PART 3

2 2 0
                                    

Aku rasa, keberadaanku dan Deskairo di Optik ini adalah bagian dari rancangan Yang Maha Kuasa. Dari awal kami dipertemukan oleh keadaan yang tidak terduga, berkenalan karena ada insiden yang tidak diinginkan, bahkan bisa memiliki Optik langganan yang sama.

"Mau aku bantu cariin frame yang menurutku cocok ga buat kamu?" tanyaku pada Deskairo.

"Kayaknya ngambil bentukan yang lama aja deh," jawabnya.

Deskairo menolak karena katanya ia sudah nyaman dengan bentuk kacamatanya yang lama dan tidak percaya diri kalau harus menggunkan kacamata yang baru. Tapi, entah dianya yang terlalu penurut atau akunya yang terlalu memaksa, akhirnya iya mengiyakan model kacamata yang kurekomendasikan untuknya. Kacamata yang dipakainya dari dulu adalah frame kacamata guess dan yang ku rekomendasikan padanya sekarang adalah frame kacamata rayban. Menurutku kacamata rayban yang ku rekomendasikan ini sangat cocok padanya. Sekarang vibesnya lebih terlihat sebagai cowok yang cool penampilannya.

"Tuh, kan. Yang ini cocok banget buat kamu," kataku sambil melihat ke arah cermin bersama Deskairo.

"Beneran?" tanyanya

"Emang aku kelihatan kayak pembohong banget, ya?" tanyaku balik.

Akhirnya setelah selesai membeli frame kacamata yang sudah kami sepakati tadi, aku membayarnya. Tentu saja hal ini menjadi perdebatan singkat antara aku dan Deskairo, tapi pada akhirnya tetap aku yang menang.

"Anggap aja ini hadiah dari aku." Aku mengatakannya sambil tersenyum lebar padanya agar ia merasa tidak terbebani.

***

Liora mengantar Deskairo dulu sebelum pulang karena yang mengantarnya tadi adalah supirnya Liora. Begitu sampai, kebetulan sekali ada mobil yang masuk melalui pagar rumah deskairo.

"Itu mobil siapa?" tanya Liora pada Deskairo

"Bundaku," jawabnya.

"Kebetulan banget kalau gitu aku harus minta maaf untuk kejadian hari ini sekaligus pamitan, kan?" Liora berpikir demikian karena mengingat ia adalah wakil ketua OSIS .

"Gausah, kamu pulang aja langsung, nanti aku jelasin sendiri." Seperti biasa perdebatan singkat terjadi di antara mereka dan Liora yang selalu menang.

Liora langsung lari keluar dari mobilnya dan pas saja bundanya Deskairo baru turun dari mobilnya.

"Selamat siang, bu," ucap salam dari Liora.

"Eh, kamu Liora, kan?" kata bundanya Deskairo pada Liora.

"Iya bener,bu. Kok bisa tahu? Tanya Liora penasaran karena ia rasa ini adalah pertemuan pertama dengan ibunya deskairo.

Tak lama Deskairo datang dan menyela pembicaraan Liora dan ibunya.

"Lagi ngomongin apa?" tanya Deskairo.

"Ternyata ibu kamu tahu aku jadi aku tanya kok bisa?" jawab Liora

"Tahu dong, bunda kan pengurus komite di sekolah kalian, yang berprestasi apa lagi cantik gini kayak Liora bunda pasti ingat dong-" jelas bundanya Deskairo"-tapi itu lebam dan luka di mukanya kenapa bisa gitu?" lanjutnya bertanya

Selagi aku menjelaskan, ibunya Deskairo menyuruh kami masuk, dan Liora merasa lega karena ibunya Deskairo bukanlah orang yang galak, melainkan ramah dan pengertian.

"Bunda seneng banget hari ini. akhirnya Deska bawa temannya datang ke rumah. Jadi setidaknya hari ini kita rayain ultahnya Deska bertiga," ucap bunda

"Bunda!!" Deskairo terlihat kesal karena malu, tapi itu malah terlihat menggemaskan bagi Liora dan bundanya.

"Eh? Deskairo ultah? Aduh maaf banget,bu. Saya ga tahu jadi ga bawa kado apa-apa." Kataku yang mulai panik karena merasa tidak enak.

"Gapapa, anggap aja kacamata ini kado dari kamu," ucap Deskairo

"Ohh, yang milih kacamatanya Liora, pantesan agak beda. Jadi makin cakep" ucap bundanya Deskairo

"Iya, kan, bu. Jadi makin cakep." Tambahku.

"Liora, jangan panggil ibu, ya. panggil bunda aja biar ga cannggung," ucap bundannya Deskairo.

"Ga masalah, bu? Eh, bunda maksudnya?" tanyaku untuk memastikan.

"Gapapa pake banget, bunda malah jadi lebih senang," jawabnya.

"kalau gitu, terima kasih banyak ya, bunda," katakaku.

Setelahnya kami merayakan ulang tahun Deskairo bersama-sama. Seperti ulang tahun pada umumnya yaitu tiup lilin dan makan kue tart. Tapi sepertinya Deskairo terlihat agak malu-malu.

Kami hanya bertiga karena rupanya ayahnya Deskairo sudah meninggal dan bunda sudah menjadi single parent sejak 6 tahun yang lalu. Dan karena rasa cintanya yang besar terhadap alm. suaminya, ia memilih untuk tidak menikah lagi

Bundanya Deskairo adalah sosok single parent sekaligus miss independent yang sangat baik karena mampu mengerjakan semua pekerjaannya. Baik dengan pekerjaannya yang padat karena harus mengurusi kantornya, maupun menjadi ibu yang baik untuk anaknya.

***

"Bunda suka lukisan, ya?" tanyaku yang melihat ada banyak lukisan yang dipajang dalam rumahnya Deskairo.

"Bunda suka lukisan kalau Deska yang lukis," jawab bunda

"Wahh ternyata Deskairo pandai melukis juga, ya?" ujarku

"Kalau Liora gimana, masih suka juga?" Pertanyaan bunda membuatku bingung karena entah darimana bunda tahu kalau aku juga suka melukis. Tapi sebelum aku menjawab bunda langsung melanjutkan perkataannya, katanya,"Dulu waktu SMP bunda pernah liat foto kamu yang dipajang di sekolah karena menang lomba.

Aku tidak menyangka bunda seingat itu padaku. Tapi, yang lebih membuatku heran adalah ternyata aku dan Deskairo pernah dalam satu SMP yang sama.

"Ternyata kita satu SMP juga yaampun, kenalannya baru sekarang. Maaf banget selama ini aku ga tahu," kataku yang jadi merasa bersalah pada Deskairo dan bundanya

"Tapi klo ngelukis masih suka kok, Bund. Cuma kalau ada lomba-lomba ga pernah lagi. Sebatas hobi aja kalau untuk sekarang, " lanjut ku bicara.

"Sama dong kayak si Deska. Kalau lomba melukis dia ga mau lagi. Katanya kalau buat lomba, melukisnya ga bisa bisa dinikmati. Dia cuma mau melukis apa yang dia mau lukis aja." jelas bunda.

"Kalau Deskairo melukis, bisa di mana aja atau ada galeri khususnya?"

Tiba-tiba Deskairo tersedak. Mungkin karena pertanyaanku barusan. Ia dia berkata apapun jadi bunda yang menjelaskan.

"Dia punya ruang khusus untuk galerinya. Tapi, katanya Cuma boleh 2 orang lain yang masuk sana, salah satunya bunda." Bunda menjelaskan dengan sangat baik sampai aku bisa mengerti selain bunda siapa lagi orangnya. Ya, tentu saja alm. ayahnya.

Tiba-tiba di tengah perbincangan kami ada bunyi telpon yang berdering dari ponselku.

Ternyata itu dari Kevin. Setelah izin dengan bunda dan Deskairo, aku mengangkat teleponnya dulu.

"Halo, ada apa, Vin?" tanyaku begitu ku angkat teleponnya.

"Kamu sibuk ga, Ra?" tanyanya. Setiap Kevin bertanya demikian aku sudah tahu bahwa itu artinya dia butuh teman untuk jalan-jalan melepas penatnya.

"Engga, kok. Tapi sekarang lagi ga di rumah. Kalau sekitar jam 5 kayaknya udah bisa jalan." Aku menjawabnya seakan aku sudah tahu maksud tujuan dari Kevin.

"Peka banget hahaha. Okey, Ra, jam 5 aku jemput di rumahmu, ya," katanya

Setelah menutup telpon aku berpamitan pada bunda dan Deskairo. Aku bilang pada mereka aku ada janji nanti sore dengan temanku.

"Sering-sering main ke rumah ya, Nak!" ucap bunda.

"Siapp bunda, makasih banyak, ya. Liora seneng banget di sini," balasku

"Padahal bunda aja jarang di rumah." Sahut Deskairo.

__________

HALOOWWW!! Ada yang baca ceritaku ga sih? kalau ada, tinggalkan jejak jika berkenan, ya. terima kasih teman<3

Liora dan WarnaWhere stories live. Discover now