Chapter 1

337 23 1
                                    

Tokyo Revengers © Ken Wakui

Warning: Typo & OOC.

.

.

.


Mikey sedang kalut dengan pikirannya saat ini. Tidak mengerti bagaimana kelanjutan hidupnya yang berawal selalu bertopang kepada sosok Shinichiro, yang saat ini bahkan keberadaannya sudah tidak bisa ia gapai kembali. Hanya tersisa semua kenangan akan masa lalunya bersama sang kakak tersayang.

Mikey berjalan tak tentu arah, tidak memedulikan orang-orang yang ia lewati. Angin malam dingin yang berhembus tidak ia rasakan sama sekali, terlalu mati rasa sebab kehilangan seorang panutan di hidupnya. Kebahagiaan keluarga yang ia impikan bersama Shinichiro, Emma, dan kakek hilang entah kemana.

Walaupun ia masih memiliki Emma dan kakek, tapi ia masih ingin memiliki Shinichiro sebagai orang yang mendampingi hidupnya untuk menguasai dunia. Ia mendirikan Touman karena ia ingin seperti Shinichiro yang mendirikan Black Dragon, untuk menjadikan era baru bagi berandalan yang bisa dihargai oleh masyarakat.

Mikey pun tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh kedua temannya, Baji dan Kazutora untuk menyerang Shinichiro di tempat dealer motornya. Apakah mereka tidak tahu kalau Shinichiro adalah kakaknya? Padahal Baji adalah sahabatnya sejak mereka kecil, kenapa ia melakukan hal itu? Dan kenapa Kazutora harus membunuh kakaknya?

Entah sudah berapa lama dan seberapa jauh Mikey berjalan tak tentu arah, hingga ia tiba di pinggir laut yang ia dan Shinichiro jadikan tempat favorit mereka berdua. Tempat dimana ia sering bercerita segala sesuatunya bersama Shinichiro.

Mikey mendudukkan dirinya di pembatas dinding antara laut dengan daratan. Manik hitamnnya memandang laut di hadapannya. Sinar rembulan yang memantulkan cahayanya di lautan dan hembusan angin laut meniupkan rambut pirang miliknya, seolah menyambut dirinya yang datang kesana.

"Shin..."

***


Beralih ke tempat yang tidak jauh dari sana, terlihat dua orang adik kakak sedang berbincang membicarakan masalah geng yang berani menantang mereka berdua di wilayahnya.

Sang kakak berperawakan lebih tinggi dengan rambut pirang dan hitam yang dikepang dua, serta manik ungunya yang berkilat di bawah terpaan sinar rembulan. Sedangkan di sampingnya, sang adik yang tingginya tidak terpaut jauh dari kakaknya memiliki rambut pirang dan biru dengan manik ungunya yang mengenakan kacamata bulat untuk memperjelas pandangannya.

Tak jarang pula disela perbincangan mereka terdapat ejekan untuk masing-masing, yang mana memang sudah menjadi hal lumrah bagi keduanya.

"Jadi, kapan kita akan menyelesaikan mereka?"

"Kita cari tahu terlebih dahulu siapa pemimpin geng mereka, setelah itu kita habisi semuanya. Aku yakin menghabisi mereka tidak akan memakan waktu lama."

"Nah, karena urusan kita di sini sudah selesai lebih baik kita pulang. Atau kau ingin tidur di sini sendiri menjadi seperti gelandangan, Rin~?"

"Kau saja sana! Mana mungkin laki-laki tampan sepertiku tidur di tempat seperti ini, ck!"

Rindou segera berjalan menjauhi tempat mereka tadi. Tak jauh di belakangnya, Ran pun menyusul adiknya itu. Berniat untuk pulang ke kediaman mereka karena malam sudah semakin larut, walaupun mereka pulang pagi buta pun tidak akan ada yang mengkhawatirkan mereka.

"Lebih tampan juga aku daripada dirimu," ujar Ran setelah berhasil menyelaraskan langkahnya di samping Rindou.

"Terserahmu sajalah, kak."

My SaviourWhere stories live. Discover now