Pergibahan Trio Rantau

391 99 2
                                    

Setelah sampai di kosan pun Amel ikut duduk berkumpul sebentar dengan dua temannya di halaman. Ratih dan Khadijah atau sering dipanggil Dijeh.

Kosan Amel terdiri dari dua lantai. Lantai satu terdapat 5 kamar yang di isi oleh lima orang. Dua kamar di isi oleh karyawan perusahaan otomotif. Satu kamar lagi di isi oleh anak managemen tingkat akhir yang amel pun tak tahu namanya, satu kamar di isi oleh senior dari fakultas managemen dan satu kamar lagi di isi oleh anak ibu kosan. Dewi Rengganis.

Benar, Dewi sebenarnya hanya pindah dari lantai atas ke lantai bawah.

Sedangkan lantai atas hanya terdiri dari 3 kamar, dengan halaman yang cukup luas. Tempat Amel, Ratih dan Dijeh berkumpul.

"Mel.. tumben lu udah balik jam segini? Biasa balik magrib dari perpus juga luu... " tanya Dijeh dengan logat khas Bekasi.

"Mau kerja kelompok disini." Jawab Amel.

" Kamu sendiri? Tidak pulang kampung? Ini kan hari sabtu. “ tanya balik Amel sambil garuk-garuk hidung.

" Kagaklah..! Kita kan abis ashar ada jam lagi. Ilmu Penyuluhan Pertanian. Sekalian nunggu ngerjain ini. “ Dijeh menjiwir polio berisi tulisan tangan yang belum beres.

Mereka bertiga satu jurusan dan satu angkatan. Namun, beda kelas. Amel kelas A sedangkan dua teman di depannya kelas B.

Amel mengedarkan padangannya pada Ratih yang terbaring kaku tak berdaya. Otaknya terlihat konslet dan berasap.

“kamu belum juga Rat..?“ tanya Amel. Dia tak menjawab. Cuma memanyunkan bibirnya. Setetes air mata mengalir ke pipi kulit hitamnya. Lalu menggaruk-garuk rambut kribonya dengan kesal.

“Kalau udah ngapain kita nungguin luu Amelkuuu.." jawab Dijeh dengan manja pada Amel sambil memeluknya. Tak lupa dengan jinjingan isi seblak di dalamnya.

Ratih bangun dari kegiatan rebahannya lalu ikut menempeli Amel seperti lalat yang menemukan daging.

"Betul itu Amel. Kau dengar petuah kakak ku, sebagai sesama perantau itu harus berbagi,

Termasuk berbagi contekan.. betulkan Dijeh?" Bujuk Ratih dengan nada khas orang timur.

Dijeh tak menjawab. Ia meniup ujung kerudungnnya ke atas karena mulai lepek dan bentuk muncungnya yang tak estetik. Lalu memberikan jempolnya pada Amel. Tanda ia setuju dengan ungkapan Ratih.

"Gue..  mau bikin ringkasan dalam ringkasan. Mana punya lu? Gue pinjem!" perintahnya sambil mengadahkan tangannya bak pengemis yang minta digusur satpol pp.

Amel merotasikan bola matanya. Ia merangkul kedua teman kosannya menuju kamarnya.

“Ya udah ayo ke kamar. Nanti sebelum kerja kelompok minta tolong bantu aku bersihin halaman. Bagaimana? “ Duo temen Amel langsung tersenyum lebar.

Dijeh dengan jempol bantetnya, dan Ratih dengan hormat 86-nya. Merekapun tengkurap berjajar sambil menyalin catatan Amel.

"Lu sekelompok ma sape aja mel? Eh bukannya di kelas lu banyak cogannya ya? " Tanya Dijeh menghentikan kegiatannya menulis resume. Amel mengangguk.

"Hanya beberapa laki-laki merepotkan". Jawab Amel singkat. Ia menggerogoti tulang seblak yang mereka makan bersama.

"Kau itu, Dijeh tanya siapa saja, memangnya ada laki-laki yang namanya si merepotkan ha" sahut Ratih sambil ikut mencomot dengkul ayam dalam seblak.

Amel menghela nafasnya.

"Alex, Derry, Ali, Juna, Reno, dan Joshua".

"Itu laki-laki tampan semua Amel, tak bisakah kau bagi aku satu?" Pinta Ratih.

Freaking Snow WhiteWhere stories live. Discover now