• Five •

577 48 4
                                    

Beberapa hari setelah insiden itu berlalu, Winter jadi sedikit murung. Dia tidak ceria seperti biasanya. Tentu saja Jaemin yang paling bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Winter. Jaemin juga sudah memikirkan banyak hal. Apakah sudah saatnya bagi dirinya untuk jujur dan mengakui perasaannya kepada Winter? Dia ingin sekali mengatakannya tapi dia sedikit ragu karena khawatir akan hubungan pertemanan diantara mereka berdua akan rusak. Jaemin jadi bingung.

"Lo kenapa sih? Kayaknya tegang banget. Lo kebelet pup?" tanya Winter penasaran.

Jaemin yang awalnya gugup dan canggung mendadak tertawa.

"Enggaklah, masa pup aja gue tahan. Tinggal ke toilet aja apa susahnya kalau mau pup," kata Jaemin menjawab pertanyaan Winter yang entah kenapa lucu baginya.

"Terus apa yang lo tahan? Perasaan lo? Coba ngomong aja kalau ada unek-unek. Daripada lo pendem sendiri kan nggak enak. Siapa tahu gue bisa bantu," kata Winter.

Entah kenapa hari itu Winter jadi lebih baik kepada Jaemin, tidak seperti biasanya. Memang setelah insiden waktu itu, Winter sedikit berubah. Dia tidak sembarangan membuka hatinya untuk orang lain. Dia menjadi lebih dekat dengan Jaemin daripada yang lainnya.

Jaemin sempat berpikir mungkin ini sudah saatnya. Mungkin hari ini waktu yang tepat. Dia pun menatap mata Winter dengan serius. "Nanti siang, sebelum lo pulang, gue mau ngomong sesuatu. Tapi, cuma kita berdua aja," kata Jaemin dengan serius.

"Wah... mau ngomong apaan nih?" tanya Winter mendadak jadi khawatir, "Kok gue merasa khawatir. Gue nggak punya hutang sama lo kan?"

"Enggak. Ini bukan soal hutang. Udah, pokoknya nanti kita ketemu dan ngomong berdua ya," kata Jaemin.

"Oke, baiklah," kata Winter.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Jaemin merasa sangat gugup. Dia kemudian mengajak Winter untuk ke taman belakang sekolah. Disana cukup sepi walaupun ada beberapa siswa yang lalu lalang. Ini sudah saatnya bagi Jaemin untuk mengutarakan perasaannya.

"Jadi, lo mau ngomong apa?" tanya Winter. Dia tidak curiga sedikitpun.

Jaemin mendadak gugup. Perasaannya campur aduk. Bagaimana harus mengatakannya? Dia bingung.

"Jaemin, lo mau ngomong apa?" tanya Winter lagi.

"Gue suka sama lo, Winter," kata Jaemin dengan nada serius.

Ada keheningan sesaat. Winter mencerna kata-kata Jaemin.

"Gue suka sama lo, Winter," ulang Jaemin.

"Hah? Lo gila? Kita kan cuma teman," kata Winter.

"Iya, gue tahu kita cuma teman. Tapi... tapi gue sayang sama lo, Winter. Bagi gue, lo orang yang berharga dan gue nggak mau hubungan kita hanya sebatas teman. Gue mungkin bukan cowok yang keren seperti Jake atau yang lainnya. Tapi, gue tulus sayang sama lo," kata Jaemin akhirnya mengutarakan perasaannya.

Dia tidak tahu apakah Winter akan menerima perasaannya atau tidak. Jaemin sudah siap menerima jawabannya. Apapun itu.

Winter terdiam sejenak. Dia menatap Jaemin yang kini menundukkan kepalanya. Seolah Jaemin akan mendapatkan penolakan dari Winter.

"Lo janji nggak akan nyakiti hati gue seperti cowok-cowok lainnya kan?" tanya Winter.

"Gue janji. Gue akan berusaha untuk menjadi pacar yang baik," jawab Jaemin akhirnya berani menatap mata Winter.

Winter dan Jaemin saling menatap mata satu sama lain. Entah kenapa saat mata mereka bertatapan, keduanya saling merasakan perasaan satu sama lain.

"Jadi, lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Jaemin.

Winter terdiam sejenak. Dia kemudian menganggukkan kepalanya.

Senyuman di wajah Jaemin pun mengembang. "Beneran? Lo mau jadi pacar gue?"

"Iya, tapi lo harus janji ya. Kita nggak boleh saling menyakiti," kata Winter.

"Iya, gue janji," kata Jaemin.

"Kalau gitu sekarang ngomongnya jangan 'lo' dan 'gue', tapi manggilnya 'aku' dan 'kamu'. Gimana?" tanya Winter.

"Iya, boleh. Makasih ya, sayang," kata Jaemin.

"Ih, baru aja jadian udah manggil sayang," kata Winter kemudian tersenyum malu.

"Tapi emang sayang kok, hehe," kata Jaemin.

"Iya deh. Yuk sekarang kita pulang," ajak Winter.

Jaemin merasa senang karena akhirnya perasaannya pada Winter tersampaikan dan dia juga membalas perasaan Jaemin. Kini, hubungan Jaemin dan Winter akhirnya lebih dari sekedar teman.

-- END --

Friendzone || Jaemin x Winter || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang