14 || Hilang?

8 5 0
                                    

Cassidy tersipu ketika Reagan memujinya, semburat merah terlihat jelas membuat pemuda itu tertawa geli, rasa senang dan bangga terselip di hatinya.

"Aku ingin mengajakmu berjalan di pinggir jembatan pelabuhan Retune, menikmati angin yang berhembus, melihat rambut panjang indahmu yang bergerak menghalangi wajah, lalu kugunakan jemariku untuk menyibaknya, kutarik dengan perlahan kebelakang dan kuikat dengan ikat rambut berwarna hitam." Pemuda itu berceloteh dengan pikiran yang sudah berimajinasi, tatapannya mengernyit menatap gadis itu seakan candu yang tak boleh dilepas.

"Kapan?" celetuk Cassidy polos. Reagan mengedipkan matanya beberapa saat lalu tersenyum.

"Tentu saja, aku akan mengajakmu kesana sebelum kita kembali ke Forsythia," sahutnya.

"Itu bagus." Cassidy tersenyum ke arah Reagan.

"Hentikan senyuman itu, kumohon." Gadis itu menatap Reagan bingung, sebab pria itu menutup matanya dengan kedua tangannya dan menunduk kebawah. "Hei, bahkan aku sudah menutup mata dan menutupnya lagi dengan tanganku, tapi senyummu masih terlihat di sana, ini aneh sekali." Reagan

Cassidy merasa bersalah dan takut sekarang, apa yang ia lakukan, ia hanya berniat membagi kebahagiaan, karena kata ibu, tersenyum membuat orang lain bahagia, tapi kini dirinya membuat orang lain menderita.

"Maafkan aku, Pangeran. Aku tidak berniat sama sekali untuk menyakitimu," sesalnya panik.

Reagan terdiam. Ia membuka matanya dan menatap datar gadis itu. Sungguh menyedihkan dirinya, berharap gadis kecil itu paham bahwa ia hanya sedang menggoda dan memuji keindahan serta kemanisan senyumnya. Pemilik surai cokelat blonde berkulit bersih itu kini berpindah dari samping gorden ke railing balkon, langit yang mendukung, tidak ada awan menghalangi indahnya nabastala malam, sehingga tebaran bintang yang bercahaya paling terang hingga teredup sekalipun dapat di amati.

"Bagaimana cara aku berkomunikasi secara jelas denganmu," ujarnya tanpa menatap gadis itu.

Keheningan menghampiri membuatnya menoleh menatap Cassidy yang menatapnya sambil mengernyitkan dahi. Sementara kakinya melangkah cepat ke dan tangannya menggoncangkan bahu si pemilik rambut cokelat menyala.

"Aku ingin es krim."

Kerongkongan Reagan tersedak rasanya mendengar ungkapan gadis itu, ia berbalik, sementara Cassidy menunduk melihat pangeran yang begitu lelah wajahnya. Menghela napas dan kembali tersenyum adalah langkah yang diambil Reagan.

"Kau ingin es krim? ayo, kita ke bawah." Ia mengulurkan tangannya pada Cassidy, hitung-hitung dapat merasakan lembutnya kulit halus gadis kecilnya.

•••

Menikmati es krim yang sejuk di sudut ruangan adalah hal yang di lakukan oleh Pangeran Reagan dan Nona Cassidy. Seperti biasa, Reagan menjadi bisu seketika, ia tidak akan berbicara banyak apalagi menggoda Cassidy di hadapan khalayak.

"Pangeran."

Tidak ada jawaban, hanya menaikan alis seakan bertanya ada-apa membuat Cassidy mendumal. "Berlaga sok es batu."

Terlihat dari jarak kejauhan, gerak-gerik kebingungan terlihat dari Raja Alge, Ratu Erlina, Paman Noah, serta Marsekal Paxton.

"Mereka terlihat gelisah, aku akan kembali," ujar Reagan beranjak meninggalkan Cassidy.

Raut bingung Ratu Erlina langsung berubah menjadi harap, tangan ibunya mencengkeram lemah bahu Reagan. "Di mana Rex dan Anemarrie?"

ᴄᴀssɪᴅʏ ʀᴇᴀɢᴀɴحيث تعيش القصص. اكتشف الآن