membuat larutan herbisida dengan baik dan benar. Termasuk dengan cara penghitungannya, berapa jumlah hebrisida dan air yang diperlukan.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang