SP | BIMBANG |

658 65 6
                                    

Assalamualaikum, selamat malam para pembaca setia sang Primadona.

Para pembaca gimana kabarnya?

Gimana, Primadona versi terbarunya?

Jangan lupa vote, komen dan share ceritanya. Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan.

---

SP | BIMBANG |

Masih dengan rasa kesal, Primadona mengobati luka lebam pada wajah Alzam. Ia mengompresnya dengan air dingin. Ada yang aneh dari lelaki ini, jika tadi Alzam yang memeluknya memiliki pandangan mata teduh. Tapi, entah kenapa sekarang justru Primadona melihat jika lelaki ini memandang dengan tatapan tajam.

Primadona sengaja menekan dengan keras luka Alzam. Tapi kenapa lelaki ini tidak meringis kesakitan, justru ia terus menatap Primadona dengan mata tajamnya itu.

"Jika kau menatapku begitu, tak akan ku obati dirimu!" Ketus Primadona.

Alzam, bukan dia Alrio. Alrio menggenggam pergelangan tangan Primadona, bukan dengan lembut melainkan cengkraman kasar.

"Lepas!"

Alrio mendekatkan wajahnya pada wajah Primadona. "Jangan pernah minta pisah!"

Primadona menghempas tangan Alrio. "Kau ingin aku dimadu?"

"Tidak akan ada istri kedua!" Jawab Alrio dengan tegas.

"Gila!" Umpat Primadona melempar handuk yang ia gunakan untuk menyeka Alrio.

"Masalah ini akan selesai tanpa adanya pernikahan!" Ucap Alrio penuh keyakinan. "Dan tidak akan pernah ada perceraian!" Tambahnya.

---

Sebelum berita kehamilan ustadzah Syifa tersebar. Keluarga ndalem memintanya untuk boyong dari pondok. Sementara waktu, masalah pertanggung jawaban Alzam akan diurus oleh keluarga ndalem.

"Tapi saya sudah menikah, bah!" Bantah Alzam entah yang keberapa. "Saya tidak bisa menceraikan Primadona!"

"Kau bisa memadunya!" Saran abah Abdul, meski terkesan janggal dan kurang setuju, tapi tidak ada cara lain.

"Dalam agama, bayi yang terlahir diluar pernikahan bukanlah tanggung jawab ayahnya"

Plak

Satu tamparan keras mendarat pada wajah Alzam. "Jaga ucapanmu Alzam!" Tegas Yulis ibundanya.

"Apa kamu tidak punya nurani, hah?" Mata tajam Yulis tak hentinya menyorot penuh amarah pada Alzam.

"Kamu senang berseggama dan tidur dengannya. Tapi ketika bayi itu ada kamu hendak lari dari tanggung jawabmu?! Dimana nalurimu, ALZAM?!" Nyalang Yulis tidak habis pikir dengan tindakan putranya.

"Sehebat apa Primadona hingga kamu tidak bisa menduakan dia? Kamu yang bertindak kamu juga yang harus bertanggung jawab!!"

Alzam menarik nafas dalam, jangan sampai ia meninggikan suara pada ibunya. "Saya takut tidak bisa adil bunda, saya takut akan dosa yang kian bertambah jika melakukan poligami. Saya takut tidak mampu." Jawab Alzam dengan nada melemah.

SANG PRIMADONA [Versi Terbaru] PINDAH LAPAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang