ㅡ 15. Fünfzehn

860 143 0
                                    

Happy reading!!!


Hari weekend pun tiba. Sesuai janjinya waktu itu, pagi ini Alika sudah duduk manis di ruang tengah dengan sang pemilik rumah yang tak henti mengajaknya berbicara.

"Gimana kabar kamu, sayang?"

"Aku baik, Ma. Mama sendiri gimana?"

"Baik juga kok." Irene tersenyum. "Ini kali kedua kamu ke rumah loh. Sering-sering dong kesini, ngobrol sama Mama."

"Iya, Ma. Kalo aku ada waktu, aku bakal usahain dateng."

Senyum wanita yang sudah berumur itu semakin mengembang. "Nah, gitu dong! Kita harus pendekatan biar makin akrab."

"Apalagi kan kamu bakal jadi menantu Mama." Sambungnya yang dibalas Alika dengan kekehan canggung.

"Duh, si Jamal mana lagi tuh anak, lama banget gak keluar-keluar juga. Tadi sih katanya baru manㅡnah itu dia!"

Kontan gadis itu menoleh ke arah Jamal yang hanya memakai baju santai dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana. Sementara Alika masih mengenakan pakaian olahraga karena kebetulan tadi ia habis jalan pagi, lalu mampir.

Tak sadar mereka berdua saling bertatapan hingga memutuskan pandangan.

Alika dengan susah payah menahan degup jantungnya ketika mengingat perkataan Jamal tempo hari.

"Mungkin karena gue mulai sayang sama lo?"

Gadis itu menggeleng, "Gak, gak mungkin."

"Apa yang gak mungkin?" Suara bariton itu mengagetkannya.

"Ah? Enggak."

"Udah sarapan?"

"Belumㅡeh, udah. Makan roti sama minum susu tadi di rumah." Jamal mengangguk.

"Ayok sarapan lagi, bareng. Udah siap tuh." Irene mengajak Alika menuju ruang makan.

"Dua curut gak ikut?" Tanya Jamal seraya menyusul keduanya.

"Pada bisanya siang. Sakala ada kerja kelompok, kalo si Juan gak tau deh."

"Wahh, sarapan apa nih?" Suho menarik kursi di sebelah sang anak.

"Papa mau ngapain? Ikut makan juga?"

"Yaiyalah. Papa laper abis jalan keliling komplek."

"Jalan apa jalan tuh. Gak kenyang abis liat janda komplek?ㅡups." Ujar Jamal santai, ia suka sekali mencari masalah dengan Papanya.

"Heh! Cangkemu!" Suho melotot.

"Peace, cuma berjanda."

Sementara Irene hanya memasang wajah datar dan memilih untuk tidak ambil pusing. Sudah biasa.

Toh ia pikir mereka berdua sama-sama kaya. Irene tak akan miskin hanya dengan kehilangan suaminya, harta pribadinya masih banyak.

Tapi jangan sampe deh, gitu-gitu Irene juga tak mau bercerai terus jadi janda kaya. Bisa-bisa dia menambah gelar baru, yaitu menjadi sugar mommy.

"Selamat makan!" Seru Irene setelah memastikan piring anak perempuan kesayangannyaㅡAlika, sudah penuh dengan lauk-pauk yang tersaji.

"Ma, ini kebanyakan."

"Gapapa, makan aja dulu. Kalo gak abis gampang."

Mereka berempat menikmati moment sarapan tersebut. Sesekali Suho melemparkan candaan yang membuat suasana mencair.

"Jadi, apa rencana untuk hubungan kalian kedepannya?" Alika sedikit terkejut. Untung saja dirinya tidak sampai tersedak.

"Masih mau lanjut sampai nikah kan?"

Ideal Type || Jaerose ✔Where stories live. Discover now