Dua

3.7K 521 54
                                    

.

.

.

🎶3 2 1I want you

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎶3 2 1
I want you

You ooh ooh ooh ooh
Ooh ooh ooh ooh ooh

Ooh ooh ooh ooh ooh
I don't care
I want you 🎶

Suara nada dering ponsel terdengar mengisi kesunyian dari ruangan temaram itu. Terlihat seorang pemuda yang sedang tertidur pulas di ranjangnya tampak terganggu dengan suara ponselnya yang memekakkan telinga.

Tangan putih dan mulus bak porselen itu terulur, berusaha mengambil benda tipis persegi panjang keluaran terbaru yang ada di nakas samping tempat tidurnya.

'Siapa yang menggangu sepagi ini,' gerutunya dalam hati.

Tanpa melihat nama sang penelepon, ia mengangkat panggilan itu begitu saja. "Halo ... tidak tau kah kau jika ini masih sangat pagi untuk mengganggu orang lain!"

"Haruto, jadi mommy mengganggu waktumu?"

Mendengar itu mata yang awalnya masih terpejam sontak terbuka lebar dan Haruto pun refleks bangkit dari posisi tidurnya. Gerakan yang tiba-tiba itu sukses membuatnya mengerang karena rasa sakit yang sialnya kembali menyerang kepalanya itu.

"Ah mom, bukan begitu maksudku. Aku pikir tadi hanya orang iseng yang menelepon." Itu adalah satu dari sekian karangan bodoh yang melintas di otaknya, berharap dengan ini ibunya itu tidak akan marah dan melupakan ketidak sopanannya.

"Baiklah! Haru, kamu tidak lupa dengan acara hari ini kan?"

"Acara, acara apa?"

"Kamu lupa? Hari ini adalah hari pertunangan sepupumu. Mom harap kamu mau untuk datang ...," ujar sang ibu di seberang sana dengan nada pelan dan kecemasan yang kentara dalam suaranya.

"Mom, bolehkah aku tidak datang?"

"Haru sayang, tidak apa jika kamu memang tak mau datang. Tapi bukankah kamu sendiri yang bilang tak ingin terlihat menyedihkan? Jadi pikirkanlah baik-baik nak." Sebenarnya, setelah semua yang terjadi. Jennie—ibu Haruto—berharap putra tunggalnya itu bisa hidup tenang tanpa gangguan dari keponakan suaminya, yang memang sejak dulu terlihat tidak menyukai anaknya itu.

Setelah mendengar itu, Haruto menghela nafasnya dan berkata, "Baiklah, aku akan datang. Ya, mungkin sebagai salam perpisahan untuk si jalang itu!"

"Haru, Watch your language son!"

"Maaf mom." Jelas tidak ada nada penyesalan sedikit pun dalam suara datar itu.

"Baiklah, mom akan menunggumu di sana. Cepatlah bersiap dan jangan lupa untuk tampil memukau. Anakku tidak boleh terlihat menyedihkan!"

Iridescent || FIN [✓]Where stories live. Discover now