Chapter 14🥥

1.4K 130 5
                                    

Happy Reading !

***

Rasa berdebar yang dialami Prilly tak juga reda sejak ia resmi menjadi istri seorang Alivian Leonard dua hari yang lalu. Ya, mereka telah sah menjadi sepasang suami dan istri. Ijab qobul dan acara resepsi dilaksanakan berbeda hari, karena entah Prilly sendiri tidak tau.

Ali, suaminya lah yang menyiapkan semua ini. Ingin turut andil dalam rangkaian persiapan acara pun dia tidak bisa karena larangan suaminya. Ijab qobul sendiri dilaksanakan dirumah orang tua Prilly atas permintaan langsung Thalita. Ali sendiri sebenarnya sudah akan mendekor rumahnya untuk acara ijab qobul ini, tapi melihat tatapan memohon Thalita membuatnya tak kuasa untuk menolaknya.

Acara ijab qobul sendiri tidak dihadiri banyak orang. Hanya keluarga dekat, dan beberapa sahabat terdekat Ali maupun Prilly. Sebenarnya Prilly senang karena berarti acaranya akan terasa lebih hikmat. Tapi entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya, terlihat jelas dari gelagat aneh pria itu. Pun sebenarnya ekspresi aneh Ali tidak mungkin ada yang menyadarinya karena lelaki itu pandai menyembunyikannya.

Terlepas dari itu semua, raut wajah bahagia Ali terlihat begitu jelas walau masih tertutup ekspresi datar lelaki itu. Dasar, pencitraan sekali suaminya itu. Sepertinya Prilly lupa jika sejak dulu suaminya memang seperti itu.

"Mas, kok aku masih ngerasa deg-degan sih." Rengek Prilly bergelayut manja di lengan Ali.

Saat ini mereka sedang menyalami tamu-tamu yang hadir di acara resepsi mereka. Untuk tempat resepsi itu sendiri dilaksanakan disebuah hotel mewah milik Ali sendiri. Oh jangan lupakan siapa Ali.

Gedung ini dihias dengan pernak-pernik berwarna putih dengan sentuhan emas yang mampu menambah kesan elegan dan mewah disini.

Ali terkekeh pelan mendengar rengekan istrinya." Kenapa kamu yang deg-degan, sayang? Bukannya mas yang ngucapin ijab qobul ya? Itupun sudah dua hari yang lalu."

"Gatau mas, sumpah nggak enak banget rasanya. Kayak ada sesuatu yang mengganjal di hati aku." Dada Prilly terasa bergemuruh membuatnya merasa tidak nyaman, entah apa maksudnya.

"Kamu sakit sayang?" Tatapan Ali mulai khawatir karena tangan istrinya itu berkeringat dingin.

"Nggak mas."

"Hai."

Ali dan Prilly memutus kontak mata mereka dan beralih menatap seseorang yang berdiri dihadapannya.

"Clara." Desis Ali tak suka

Clara mengembangkan senyumnya saat Ali melihat kearahnya." Hai, mas Ali masih ingat aku? Bagaimana mungkin kamu tak ingat, sedangkan aku adalah mantan kekasih dan juga cinta pertama mu. Kukira kau tidak mengundangku untuk menghadiri acara bahagia mu. Tapi ternyata aku salah, undangan itu sampai tepat waktu. Terimakasih atas undangannya."

Hei sejak kapan wanita gila ini memanggil dirinya mas? Oh dia merasa jijik mendengarnya. Ia hanya suka jika panggilan itu keluar dari mulut Prilly. Dan apa tadi? Undangan? Bahkan dalam hati saja dia tidak memiliki niat sama sekali untuk mempersilahkan wanita ini menginjak area gedung ini.

"Sejak kapan saya mengundangmu? Mengingat nama mu saja tidak." Sarkas Ali.

Clara merogoh tasnya lalu menunjukkan sebuah undangan kepada Ali." Bukannya ini undangan resepsi kalian? Dan lihat, ini juga undangan untuk tamu VIP, bukan?"

Perasaan Prilly tak karuan, sungguh dia tidak menyangka jika Ali akan mengundang wanita ini. Bukannya Ali sendiri yang mengatakan jika tidak ingin melihat wajah wanita ini? Tapi mengapa dia malah mengundang Clara tanpa persetujuannya. Dan benar, itu memang undangan khusus yang hanya diberikan kepada tamu penting saja.

My Life Journey (END)Where stories live. Discover now