11 : Gila But Its Okay

784 42 10
                                    

[Mature content 18+]








Aku menatap rumah Tio, sangat sepi. Sama sakali tidak ada kehidupan di sana.

Aku mengernyitkan dahi bingung, apakah Tio diam-diam pindah rumah dan meninggalkan ku karna aku pergi begitu saja?!

Dengan langkah cepat aku membuka pintu kamarnya, berjalan ke arah lemari pria itu.

Aku bernapas lega ketika melihat baju-bajunya masih ada, artinya aku masih bisa tinggal di sini.

Kemudian aku kembali ke kamarku, tak peduli dengan baju yang masih di koper. Aku langsung naik ke kasur dan tidur, hari ini aku sangat lelah.

Baru saja mataku terpejam, ponsel ku kembali berdering. Dengan malas aku meraih kembali ponsel ku yang ada di nakas tempat tidur.

"Halo?"

"Udah pulang?"

"hm"

"Kalo gitu ke kantor ku sekarang!"

Aku mengernyit bingung, "hah?"

Apa-apaan itu, baru juga pulang dia sudah memerintah ku seenanknya.

"Ke kantor sekarang fio!"

"Ga mau, aku cape!"

"Sebentar, ada yang mau aku omongin sama kamu"

Aku membuang napas lelah, kemudian aku teringat ucapan jeni kemarin yang menyarankan agar aku lebih baik mencoba berhubungan badan dengan pria itu, dengan begitu tugas ku untuk membuatnya sembuh akan segera berakhir dan aku bisa meminta hak ku atas rumah yang dia janjikan.

Meskipun terdengar seperti aku yang menjual keperawanan ku untuk sebuah rumah, tapi jika di pikir kan lagi. Apa salahnya?

Toh tujuan akhir kenapa pria itu meminta bantuan ku adalah karna hanya aku yang bisa membuat pria itu ereksi.

Sama saja seperti cepat atau lambat dia akan meminta untuk berhubungan badan dengan ku, aku tau tio bukan pria munafik.

Jelas aku bisa melihat pria itu selalu menahan gairah yang selalu ingin dia tuntaskan dengan ku. Dia hanya menunggu waktu saja.

Dan aku rasa ini saatnya, aku juga tak mau terperangkap dengannya semakin lama.

Apa aku turuti saja ucapan gadis itu? Dengan begitu aku juga bisa cepat lepas dari pria ini dan mendapatkan rumah ini tanpa takut akan terusir.

"Ya udah, aku ke sana sekarang" ucap ku pada akhirnya.

"Oke, aku tunggu"

Pip

Setelah panggilan terputus, aku buru-buru mengambil tas dan turun untuk segera menemui tio di kantornya.






----






Ting

Aku ke luar dari lift, berjalan santai menuju ruangan tio. Pria itu tinggal di langai 30, sebelum masuk ke ruangannya aku tersenyum lembut pada gadis yang duduk di meja depan ruangan Tio, sepertinya itu sekertarisnya.

"Selamat siang, saya di suruh pak Tio untuk menemuinya. Nama saya Fiona" ucapku, gadis bernama Yuri itu langsung paham dan kemudian menelpon Tio untuk memastikannya.

"Halo pak, ada gadis bernama fiona yang bilang telah membuat janji dengan bapak" ucap yuri.

Aku hanya diam menyimak gadis itu berbicara dengan tip via telepon.

Housemate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang