―eight.

490 118 5
                                    

"jenn mingdep mau ikutan friendly match gak?" tawar choi bomin yang baru saja mampir ke kelas jeno. "yang megang kapten kim sunwoo."

"sama siapaa," balas jeno yang masih terpaku dengan coretan di papan tulis.

"yang waktu semester awal itu dateng ke sini, inget?" bomin mengambil duduk di depan jeno. "kemaren temennya sunwoo yang di sana ngajak, katanya mau uji coba pemain baru."

jeno mengangguk setelahnya, "jangan di lapang sini, ya? jelek."

bomin mengacungkan jempolnya, lalu kembali melenggang pergi meninggalkan jeno yang masih sibuk dengan buku tulis miliknya. jam istirahat hampir selesai, jadi ia juga harus cepat-cepat menuliskan catatannya sebelum guru lain datang.

tuk!

"woii santai dong?!"

jeno memperhatikan benda yang tadi dilempar cukup kencang kepadanya―sebuah roti kemasan.

"makan dulu," ternyata yeji adalah pelakunya. "barusan ketemu bomin, katanya tangan lo gak berhenti nulis waktu dia lagi ngomong."

"waduh pasti gue dikira nggak sopan ya..." jeno masih belum beranjak. 

"yaa makannya stop dulu jirr," yeji merebut pulpen milik jeno, membuat pemiliknya hendak melayangkan protes. "diem. gue aja yang nyatet. lo nulisnya kelamaan, kek siput."

jeno hanya bisa diam sambil mengunyah rotinya, ditemani dengan pemandangan yeji yang ternyata bisa mencatat lebih cepat dari yang ia kira. dan poin plusnya, tulisan yeji jauh lebih rapi.

juga cantik, seperti yeji sendiri.

"nahh beres kan," ucap yeji, bertepatan dengan bel yang berbunyi. "lain kali foto aja tuh papan tulis, lebih gampang―"

"kalo foto terus mendem aja di galeri kayak lo sih gue engga mau ya," jeno mengangkat bahu.

"dihh, ngejek?" yeji memutar bola matanya. "mana makasihnya?"

"nanti pulang sekolah gue ajarin fisika,"

yeji tersenyum puas, lalu menepuk pundak jeno setelahnya, "nice deal, no."




























"nono, jelasinnya pelan-pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"nono, jelasinnya pelan-pelan."

ternyata nama panggilan yeji ke gue lebih aneh daripada punyanya jaemin.

"gue bales dendam ya, cok," gue jadi inget lagi kejadian kemaren-kemaren―waktu mama marahin gue gara-gara yeji ngadu sembarangan.

"jadi orang gak boleh dendaman jingg," yeji ngerebut lagi catetan gue. "sini ah, batu lo kalo disuruh ngejelasin."

"gak usah sosoan, gue hapal kalo lo auditori," bales gue. "mana bisa kalo cuma liat catetan. harus denger langsung dari congor orang."

"mulutnya disaring goblokk."

gila, ni cewek kalo deket gue toxic-nya kambuh parah.

"gak usah manyun gitu, jelek," celetuk gue pas liat yeji udah gegayaan sok imut. "hadeuh... iya iya sini dah diajarin, gak usah pundung." akhirnya gue ngalah, demi liat senyumnya yang ngalahin gulali abang-abang.

"hehehe gitu dong dari tadi, noo―"

"makasihnya, mana?"

"bangsat."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[#6] incognito | lee jeno ✔Where stories live. Discover now