"jenn mingdep mau ikutan friendly match gak?" tawar choi bomin yang baru saja mampir ke kelas jeno. "yang megang kapten kim sunwoo."
"sama siapaa," balas jeno yang masih terpaku dengan coretan di papan tulis.
"yang waktu semester awal itu dateng ke sini, inget?" bomin mengambil duduk di depan jeno. "kemaren temennya sunwoo yang di sana ngajak, katanya mau uji coba pemain baru."
jeno mengangguk setelahnya, "jangan di lapang sini, ya? jelek."
bomin mengacungkan jempolnya, lalu kembali melenggang pergi meninggalkan jeno yang masih sibuk dengan buku tulis miliknya. jam istirahat hampir selesai, jadi ia juga harus cepat-cepat menuliskan catatannya sebelum guru lain datang.
tuk!
"woii santai dong?!"
jeno memperhatikan benda yang tadi dilempar cukup kencang kepadanya―sebuah roti kemasan.
"makan dulu," ternyata yeji adalah pelakunya. "barusan ketemu bomin, katanya tangan lo gak berhenti nulis waktu dia lagi ngomong."
"waduh pasti gue dikira nggak sopan ya..." jeno masih belum beranjak.
"yaa makannya stop dulu jirr," yeji merebut pulpen milik jeno, membuat pemiliknya hendak melayangkan protes. "diem. gue aja yang nyatet. lo nulisnya kelamaan, kek siput."
jeno hanya bisa diam sambil mengunyah rotinya, ditemani dengan pemandangan yeji yang ternyata bisa mencatat lebih cepat dari yang ia kira. dan poin plusnya, tulisan yeji jauh lebih rapi.
juga cantik, seperti yeji sendiri.
"nahh beres kan," ucap yeji, bertepatan dengan bel yang berbunyi. "lain kali foto aja tuh papan tulis, lebih gampang―"
"kalo foto terus mendem aja di galeri kayak lo sih gue engga mau ya," jeno mengangkat bahu.
"dihh, ngejek?" yeji memutar bola matanya. "mana makasihnya?"