Mermaid.2

1.1K 82 4
                                    

Aku hampir berteriak, tapi putri duyung itu mencegahku untuk berteriak.

Dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir kecilnya yang tipis, seakan dia memberiku isyarat untuk diam dan jangan berteriak. Aku hanya bisa mengangguk pelan, aku takut kalau dia adalah putri duyung yang jahat.

"Ka-kamu putri du-duyung?", tanyaku gagap sebab ketakutan sambil melirik matanya yang berwarna biru itu. Dia hanya tersenyum dan menjawab pertanyaanku dengan anggukan kepala.

"Kamu tahu kita ada di mana?", tanyaku mengalihkan pembicaraan sambil menatap sekitar. Aku masih tak percaya dengan kejadian ini, jadi aku alihkan pembicaraanku agar tak terlalu canggung. Ya, canggung itu selalu membuatku merasa takut.

"Ya, aku tahu. Kita ada di Hutan Kelam", jawabnya sambil bermain-main dengan air. Tangannya terentang, air di hadapannya mengambang ke udara seperti gelembung sabun. Aku mengernyitkan dahiku.

Hutan Kelam?

Apa maksudnya?

Kenapa nama hutan ini Hutan Kelam?

Apakah tempat ini tempat khusus untuk seseorang yang mengalami masalah kehidupan yang rumit?

Atau ada hal lain yang membuatku tiba-tiba sampai ke sini?

"Putri duyung?", panggilku pelan sambil menatapnya. Putri duyung itu menatapku. Tangannya yang terulur kini turun, lalu diletakkannya di atas pahanya yang sudah berubah menjadi ekor duyung.

"Ya?", balasnya. Dengan senyumannya itu, aku seperti tak bisa berkutik dari tatapannya.

"Kenapa putri duyung ada di sini? Seharusnya 'kan kamu ada di laut", tanyaku heran sambil menatapnya dengan bibirku yang terkatup dan mataku yang setia menatapnya.

Meminta sebuah jawaban dari mulutnya. Seakan aku ini anak kecil yang tengah bertanya kepada Ibunya dan menunggu jawaban dengan menatap matanya dengan lugu.

"Kenapa? Ah ya, aku adalah putri duyung penjaga Hutan Kelam ini. Aku bertugas menjaga Hutan Kelam di sini", jawabnya.

Dia tersenyum lalu menundukkan kepala. Putri duyung itu meraba ekor putih dan biru lautnya. Percikan cahaya mengelilingi bagian kakinya. Seketika ekor duyungnya berubah menjadi kaki manusia.

"Whoaa, hebat!", ucapku sambil menutup mulutku.

Aku begitu tertegun dengan apa yang dilakukannya tadi. Hanya dengan meraba ekornya dan tak lama berubah menjadi kaki manusia. Whoa, apa dia membaca sihir di dalam hati?

Dia pun berdiri dan mengulurkan tangannya padaku. "Ikut aku, ada yang harus kubicarakan denganmu, Eddelwiss Aira", ucap putri duyung itu sambil menampakkan senyumnya lagi.

Aku terkejut ketika putri duyung itu tahu namaku dengan nama panjangnya juga.

Bagaimana putri duyung bermata biru ini tahu namaku?

Apakah dia tahu diriku sebelumnya?

Ah, apakah dia malaikat?

Apa mungkin aku sudah di alam baka?

Hush! Kugelengkan kepalaku secepatnya dan segera kutanya dia, lagi. "Bagaimana kamu tahu namaku?", tanyaku bingung sambil menatapnya dengan memiringkan kepalaku.

"Haha, itu hanya tebakan beruntung saja", jawabnya sambil tertawa kecil.

Dia pun melirik tangannya yang terulur padaku, seakan mengisyaratkanku untuk segera menggenggam tangannya. Aku pun memegang tangannya dan mencoba untuk berdiri.

"Kita mau ke mana?", tanyaku sambil melirik putri duyung yang berada di sampingku ini.

"Kita akan menjelajahi Hutan Kelam ini", jawabnya memulai langkah perjalananku dengannya. Menelusuri hutan yang gelap, yang bernamakan Hutan Kelam. Singkat tapi misterius.

I AM MERMAID [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang