10

559 41 0
                                    

Kubuka mataku perlahan karena aku sudah bangun dari tidur. Hmm.. iya aku tertidur di saat aku tengah berakting pura - pura tidur. Kini aku sudah berada di kamar dan sudah berganti pakaian dengan daster. Sudah pasti ini ulah mas Otto. Namun entah di mana pria itu saat ini. Aku lekas turun dari ranjang dan kubuka pintu kamar. Sayup - sayup terdengar suara bersitegang antar lawan jenis.

"AKU TAKUT AKU HAMIL MAS!" teriakan itu membuatku terkejut bukan main.

"Kecilkan suaramu Karina! Saya gak mau Dyah mendengar ucapan bodohmu!" ucap mas Otto dengan nada tegas.

"Aku hanya meminta pertanggungjawabanmu mas. Aku sebagai wanita was - was dengan kehamilan yang tidak diinginkan."

"Saya yakin kamu gak hamil!" geram mas Otto yang dapat kudengar dengan jelas.

"Mas ada hubungan apa sama Dyah di luar hubungan ayah dan anak angkat? Apa jangan - jangan mas sudah mengajak Dyah yang masih muda itu berhubungan intim? Aku yakin kalian pasti sudah sering berhu..."

Bunyi tamparan kuat dapat kudengar. Menyela ucapan serius Karina. "Karina! Saya makin kesal dan jengkel melihatmu! Apapun hubungan saya sama Dyah, itu hak - hak saya! Kamu tidak perlu ikut campur!" marah mas Otto.

Seketika setelah itu hening kudengar. "Saya akan antar kamu pulang. Kamu gak usah pikirkan tentang kehamilan karena kamu sudah meminum Morning After Pill dengan tepat dan benar." ucap mas Otto.

Aku menghela napas dan kembali ke kamar. Bulat sudah tekadku untuk kabur hari ini juga dari kediaman mas Otto. Setelah kupastikan mas Otto dan Karina sudah keluar rumah menggunakan mobil. Aku pun bergegas turun ke bawah menggendong tas ransel besar. Pembantu sempat memergoki dan mencegat kepergianku. Namun aku berkilah ingin kerja kelompok sebentar ke rumah teman. Pembantu pun dengan raut wajah tak rela memberikan izin aku keluar rumah.

Aku yakin jika mas Otto berhasil menemukanku. Kemungkinan besar ia tidak akan memberikanku izin keluar rumah lagi. Bahkan bisa saja aku disekolahkan secara home scholling dengan mengundang guru ke rumah.

Hari cepat sekali beranjak malam. Pasti mas Otto sudah pulang ke rumah dan memarahi pembantu karena aku tidak berada di rumah. Kini aku sedang duduk di halte bus. Mataku terbelalak saat melihat mobil mas Otto lewat di depan halte bus. Namun syukurnya ia tidak melihatku. Ponsel terpaksa kumatikan karena malas bila harus mendengar panggilan penuh teror dari mas Otto.

Aku akhirnya memilih duduk di depan minimarket 24 jam. Sempat membeli makanan dan minuman di sana juga. Pramuniaga yang berjaga nampak baik dan ramah. Menjelang tengah malam aku bahkan dipersilahkan untuk tidur di dalam. "Ayo dek di dalam aja. Kakak juga punya adik perempuan di rumah. Kakak keinget dia kalau lihat kamu." ucap si pramuniaga berjenis kelamin laki - laki itu.

Aku menyanggupi keinginan si kakak pramuniaga. Syukur, dia memang benar - benar baik. Aku sempat tertidur sebentar di meja kasir walau tidak lelap karena risih dan takut bila ada pembeli tiba - tiba datang. Menjelang pagi aku bergegas berganti pakaian di kamar mandi minimarket karena harus berangkat ke sekolah. Untuk ke sekolah aku memilih memesan ojek online dengan meminta si kakak pramuniaga yang memesankan. Namun tetap aku yang membayar jasa ojek online tersebut nantinya setelah sampai tujuan.

....................

"Dyah, kamu diantar siapa tadi? Papa ya?" tanya salah seorang teman perempuanku yang bernama Anissya.

"Kenapa?" balasku.

"Kasihan tuh papamu Yah. Suruh pulang gih daripada ditungguin gitu. Kita kan pulang sore. Tadi aku sama Kelly keluar buat fotokopi dan lihat papa kamu lagi merokok di dalam mobil." ucap temanku.

"Iya, sekarang aku WhatsApp." ucapku yang sebenarnya hanya bualan saja. Aku sedang malas berkomunikasi dengan mas Otto.

Entah perasaanku atau memang waktu cepat bergulir, bel pulang sekolah sudah berbunyi. "Tas kamu tumben segede itu Yah." ucap Krisna.

Diah Rania MaheswariDonde viven las historias. Descúbrelo ahora