Afraid

421 53 0
                                    

"Apakah kau sudah berubah pikiran dan mau menjadi pacarku?" tanya Maura.

"Sudahlah, Maura. Sudah berapa kali kalau mengatakan itu? jawabanku tetap sama, aku tidak menyukaimu! jadi berhentilah mengatakan itu." jelas Ravennzy.

"Baiklah, tapi aku tak akan menyerah, kak. Aku akan terus berjuang hingga mendapatkan mu." ujar Maura.

"Terserah kau saja, jangan salahkan aku jika kau sakit hati nantinya. Aku sudah memperingati kau, dan kau terus membantah itu."

Sepasang mata melihat kejadian tadi, entahlah Ezio sekarang merasa dirinya benar benar cemburu. Ia akui, ia sudah mencintai Ravennzy. Ezio cemburu saat Maura mengatakan cintanya kepada Ravennzy. Ingin marah, tapi apa haknya untuk marah kepada Maura? dia saja tidak memiliki hubungan apapun dengan Ravennzy.

"Lihat saja, jika Ravennzy sudah menjadi milikku tak akan ada seorang pun yang berani mengatakan itu kepada Ravennzy." monolog Ezio.

"Hey, sedang apa kau disini?" tanya Ravennzy.

Entah sejak kapan Ravennzy berada didekatnya sekarang. Padahal saat ia melihat tadi Ravennzy sedang bersama Maura.

"Tidak, aku hanya kebetulan lewat saja." ujar Ezio.

"Benarkah? aku melihatmu sejak tadi. Kau mendengarkan percakapan ku dengan Maura, ya? ujar Ravennzy.

Tepat sasaran. Kenapa Ravennzy selalu benar jika soal tebak menebak seperti ini.

"Tidak." jawab Ezio.

"Jujur saja, aku takkan marah kepadamu, Ezio." ujar Ravennzy.

"Maaf, aku tak sengaja mendengar." lirih Ezio.

Tangan kekar mengusap kepala Ezio, nyaman. Itu lah yang Ezio rasakan.

"Kau tak perlu meminta maaf, Ezio. Aku senang karena kau mendengar semuanya." ucap Ravennzy.

"Senang? kenapa kau senang jika aku mendengarnya?" tanya Ezio.

"Ya aku senang, itu artinya kau tahu bahwa aku hanya mencintaimu. Lihatlah, Maura sudah beberapa kali mengajakku berpacaran, tapi aku selalu menolaknya." jelas Ravennzy.

"Kenapa kau selalu menolaknya? apa kau tidak kasihan padanya? kau membuatnya sakit hati." ucap Ravennzy.

"Aku sudah mengingatkan nya, aku sudah menegaskan padanya bahwa aku tak mencintainya dan aku sudah mencintai kau. Jika dia masih saja seperti itu, yasudah tanggung sendiri resikonya." ujar Ravennzy.

"Aku? kau mencintaiku?" tanya Ezio, memastikan.

"Ya, kau. Kau, Ezio Jielano. Aku sudah mencintaimu, Ezio." final Ravennzy.

"Aku juga mencintaimu, Ravennzy. Tapi aku takut semuanya terulang kembali, aku tidak mau. Aku takut Ravennzy, maaf." batin Ezio.

" batin Ezio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAVENNZY - ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang