Glass of Tequila

117 10 1
                                    


Persis,

Persis seperti yang kau katakan, lagi-lagi aku menunggumu, tapi kali ini dengan bosan. Pasalnya, sudah setengah jam lebih dari janji temu kita, dan kau belum datang. Mataku kembali menatap tak minat lagi pada segelas tequila yang kini hanya terisikan setengahnya. Memainkan gelasnya memutar, lalu dibiarkan begitu saja.

Melirik keluar jendela, berharap melihatmu yang tengah menyebrang jalan sambil melambaikan tangan, tapi justru pandanganku malah tertutup oleh kaca yang berembun. Angin yang membawa butiran salju telah turun menyapa tanah. Sekarang sedang pergantian waktu ke musim dingin, maka tak salah lagi jika aku memutuskan untuk menegaknya walau hanya berani segelas. Kau tau toleransi alkohol ku rendah. Tapi setidaknya aku jauh pandai soal minum ketimbang dirimu.

"Hei, bung. Sudah lama menungguku?"

Itu kau, dengan mantel tebal selutut. Aku hanya mengedik acuh, saat kau sibuk membersihkan beberapa gumpalan salju yang turut menempel di bahumu.

"Jangan begitu, maaf sudah membuatmu menunggu,"

"Jungkook, kau minum? Lagi?"

Tidak perlu terheran dengan itu, ini bukan apa-apa.

"Seperti yang kau lihat, Tae."

"Kau benar-benar bisa meminumnya? Bukankah ini tequila? Kadar alkoholnya tinggi."

"Setidaknya aku masih bisa meminumnya, segelas saja. Beda denganmu yang bahkan tak bisa minum kopi. Tak usah khawatir."

Pipimu memerah, setelahnya hanyalah ledakan tawa menggelitik yang kudengar. Lalu, kau seolah teringat sesuatu, aku lihat, kau merogoh saku mantel coklat mu dengan tergesa-gesa, kemudian meletakkannya di atas meja .., itu sebungkus rokok.

"Bisakah aku meminjam korek apimu sebentar, Jungkook? Aku perlu menyalakan rokokku."

Aku pun hanya mengangguk. Lalu kuberikan korek api dengan nyala diatasnya yang perlahan mulai membakar ujung kertas dan tembakau yang melinting di bibirmu.

Kau memposisikan diri senyaman mungkin di sofa, duduk bersebrangan denganku dan terhalang oleh meja kayu. Tak ada pembicaraan selama itu, yang ada, hanyalah alunan musik retro klasik yang menyebabkan kantuk semakin mendera.

"Ingin pergi ke suatu tempat?"

Akhirnya, sebuah tawaran yang menarik.

"Kemana?"

Lantas bukannya menjawab, kau justru tersenyum.

"Ikut saja, aku akan mengajakmu bernostalgia."

Menatapnya heran sesaat, setelahnya aku mengangguk menyetujuinya. Merogoh dalam saku celana yang ku kenakan, mencari sekeping koin untuk ditinggalkan sebagai uang tip. Rasa terimakasihku dengan layanan yang diberikan, selalu saja begitu, kebiasaan yang Taehyung ajarkan padaku sejak dulu.

❝ 𝐒𝐓𝐑𝐀𝐖𝐁𝐄𝐑𝐑𝐘 𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐈𝐆𝐀𝐑𝐄𝐓𝐓𝐄 ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang